Peran Ayah dalam Pencegahan Stunting Melalui Pendekatan Keluarga

Setiap tanggal 29 Juni diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional atau Harganas. Pada tahun 2023 ini mengusung tema “Menuju Keluarga Bebas Stunting untuk Indonesia Maju”. Puncak pelaksanaan Harganas 2023 telah berlangsung di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan pada 6 Juli 2023 lalu.

Dalam Rapat Kerja Nasional BKKBN di awal tahun, Presiden Joko Widodo menyampaikan, bahwa target penurunan tengkes atau stunting adalah 14 persen di tahun 2024. Tentu hal tersebut bukan hanya tugas instansi tertentu atau pemerintah saja untuk menurunkannya. Akan terasa sulit dicapai jika tidak bekerja secara bersama-sama. Termasuk tak bisa lepas peran dan kepedulian dari ayah serta sesamanya di keluarga. Para ayah selayaknya turut berkontribusi lebih memperhatikan keadaan keluarga.

Ayah adalah sosok pahlawan keluarga. Dia merupakan penanggung jawab sekaligus pelindung keluarga. Bagi ayah, kehadiran anak-anak bukan hanya amanah dari Tuhan, namun juga anugerah terindah yang disyukuri. Oleh karena itu, tak heran jika para ayah akan berusaha keras untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Baik yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Seorang ayah tanpa henti memperhatikan kesehatan, mengajarkan pendidikan pekerti dan mental guna mengantarkan anaknya untuk menjadi pribadi-pribadi yang handal. Begitupun dalam hal mencukupi keperluan rumah tangga, guna memenuhi pangan dan pemenuhan gizi untuk tumbuh kembang anak, sandang yang pantas dipakai dan papan yang layak huni.

Tanpa lelah, ayah selalu menghadirkan rasa aman dan penuh kasih sayang kepada keluarga. Cintanya dalam keluarga tidak sebatas perasaan, tetapi diimplementasikan pada perhatian, melengkapi keperluan dan rasa tanggung jawab.

Berbangga hatilah memiliki orang tua hebat. Mereka rela berjuang hidup demi nasib anak-anaknya, dengan tulus ikhlas mengasuh dan mendidik anak di keluarga. Kelembutan hati dan keanggunan perilaku ibu yang memberikan stimulus dalam menumbuhkan potensi-potensi anak.

Identifikasi peran ayah mencegah stunting di keluarga seperti memenuhi kebutuhan istrinya yang sedang hamil, dari pemenuhan gizi selama hamil, secara berkala mendampingi untuk memeriksakan kesehatan kandungan istrinya ke dokter/bidan atau klinik hingga persiapan menjelang kelahiran anaknya. Kontinyu mendampingi istri, menjadi suami siaga. Di pasca melahirkan, ayah mengingatkan istri agar senantiasa memeriksakan bayi, mulai dari melihat penambahan berat dan tinggi badan bayi dan mengecek kesehatannya.

Pada usia pertumbuhannya, tak lupa pula dibekali pembiasaan cara memakan makanan dengan benar. Dalam hal ini memberikan edukasi di saat makan dan berkumpul di meja makan, sesuai bahasa yang digunakan pada usia anak-anak. Mulai menjelaskan porsi dan keperluan tubuh terhadap makanan, seperti dalam setiap porsi makan adanya nasi, lauk, sayuran dan buah. Karena karbohidrat, protein, dan vitamin bermanfaat bagi tubuh.

Terlebih anak-anak di usia balita, di mana merupakan moment pertumbuhan atau usia emas (golden age). Pada masa-masa itu, perkembangan anak tumbuh dengan pesat. Baik pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan komunikasi dan motorik. Pada tahun 2017 Kementerian Kesehatan RI mengganti istilah “empat sehat lima sempurna” dengan “isi piringku”. Isi piringku adalah porsi makan yang dikonsumsi dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur dan 50 persen lagi terdiri dari karbohidrat dan protein. Keseharian porsi dan gizi yang seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Masa Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) adalah masa pertumbuhan anak hingga dua tahun. Dalam satu kali makan di tiap porsi bagi anak balita perlu komposisi-komposisi yang berisi; persentasenya untuk lemak 30 persen, protein 15 persen dan karbohidrat sebanyak 55 persen.

Ayah yang memiliki anak remaja berperan sebagai partner atau teman diskusi anak. Senantiasa mengobrol seputar aktivitas dan pergaulan anak beserta teman-temannya. Paling tidak anak remajanya memiliki tanggung jawab yang dibiasakan tumbuh dengan rasa kepercayaan yang tinggi, hingga sampai memasuki usia untuk berumah tangga. Siap di saat menuju kehidupan rumah tangganya kelak.

Tak sampai di situ, ayah bersama-sama anggota keluarga lainnya bekerja sama menjaga kebersihan rumah dan lingkungan. Demi menjaga kesehatan, tiap-tiap individu bertanggung jawab peduli keadaan di sekelilingnya. Mulai dari kebersihan di ruang tamu, tempat tidur, ruang makan, toilet sampai pekarangan tempat tinggal.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik anak dari kebiasaan-kebiasaan ayah di keluarga. Disadari atau tidak, begitu banyak pengetahuan yang telah diadopsi oleh anaknya. Kehadiran ayah bukan hanya andil kecil. Namun kehadirannya mengajarkan tentang banyak hal, seperti; pertama, mengajarkan ketabahan. Pundak manusia diciptakan sama, masing-masing ada dua bagian, satu di lengan atas kanan dan satu berada di kiri.

Setiap orang dihadapkan pada masalah. Meskipun masalah yang mendera sama, tetapi penerimaan dan sikap yang muncul pada seseorang bisa berbeda. Hal itu tentu dipengaruhi oleh referensi dan kebiasaan dalam memahami keadaan. Dengan menguasai keadaan, perilaku muncul untuk menentukan sikap yang disertai formula solusi guna menentukan jalan keluar dari masalah.

Apapun yang ada, itulah hasil yang diperoleh di mana ia telah melewati kejadian-kejadian sebelumnya. Belajar menguatkan posisi diri untuk mengubah kondisi dan keadaan, meskipun harapan yang ada tidak sesuai dengan kenyataan. Diterima dengan bijak penuh lapang dada, terus berjuang dalam membangun ekonomi keluarga.

Kedua, mengajarkan tanggung jawab. Mungkin awalnya banyak yang beranggapan bila mengurus rumah, mengasuh dan mendidik anak, serta memasak merupakan tanggung jawab seorang ibu. Tentu anggapan itu keliru. Karena sosok ayah adalah seorang penanggung jawab keluarga, ikut menentukan nasib anak-anaknya.

Kondisi dan keadaan anggota keluarganya senantiasa diperhatikan, menjauhkan keluarga dari risiko stunting. Faktor kesehatan keluarga oleh ayah sebagai salah satu prioritas tanggung jawab.

Figur ayah secara bersamaan menjalankan dua tugas, selaku pelindung sekaligus pemimpin. Di mana peran emosional telah ditunjukkan dengan rupa kasih sayang. Selain itu, peran sosial mampu ia lakukan, yakni pendampingan terhadap anggota keluarga (Amirulloh & Sumantri, 2015).

Ketiga, mengajarkan kesederhanaan. Seorang ayah adalah pemimpin rumah tangga. Pemimpin yang egaliter berarti mereka yang memimpin dengan rendah hati, sederajat dan mengajarkan hidup sederhana. Ayah yang baik tidak pernah membeda-bedakan, pemimpin rumah tangga yang mampu memposisikan diri layaknya anggota keluarga yang ia pimpin. Menerapkan pendidikan perilaku secara langsung di keluarga.

Cinta ayah memang susah dilihat. Namun cinta ayah sangat bisa dirasa oleh setiap personil keluarga. Begitu peduli sosok ayah terhadap keluarga, termasuk dalam pencegahan stunting. Selamat Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 untuk keluarga Indonesia.

 

Profil Penulis

teguhTeguh Pamungkas
Penyuluh Keluarga Berencana
Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Selatan
___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Penelantaran Anak dan Stunting” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
6
+1
0
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x