Apa yang terbersit dalam pikiran ayah dan bunda ketika mendengar kata “Kesehatan Mental”?
Mungkin sebagian dari kita akan memikirkan orang dengan gangguan jiwa yang berada di pusat rehabilitasi atau rumah sakit jiwa. Padahal, menurut World Health Organization (WHO), kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dan bekerja dengan baik serta mampu berkontribusi pada lingkungannya. Berdasarkan definisi tersebut, ketika seseorang tidak mampu untuk mengatasi tekanan hidup, tidak mampu belajar, bekerja dan berkontribusi baik pada lingkungannya, dapat dikatakan menderita gangguan mental.
Apa saja gangguan mental yang kadang tidak kita sadari atau kita abaikan?
Gangguan mental tentunya hanya dapat ditentukan melalui pemeriksaan oleh dokter. Perasaan yang tepat dan tidak berlarut-larut adalah hal yang wajar. Tapi, ketika gangguan psikologis terjadi secara berlebihan dan berkelanjutan bahkan mengarah pada melukai diri sendiri maupun orang lain maka hal tersebut perlu diperiksakan karena mungkin saja merupakan gangguan mental. Gangguan-gangguan tersebut antara lain: gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, gangguan stress pasca trauma (PTSD), skizofrenia, gangguan makan, perilaku mengganggu dan gangguan disosial serta gangguan perkembangan syaraf.
Mengapa ayah dan bunda harus peduli pada kesehatan mental?
Ibu adalah sosok yang paling sering berinteraksi dengan anak dalam kandungan hingga anak lahir dan dalam masa ASI eksklusifnya. Apa yang ibu rasakan akan berdampak langsung pada anak. Dampak yang paling sederhana adalah ketika ibu merasa sedih atau cemas, maka anak bisa ikut gelisah, menangis, bahkan pada beberapa ibu, hal tersebut mempengaruhi produksi ASI.
Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, anak akan sangat tergantung pada orang tua dan pengasuhnya. Kesehatan orang tua akan sangat mempengaruhi kesehatan dan kebahagiaan anak. Mengutip laman Psychology Today, orang tua yang mengalami stress berat kemungkinan besar akan menggunakan metode pengasuhan yang tidak membantu ketika anak mereka berperilaku buruk yang mencakup pengasuhan kasar misalnya membentak dan memukul yang membuat anak takut. Kekerasan fisik dan rasa takut tentu saja menimbulkan trauma pada anak. Anak cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, merasa takut untuk berkreasi dan takut mengemukakan perasaannya. Masih mengutip Psychology Today, Kenneth E. Miller Ph.D mengemukakan bahwa pasangan yang lebih bahagia mempunyai anak yang lebih sehat.
Kesehatan mental akan mempengaruhi kesehatan fisik. Gangguan mental seperti stress menimbulkan gangguan tidur, lelah, sakit kepala, sakit perut, obesitas, hipertensi, diabetes hingga gangguan jantung. Terganggunya kesehatan fisik akan membuat orang tua khususnya ibu mengalami kesulitan untuk memberikan pendampingan dan kasih sayang maksimal pada anak. Dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan asupan gizi yang cukup, cinta dan kasih sayang yang membuatnya merasa aman dan nyaman, rangsangan yang melatih kecerdasan serta membutuhkan orang tua yang sehat sehingga mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Pentingnya kesehatan mental ibu tersebut, maka pasangan dan keluarga sudah sepatutnya membantu menjaga kesehatan mental ibu. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:
Pertama, jalin komunikasi dan jadilah pendengar yang baik. Ibu dengan segala beban yang harus mereka tanggung selalu membutuhkan tempat untuk mencurahkan perasaan. Dan tempat terbaik untuk itu adalah kepada pasangan atau keluarga terdekat.
Kedua, berbagi tugas dan tanggung jawab dalam pengasuhan anak. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab akan meringankan beban ibu. Sehingga ibu juga memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat.
Ketiga, melaksanakan ibadah bersama. Mendekatkan diri pada Tuhan dapat membuat keluarga menjadi lebih tentram dan lebih bersyukur.
Keempat, jadwalkan rekreasi dan olahraga keluarga. rekreasi dan olahraga selain sebagai hiburan juga dapat mengeratkan kembali ikatan keluarga.
Kelima, ajak ibu untuk mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) di desa atau jika ibu bekerja, ajak ibu untuk mengikuti webinar parenting dan mengikuti akun media sosial pengasuhan anak BKKBN @ditbalnak_BKKBN.
Referensi:
https://ayosehat.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental diakses 19 Juni 2024
https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-refugee-experience/202312/5-reasons-your-mental-health-matters-a-lot-to-your-children diakses 19 Juni 2024
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-disorders diakses 19 Juni 2024
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-strengthening-our-response diakses 19 Juni 2024
Nofi Ariyanto, S.Pd.
Penyuluh Keluarga Berencana
Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Pentingnya Kesehatan Mental Ibu dalam Tumbuh Kembang Si Kecil” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).