Program Konsultasi
Orang Tua Hebat

Ketentuan Konsultasi

Konsultan

dr. Irma Ardiana MAPS

dr. Irma Ardiana MAPS

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak, BKKBN

31. Tentang Anak

Tanya Ahli

Dokter Spesialis Anak, Psikolog Anak, Praktisi Anak Usia Dini, dll

primaku

Konsultasi Vaksin

Tanya dokter sekaligus BOOKING vaksinasi anak & dewasa via WA

BKKBN tidak menerima keuntungan dalam bentuk apapun secara komersial dari transaksi Booking Vaksin.

Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia

Konsultasi seputar pengasuhan anak berkebutuhan khusus

Konsultasi Sekarang

Tulis Pertanyaanmu pada kolom diskusi di bawah ini

Subscribe
Notify of
guest
Layanan Konsultasi
Layanan Konsultasi
62 Diskusi
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Eka Setya Ardiningsih
Eka Setya Ardiningsih
1 day ago

Selamat siang Ibu, izin bertanya bagaimana prosedur penggunaan KKA untuk mengukur perkembangan anak yang lahir Prematur? apakah sama dengan anak yang lahir di usia cukup atau ada peerbedaan dalam pengukurannya? terimakasih

Asal Provinsi
Jawa Tengah
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Balita dan Anak
Masitah
Masitah
28 days ago

Baik

Asal Provinsi
Kalimantan selatan
Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
1000101288.jpg
Astrid Unun Garini Ss
Astrid Unun Garini Ss
1 month ago

Pengasuhan anak berkebutuhan khusus

Asal Provinsi
Jawa Barat
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Divia Azham barka
Divia Azham barka
1 month ago

Selamat siang
Ijin konsultasi. Pada januari 2024 anak saya laki2 umur 3 tahun pernah sakit batuk berulang sampai gendang telinga nya pecah dan saat itu disarankan berobat rutin ke THT selama seminggu, pada masa berobat itu anak sya selalu nangis, stress dan akhirnya trauma. Sampai berimbas pada kemampuan bicara nya. Yang sebelumnya dia cerewet dan lancar bicaranya, sekarang dia tetap cerewet tapi berubah jadi stuttering atau gagap (pengulangan kata pertama misal ka ka ka kamu) dan saat ini anak saya sudah berusia 4 tahun masih tetap gagap. Solusi nya bagaiamana ya dok? Apa butuh terapi khusus ke psikolog atau bagaimana?
Terimakasih.

Asal Provinsi
Papua selatan
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Balita dan Anak
Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Divia Azham barka
1 month ago

Selamat siang, Ibu Divia. Semoga Ibu selalu dalam keadaan sehat.
Saya bisa memahami kekhawatiran yang Ibu rasakan terkait perubahan dalam kemampuan bicara ananda setelah mengalami sakit sebagaimana yang Ibu tuliskan.

Berdasarkan informasi tersebut, stuttering atau gagap pada ananda bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Boleh jadi karena pengalaman traumatik atau stres emosional yang dialami oleh anak, boleh jadi pula karena kondisi pada organ pendengaran yang terdampak cukup serius akibat sakit yang pernah dialami.

Saya sarankan Ibu Divia untuk berkonsultasi dengan ahli terapi wicara dan psikolog anak secara langsung untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan menyeluruh. Terapi wicara sangat direkomendasikan dalam hal ini untuk membantu mengatasi stuttering, sementara dukungan emosional melalui psikolog anak akan bisa membantu mengatasi dampak trauma yang mungkin masih ada.

Namun demikian, sebelum konsultasi langsung dengan profesional tersebut bisa diupayakan, Ibu dapat melakukan hal-hal berikut untuk membantu komunikasi ananda:

Pertama, mengupayakan lingkungan yang tenang dan mendukung dalam interaksi sehari-hari, agar ananda terbantu fokus dan tenang pula ketika akan menyampaikan sesuatu. Hindari memberikan tekanan atau menanggapi gagap dengan cara yang menambah tekanan pada anak. Ketika anak mulai gagap, cobalah tidak memburu-buru untuk segera menyelesaikan kata-katanya, dan biarkan dia berbicara dengan ritmenya sendiri meskipun agak lama.

Kedua, penting pula untuk berusaha meningkatkan kuantitas dan kualitas komunikasi dengan anak, misalnya dengan lebih banyak melakukan percakapan santai. Dalam percakapan tersebut, Ibu bisa membahas apa saja yang anak ketahui, lalu memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan diri atau pendapatnya tanpa terburu-buru. Hal ini akan membantu anak melatih pengucapan dan kemampuan berbahasanya, selain juga mendukung agar anak merasa lebih percaya diri dan pelan-pelan mengurangi rasa stresnya saat berbicara.

Demikian, semoga jawaban ini cukup membantu ya Ibu.

Jeni Latuharhary
Jeni Latuharhary
1 month ago

Ibu, izin menjawab tentang usia anak saya. Usia anak saya sekarang 6 tahun, dan beberapa bulan lagi dia sudah harus berpindah ke SD. Namun, anaknya masih saja tidak fokus saat belajar di kelas,.
Izin bertanya juga, jika anak saya suka meniru gerak-gerik kartun yang dia tonton di TV dan mempraktekkannya setiap x baik di sekolah maupun di rumah, terkadang saya sudah menegurnya, tapi anaknya tenang beberapa menit saja setelah itu melakukan pRakTek yang dia tonton di TV kembali 😏Menjadikan dia tidak berfokus pada pembelajaran. Tapi, jika interaksi terjadi di rumah, anak saya biasanya berinteraksi di rumah dengan baik. Cuma di sekolah dia tak bisa tenang dan Fokus,..
Apakah yang dapat saya lakukan ??
Mohon pencerahannya Dok

Asal Provinsi
Maluku
Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Hapsari Puspita Rini-IPPI
Hapsari Puspita Rini-IPPI
Reply to  Jeni Latuharhary
1 month ago

Halo Bu Jeni,

Jika di rumah ananda bisa fokus dan berinteraksi dengan baik, namun saat belajar ia menjadi kurang kooperatif, bisa jadi ananda masih sangat menikmati masa bermainnya. Di usia tersebut anak sedang mengembangkan bermain simbolik atau bermain pura-pura baik yang dilakukan sendiri ataupun bersama dengan teman-teman sehingga salah satunya bisa tertuang dalam bentuk berpura-pura menjadi tokoh kartun favoritnya.

Ibu bisa bersepakat dengan ananda untuk mulai mengatur waktu menonton kartun dan mengombinasikan dengan aktivitas lain yang berupa aktivitas fisik motorik, sosial, sehingga ia tidak terlalu banyak terpapar dengan kartun tersebut. Misalnya jika sebelumnya ananda mengakses kartun melalui TV/HP selama 3 jam, maka dapat dikurangi durasinya dan diganti dengan aktivitas lain seperti bersepeda, bermain bersama teman sebaya, ikut membantu orang tua membersihkan kamar, bercerita/membaca buku bersama, atau aktivitas lainnya.

Melalui aktivitas yang lebih beragam ini diharapkan (1) wawasan ananda akan lebih beragam sehingga ia memiliki lebih banyak alternatif untuk dibicarakan dengan teman/lingkungan sekelilingnya; (2) memberikan stimulasi pada aspek perkembangan lainnya dalam hal ini fisik motorik, sosial, ataupun emosi sehingga akan lebih menunjang kesiapan belajar saat SD;(3) mendapatkan pola bahasa dan intonasi yang lebih beragam dalam berkomunikasi.

Jika intensitas meniru kartun cukup tinggi dan tidak mengenal tempat sehingga mengganggu perkembangan dirinya ataupun teman-teman disekelilingnya, ibu juga perlu membuka komunikasi dua arah dengan ananda untuk mencari tahu apa yang ada dalam pikiran/perasaan Ananda ketika melakukan hal tersebut dan memberikan arahan dengan bahasa sederhana yang akan dipahaminya dengan baik.

Membantu ananda mengenali emosi yang dirasakan beserta penyebabnya, kemudian menyalurkannya melalui cara-cara yang tepat juga menjadi hal penting yang perlu dilakukan ya Bu Jeni. Dengan regulasi emosi yang baik, harapannya perilaku menirukan kartun tidak menjadi pelarian ketika ananda merasa tidak nyaman dengan aktivitas/situasi lingkungan dimana ia berada.

Semoga dapat membantu ya Bu..

Irma Suroiyah
Irma Suroiyah
1 month ago

Ijin bertanya….bagaimana mengatasi kecenderunga seksual anak ADHD laki aki usia 7 tahun yang lebih cepat daripada anak seusianya?

Asal Provinsi
Jawa Timur
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Irma Suroiyah
1 month ago

Ibu Irma, terima kasih sudah menyampaikan pertanyaan terkait ananda.
Namun mohon maaf apabila nanti jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan yang ibu maksud sebagai “kecenderungan seksual ananda yang lebih cepat” dari anak seusianya.

Secara umum menghadapi perkembangan seksual pada anak dengan ADHD memang memerlukan pendekatan yang sensitif dan penuh perhatian. Ibu perlu menyisihkan dulu perasaan canggung atau tidak nyaman dalam membicarakannya dengan anak, karena memang mengelola hal ini perlu melalui komunikasi yang tepat. Penting pula untuk selalu merespon situasi ini dengan sabar, serta memastikan anak merasa dihargai dan didukung selama proses perkembangan mereka.

Cobalah terlebih dahulu memberikan pemahaman yang sesuai dengan usia anak, tentang tubuh dan batasan pribadi. Ajarkan tentang privasi, perbedaan antara perilaku yang sesuai dan tidak sesuai, serta tentang rasa hormat terhadap tubuh sendiri dan orang lain. Pastikan anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan tubuh mereka, serta mengapa privasi itu penting.

Ketika perilaku yang tidak sesuai muncul, penting untuk membicarakan hal tersebut dengan cara yang tidak membuat anak merasa malu atau takut. Sebagai contoh, jika anak melakukan sesuatu yang tidak pantas, seperti meraba area kelaminnya di tempat umum, berikan penjelasan yang tenang tentang kapan dan di mana perilaku tersebut sesuai (misalnya, di kamar mandi atau kamar tidur, bukan di tempat umum).

Anak dengan ADHD mungkin juga menunjukkan impulsifitas (bertindak tanpa memikirkan lebih dulu apa yang dilakukan dan biasanya berulang) yang lebih tinggi, termasuk dalam hal perilaku seksual. Oleh karena itu, penting untuk menjaga pengawasan yang lebih ketat pada aktivitas anak, baik di rumah maupun di tempat umum, untuk memastikan bahwa mereka memahami batasan perilaku yang sesuai.

Kurang lebih demikian Ibu, semoga beberapa catatan ini cukup membantu.

Jeni Latuharhary
Jeni Latuharhary
1 month ago

Selamat siang, izin bertanya.
Bagaimana mendidik anak yang tidak Fokus saat belajar bahkan, suka tantrum kalau tak mengikuti apa yang anak inginkan

Asal Provinsi
Maluku
Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Hapsari Puspita Rini - IPPI
Hapsari Puspita Rini - IPPI
Reply to  Jeni Latuharhary
1 month ago

Halo Bu Jeni,
Sekiranya ananda usia berapa ya? mohon maaf jika nanti jawaban kurang sesuai karena keterbatasan informasi mengenai usia ananda.

Kemampuan mempertahankan fokus dan konsentrasi memang diperlukan agar kita dapat melakukan aktivitas dengan baik, sebelum masuk ke aktivitas belajar Ibu bisa mengamati kemampuan ananda dalam mempertahankan fokus. Apakah ananda bisa mempertahankan fokus pada aktivitas lainnya? apakah ananda dapat mempertahankan perhatian ketika diajak bercakap-cakap? jika tidak ada permasalahan mempertahankan perhatian pada aktivitas lain, bisa jadi ananda tidak dalam keadaan siap untuk belajar sehingga sulit untuk mempertahankan fokusnya ketika diajak belajar.

Berikut beberapa hal yang bisa coba untuk dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ananda agar dapat mempertahankan fokus saat proses belajar:

  1. Latih keterampilan sensori motorik; kematangan sensori motor menjadi pondasi yang penting dalam proses belajar. Keseimbangan tubuh yang baik akan membantu ananda mampu lebih lama duduk tenang, kekuatan otot-otot lengan dan motorik halus membuat ananda lebih terampil dalam menulis, serta masih banyak lagi fungsi dari kesiapan sensori motorik dalam proses belajar.
  2. Bangun minat untuk belajar; bisa jadi ananda belum memahami fungsi dan tujuan belajar bagi dirinya, sehingga merasa aktivitas bermain lebih menyenangkan dari pada proses belajar. Ibu dapat melakukan komunikasi dua arah dengan bahasa yang sesuai dengan usia ananda mengenai tujuan belajar dan manfaat bagi ananda. Mengenalkan manfaat belajar melalui cerita dan dongeng juga dapat dilakukan. Jangan lupa, orang tua juga perlu memberikan teladan menunjukkan bahwa proses belajar itu menyenangkan dimana ibu/ayah pun juga belajar. Anak biasanya akan belajar lebih cepat melalui contoh dan teladan, Bu
  3. Buat kesepakatan dengan anak mengenai waktu untuk belajar, apa yang akan dipelajari, berapa lama durasi belajar. Tak apa dimulai dari durasi waktu yang singkat, jika ananda sudah mulai terlibat dalam proses belajar dapat ditingkatkan durasi waktunya.
  4. Usahakan untuk memberikan ruang/suasana yang mendukung proses belajar ananda. Misalnya mengajak ananda belajar di lingkungan yang tenang, mematikan TV dan HP, mengajak saudara/ayah/ibu juga ikut belajar/mengerjakan tugas masing-masing
  5. Berikan apresiasi ketika ananda mau belajar/berusaha dalam hal apapun baik dalam hal akademik maupun non-akademik agar ananda memahami bahwa belajar itu menyenangkan dan diharapkan untuk dilakukan.

Terkait dengan perilaku tantrum, Anak yang tantrum biasanya belum cukup mampu mengelola emosi dan mengomunikasikan keinginannya dengan baik. Ibu bisa membiasakan komunikasi dua arah dengan ananda, menstimulasi ananda untuk menyampaikan keinginannya dengan cara yang baik, dan mendengarkan apa yang ia sampaikan agar ananda terbiasa bicara dengan kalimat yang baik saat menginginkan sesuatu. Orang tua juga perlu memiliki kesamaan pola dan kesepakatan mengenai apa yang boleh/tidak bagi anak, kemudian menyampaikan dengan jelas hal-hal yang boleh/tidak boleh dilakukan beserta alasannya.
Jika ananda menunjukkan perilaku tantrum usahakan untuk tetap tenang dan berada di samping ananda. Pastikan ananda tidak melakukan perbuatan yang dapat melukai diri/orang lain. Jelaskan dengan perlahan dan tetap tenang pada ananda mengapa keinginannya tidak dapat diikuti. Tawarkan pelukan untuk menenangkan hatinya dan terus dampingi hingga ananda dapat mengelola emosinya dengan baik, kemudian berikan apresiasi ketika ananda bisa menenangkan diri.

Semoga jawaban ini cukup membantu ya, Bu Jeni..

Nia
Nia
1 month ago

Selamat malam izin tanya apakah ada rekomendasi tutorial terapi anak 2 tahun 7 bulan pernah riwayat pneumonia dd yang berpengaruh pada gizi buruk dan delay motorik dan baru bisa jalan lari usia 2 tahun 3 bulan. Anak memahami perintah dan dikerjakan namun bahasa yang dilontarkan belum dipahami (seeprti bahasa planet) hanya pak, adek, mak, a, ba, ta itu saja kosakata dan apakah karena belum mampu berbicara jelas sehingga sedikit sedikit menangis dan marah. Mohon solusinya karena kalau terapi membutuhkan biaya dan jika pakai bpjs jarak rs lumayan jauh sehingga biaya ke sana sama dengan biaya terapi mandiri dan waktu diperlukan lumayan lama. Terima kasih

Asal Provinsi
Sumatera
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Hapsari Puspita Rini - IPPI
Hapsari Puspita Rini - IPPI
Reply to  Nia
1 month ago

Selamat pagi, Bu Nia,

Bagaimana kondisi kesehatan dan perkembangan ananda sekarang? kesehatan fisik dan asupan nutrisi memang menjadi beberapa hal yang akan cukup berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Emosi ananda yang diekspresikan dalam bentuk sedikit-sedikit menangis ataupun marah bisa jadi disebabkan beberapa hal yang membuatnya kurang nyaman, sementara ia belum mampu mengomunikasikan apa yang ada di dalam pikiran ataupun perasaannya. Dalam hal ini memberikan terapi wicara merupakan hal yang penting bagi ananda untuk membantunya dapat mengomunikasikan dengan lancar keinginan/perasaannya sehingga dapat dimengerti oleh lingkungan.

Secara umum Ibu bisa mengajak ananda berbicara dengan kosakata sederhana, pendek, dan tempo perlahan, mendongeng, ataupun mengajak bernyanyi sambil meminta ananda menirukan. Mengajak ananda bermain meniup lilin, meniup peluit, meniup sobekan-sobekan tisu di atas meja juga bisa dicoba sebagai bentuk stimulasi mandiri. Lakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga tidak membuat ananda frustasi, ya Bu.

Namun, jika memungkinkan diharapkan bisa melakukan konsultasi secara langsung ke terapis wicara untuk mengetahui jika semisal ada kondisi organ wicara yang perlu penanganan khusus agar ananda dapat membunyikan huruf dengan benar dan jelas. Terapis wicara profesional telah dibekali dengan keahlian spesifik perlengkapan kerja yang dapat membantu anak berlatih bicara dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing anak.

Semoga membantu ya Bu Nia

Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Nia
1 month ago

Selamat pagi, Ibu Nia. Pertanyaan Ibu sangat penting, mengingat kondisi yang dialami oleh ananda cukup kompleks. Pada usia 2 tahun 7 bulan, biasanya anak sudah mulai mengembangkan kosakata yang lebih luas, meskipun tetap ada variasi juga pada masing-masing anak. 
Kosakata yang terbatas pada ananda, seperti hanya menggunakan kata-kata dasar seperti “pak,” “mak,” “a,” “ba,” dan “ta,” yang terkait dengan riwayat kesehatannya perlu untuk dibantu dengan sejumlah stimulasi.

Sebenarnya jika memungkinkan untuk mengakses langsung layanan terapi akan jauh lebih membantu, karena arahan dan bantuan yang diberikan akan lebih tepat sesuai kebutuhan anak. Namun demikian, jika kondisi tidak memungkinkan, Ibu tetap dapat membantu ananda dengan sebaik yang dapat dilakukan saat ini. 

Langkah-langkah yang bisa diupayakan di rumah untuk membantu perkembangan ananda:

1. Lakukan stimulasi bicara, diantaranya:

  • Ajak ananda bermain dengan benda-benda seperti bola atau mainan lainnya. Setiap kali bermain, sebutkan nama benda atau aktivitas yang dilakukan, seperti “bola,” “lari,” atau “lempar.” Ulangi kata-kata tersebut agar ia terbiasa mendengarnya.
  • Bacakan buku bergambar yang memiliki cerita sederhana. Tunjukkan gambar sambil menyebutkan nama benda atau hewan yang ada di dalamnya.
  • Ajak ananda meniru suara binatang atau suara lainnya. Misalnya, “kucing” (meow), “anjing” (guk-guk), untuk melatih kemampuan berbicara.

2. Lakukan stimulasi motorik:

  • Ajak ananda untuk berjalan, berlari, atau memanjat (misalnya menaiki tangga kecil di rumah). Ini dapat membantu perkembangan motorik kasar.
  • Bermain dengan blok bangunan atau mainan yang membutuhkan gerak anak untuk menyusun benda atau melatih motorik halusnya.

3. Bantu ananda mengatasi frustrasi:

  • Jika anak marah atau menangis karena kesulitan berbicara, coba tenangkan dengan pelukan atau memeluknya sambil mengatakan kata-kata yang menenangkan, seperti “tenang ya, kamu bisa bicara nanti.”
  • Ajarkan anak untuk menunjuk atau mengarahkan benda yang dia inginkan jika dia kesulitan berbicara.

4. Manfaatkan Layanan Terdekat:

  • Jika sulit untuk mengakses terapi berbayar, coba cari layanan di posyandu atau puskesmas yang bisa memberikan bantuan pemantauan perkembangan anak.

Terkait contoh konkrit dalam melakukan stimulasi motorik dan bicara, ada cukup banyak video yang dapat Ibu akses di Youtube. Ibu tinggal mengetikkan saja di bagian pencarian, kata kunci atau frasa yang terkait kebutuhan. Misalnya “video tutorial memberikan stimulasi bicara pada anak speech delay usia 2 tahun”.

Sedikit pesan juga untuk Ibu dan orangtua lain yang mungkin menghadapi tantangan serupa:
Menghadapi tantangan tumbuh kembang anak bisa membuat stres dan emosi tidak stabil pada orangtua. Tapi, kita perlu selalu ingat bahwa kondisi emosional orangtua akan sangat memengaruhi anak. Anak bisa merasakan ketegangan atau frustrasi yang dirasakan orangtua, sehingga penting untuk berusaha tetap tenang, meskipun sulit.

Ibu dapat mencoba beberapa langkah ini untuk menjaga kestabilan emosi:

  • Sebelum menangani masalah anak, pastikan Anda memiliki waktu untuk relaksasi, meski hanya sebentar, agar emosi Anda lebih stabil.
  • Ketika merasa marah atau frustasi, berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan hitung sampai lima untuk menenangkan diri.
  • Jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional jika merasa kewalahan. Anda tidak harus melakukannya sendirian.
  • Ingat selalu bahwa perkembangan anak bisa memerlukan waktu. Kesabaran adalah kunci untuk membantu anak tumbuh dengan baik.

Semoga jawaban ini membantu ya, Bu Nia. Terus semangat untuk mendampingi ananda.

Sri Winarni
Sri Winarni
1 month ago

Assalamu’alaikum, bunda. Saya mempunyai anak usia 9 tahun. Anak saya mempunyai kecemasan yang berlebihan. Sehingga saat anak saya merasa sedih atau takut, anak saya merasa nyeri ulu hati. Mohon arahannya untuk mengedukasi Anka saya tersebut, bunda. Atas arahannya saya ucapkan terimakasih.

Asal Provinsi
Surakarta
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Balita dan Anak
Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Sri Winarni
1 month ago

Selamat sore, Ibu.
Mengenai anak ibu yang merasa nyeri di ulu hati saat cemas atau takut, hal ini bisa jadi berkaitan dengan kecemasan yang dirasakan anak. Namun, sebelum kita menyimpulkan lebih jauh, penting untuk ibu lebih cermat mengamati apakah nyeri tersebut benar-benar disebabkan oleh faktor emosional atau ada kemungkinan masalah medis lainnya. Ada baiknya untuk membawa anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Selain itu, penting juga untuk tidak hanya mencari cara mengedukasi anak dalam mengelola kecemasan, tapi menyempatkan waktu pula untuk mengevaluasi interaksi dan pola komunikasi yang ada antara orangtua atau anggota keluarga yang lain dan anak selama ini. 
Mengapa demikian? Karena cemas, takut, atau reaksi emosi negatif lainnya sering kali memiliki sebab yang lebih dalam. Misalnya, bisa jadi ada bagian dari pola asuh atau cara orangtua merespons perasaan anak yang tanpa disadari memperburuk kecemasan yang dirasakannya. Oleh karena itu, selain mengedukasi anak, ibu juga perlu melacak kemungkinan penyebab kecemasan tersebut, seperti apakah ada faktor lingkungan, pengalaman, atau interaksi tertentu yang mempengaruhi perasaan anak.

Beberapa langkah yang dapat membantu:
1. Cobalah untuk melihat apakah ada pola tertentu dalam cara ibu dan anak berinteraksi yang dapat mempengaruhi kecemasan anak. Apakah anak merasa lebih aman atau lebih cemas ketika dihadapkan pada situasi tertentu?
2. Ajarkan anak teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau relaksasi otot, yang bisa membantu anak menenangkan diri saat cemas.
3. Ajak anak untuk berbicara tentang apa yang membuatnya cemas dan berikan dukungan emosional agar anak merasa didengar dan dipahami.
4. Jangan lupa menghargai saat anak berhasil mengatasi kecemasan, yang bisa membantu meningkatkan rasa percaya diri anak.

Jika pola kecemasan anak tetap berlanjut, saya sarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog untuk memahami lebih dalam penyebab kecemasan tersebut dan mencari cara yang lebih tepat untuk mendukung anak. Semoga jawaban ini bermanfaat ya Bu..

Alesha
Alesha
1 month ago

Selamat malam ibu/bapak saya memiliki anak yang bulan depan sudah berusia 4 th. Saya ingin bertanya tentang bagaimana cara membuat anak speach delay patuh atau mengerti aturan
Terima kasih sebelumnya

Asal Provinsi
DKI Jakarta
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Alesha
1 month ago

Selamat pagi Ibu, terima kasih telah menghubungi kami. 
Menjawab pertanyaan yang Ibu ajukan, berikut beberapa hal yang kami sarankan untuk membantu anak agar dapat lebih mudah memahami aturan dan bersikap patuh. 

Pertama, ketika Ibu berbicara padanya, cobalah berbicara dengan tenang, dengan kalimat yang singkat dan sederhana. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami anak dan ulangi instruksi jika perlu. Kadang anak sulit memahami sesuatu karena kita menyampaikan informasinya terlalu kompleks, atau terlalu banyak dalam satu waktu. Menggunakan gambar atau kartu bergambar juga bisa membantu anak mengerti aturan yang Ibu jelaskan. Misalnya, jika Ibu ingin anak membersihkan mainannya, tunjukkan gambar mainan yang berserakan dan gambar tempat untuk menyimpannya. Selain itu, Ibu juga perlu memperhatikan soal waktu ketika menyampaikan sesuatu yang penting. Jangan sampai memaksakan anak memahami sesuatu ketika ia masih dalam kondisi emosi yang kurang baik, atau sedang melakukan aktivitas lain.

Jangan lupa juga untuk memberi penguatan positif ya, Ibu. Anak-anak cenderung lebih patuh ketika mereka mendapat pujian atau reward atas perilaku baik mereka. Berikan pujian verbal yang jelas seperti “Bagus!” atau “Kamu pintar!” ketika anak mengikuti aturan dengan benar.

Jika hal-hal tersebut sudah diusahakan dengan konsisten, ingat pula bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Jadi mohon untuk tetap bersabar dan memberi anak waktu untuk memahami dan menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Semoga jawaban ini membantu..

Puspa
Puspa
1 month ago

Halo kak. Saya ingin lihat menu lengkap mpasi beserta takaran nya. Dimana saya bisa mengakses nya. Terima kasih

Asal Provinsi
Banten
Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Last edited 1 month ago by Puspa
PPID Ditbalnak
PPID Ditbalnak
Reply to  Puspa
1 month ago

Untuk informasi lebih lanjut dan konseling gratis dengan ahli gizi kami dapat bergabung di WhatsApp Group Gizi Nusantara melalui tautan berikut ini:
https://chat.whatsapp.com/JekrVqNZ5lx6ZdTdN6nPVa
atau scan barcode dibawah ini:

Barcode_WAG_GizNus.png
Sagita Febriani
Sagita Febriani
1 month ago

Selamat malam pak/buk saya memiliki keponakan yang berusia 6 tahun dulu pada saat usia 9 bulanan dia sangat sangat aktif bahkn sudah mampu mengangkat kepala ny namun seiring berjalannya waktu dia mulai tidak bisa mengangkat kepala ny kemudian berat badan ny semakin menurun..setelah itu kami bawa ke rs untuk di cek lalu dokter nya mengatakan bahwa ia terkena TBC padahal saat di cek kembali dan hasil foto keluar ia bersih dan tidak ada TBC sama sekali sedangkan ia sudah sempat mengkonsumsi obat TBC selama 6 bulan dan selama itu tulang tulang ny kamu bahkn tidak bisa berjalan lagi dan tidak bisa diluruskan dan pada saat usia 10 bulanan dia sangat bijak berkata kata dan sudah lancar berbicara namun karna pada saat itu dia pernah jatuh dari tempat tidur dan dokter curiga hal itu yang menyebabkan ia menjadi kaku dan beberapa kata yang seharusnya bisa ia ucapkan menjadi berkurang lalu dokter menyarankan untuk scanning kepala dan ia diberi obat bius selama beberapa jam Sampek kembali kerumah bius ny blm juga habis dan saat ia bangun ia tidak lgi bisa bicara dan hanya bisa berbicara seperti orang bisu atau anak autis namun saat sayaa observasi ia tidak seperti anak autis pada umumnya karena ia mampu bermain dengan teman sebaya ny dan bahkan sempat kami sekolah kan di sekolah umum biasa dan ia mampu mengikuti nya..kira kira apa yg terjadi ya pak/buk mohon arahan ny🙏

Asal Provinsi
Sumatera Utara
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Wiwin Hendriani (IPPI)
Wiwin Hendriani (IPPI)
Reply to  Sagita Febriani
1 month ago

Selamat pagi, Ibu Sagita. Terima kasih telah berbagi cerita tentang keponakan Anda. Berdasarkan informasi yang diberikan, untuk dapat menyampaikan diagnosis dan penjelasan yang lebih detil akan sangat memerlukan konsultasi langsung dengan tenaga medis seperti dokter spesialis saraf atau neurolog. 

Namun, secara umum, keponakan Anda dimungkinkan mengalami masalah medis yang mempengaruhi perkembangan motorik dan bicaranya. Dari penjelasan Anda, sepertinya keponakan Anda menunjukkan gejala yang lebih terkait dengan gangguan neurologis daripada autisme, terutama karena ia masih bisa berinteraksi dengan teman-temannya dan mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah. Kondisi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cedera otak akibat jatuh, efek samping dari pengobatan yang pernah diterima, atau sebab-sebab yang lain.

Agar tahu apa yang sebaiknya dilakukan, penting untuk terus berkonsultasi dengan dokter spesialis yang dapat memeriksa lebih lanjut dan memberi diagnosis dengan lebih tepat. Dengan pemeriksaan yang cermat, nantinya akan dapat diketahui pula terapi-terapi apa saja yang mungkin dibutuhkan, seperti terapi fisik, terapi wicara, atau terapi lainnya untuk membantu pemulihan kemampuan motorik dan bicara keponakan Anda.

Semoga meski terbatas, jawaban ini tetap bisa memberikan sedikit informasi yang diperlukan.

Risna esa
Risna esa
2 months ago

Saya seorang kaka yang mempunyai adik dengan asd dengan spektrum ringan, adik saya saat ini berusia 23 tahun, saat ini tinggal dengan saya untuk melanjutkan pendidikan di sebuah LPK. Namun saya saat ini sedang menghadapi fase adik saya yang sedang tidak mau di atur dan ingin mengatur dirinya sendiri, bagaimana ya cara saya menyikapinya dengan baik?

Asal Provinsi
Jawa barat
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Wiwin Hendriani
Wiwin Hendriani
Reply to  Risna esa
1 month ago

Halo, Kak Risna. 
Menangani adik dengan ASD yang sudah berusia dewasa memang bisa jadi tantangan, apalagi jika ia mulai ingin mengatur dirinya sendiri. Ini adalah fase yang wajar terjadi, karena mereka juga ingin merasakan kebebasan dan kemandirian dalam hidup mereka. 

Menyikapi situasi ini, pertama, cobalah berbicara dengan adik Anda secara tenang dan penuh pengertian. Tanyakan dengan pelan mengapa dia merasa ingin mengatur dirinya sendiri dan apa yang dirasakannya. Pendekatan yang penuh empati akan membuka komunikasi yang lebih baik dan memungkinkan Anda untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Mengingat adik Anda sudah berusia 23 tahun, dia tentu ingin lebih mandiri. Cobalah memberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri dalam hal-hal kecil sehari-hari, seperti memilih jadwal kegiatan atau menentukan apa yang ingin dipelajari. Ini akan membantu meningkatkan rasa percaya dirinya dan memberikan rasa kontrol terhadap hidupnya.
Namun demikian, Anda tetap perlu memberikan batasan yang jelas pada adik Anda, terutama dalam hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan atau kewajiban yang harus dipenuhi. Jelaskan dengan cara yang mudah dipahami mengapa batasan ini penting, dan pastikan Anda tetap konsisten dalam menegakkan aturan.

Selain langkah-langkah tersebut, perlu diingat pula bahwa di usia dewasa, seseorang dengan ASD mungkin belum bisa sepenuhnya mengatur dirinya secara mandiri dalam semua aspek kehidupan. Sebagai kakak, penting juga untuk menyesuaikan ekspektasi Anda dengan kemampuan adik Anda. Cobalah untuk memahami bahwa ada hal-hal tertentu yang mungkin lebih sulit bagi adik Anda, meskipun dia ingin melakukannya sendiri.

Semoga beberapa catatan ini membantu ya. Semangat selalu mendampingi adik.

Sri Muliani
Sri Muliani
2 months ago

Anak sy hr ini baru berusia 1 th. Apa boleh berikutnya masih tetap minum susu TKTP yanh diberikan puskesmas. BB 1 th 8kg.
Masih terapi TBC dan Kejang

Asal Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  Sri Muliani
1 month ago

Informasi lebih lanjut dan konseling gratis dengan ahli gizi kami dapat bergabung di WhatsApp Group Gizi Nusantara melalui tautan berikut ini:
https://chat.whatsapp.com/JekrVqNZ5lx6ZdTdN6nPVa

een
een
2 months ago

Pentingkah susu formula bagi bayi 1 tahun ke atas??

Asal Provinsi
gorontalo
Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
PPID Ditbalnak
PPID Ditbalnak
Reply to  een
1 month ago

Untuk informasi lebih lanjut dan konseling gratis dengan ahli gizi kami dapat bergabung di WhatsApp Group Gizi Nusantara melalui tautan berikut ini:
https://chat.whatsapp.com/JekrVqNZ5lx6ZdTdN6nPVa
atau scan barcode dibawah ini:


Barcode_WAG_GizNus.png
PPID Ditbalnak
PPID Ditbalnak
Reply to  een
1 month ago

Informasi lebih lanjut dan konseling gratis dengan ahli gizi kami dapat bergabung di WhatsApp Group Gizi Nusantara melalui tautan berikut ini:
https://chat.whatsapp.com/JekrVqNZ5lx6ZdTdN6nPVa
atau scan barcode dibawah ini:

Barcode_WAG_GizNus.png
Andik Suhariadi
Andik Suhariadi
2 months ago

Saya Ayah yg mempunyai Anak diagnosa ASD sdh berumur 8 tahun sekarang sdh masuk SD kelas 1 dengan sekolah inklusi sdh menjalani terapi wicara dan fisio terapi bagaimana cara mengatasinya agar anak gampang fokus ketika berkomunikasi

Asal Provinsi
Jawa Timur
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
IMG_20250210_080755.jpg
Wiwin Hendriani
Wiwin Hendriani
Reply to  Andik Suhariadi
1 month ago

Pertanyaan yang sangat baik, Pak Andik. 
Membantu anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) agar lebih fokus dalam berkomunikasi memang membutuhkan pendekatan yang penuh kesabaran dan pemahaman.

Berikut beberapa saran yang semoga bisa membantu:
1. Usahakan lingkungan yang minim gangguan/distraksi ketika berinteraksi dengan anak. Anak-anak dengan ASD seringkali sensitif terhadap suara, cahaya, atau hal-hal yang mengalihkan perhatian. Pastikan saat berkomunikasi, Anda berada di tempat yang tenang dan minim gangguan. Misalnya, hindari televisi atau suara bising lainnya saat sedang berbicara, sehingga anak pun terbantu untuk fokus.
2. Gunakan visual aid (bantuan visual) dalam berkomunikasi. Anak-anak dengan ASD sering lebih mudah memahami informasi melalui gambar atau benda. Orangtua bisa menggunakan gambar atau kartu bergambar untuk menjelaskan percakapan atau instruksi. Misalnya, jika ingin anak fokus pada tugas tertentu, tunjukkan gambar dari langkah-langkah yang harus dilakukan.
3. Berbicara dengan singkat dan jelas. Gunakan kalimat yang sederhana dan langsung ke inti. Anak-anak dengan ASD sering kali lebih mudah fokus jika informasi disampaikan secara jelas dan tidak terlalu panjang. Usahakan berbicara dengan nada yang lembut dan tidak terburu-buru.
4. Perkuat dengan apresiasi. Ketika anak berhasil fokus atau mengikuti percakapan dengan cukup baik, beri pujian atau penghargaan yang positif. Hal ini dapat memberi motivasi tambahan bagi anak untuk berusaha lebih fokus juga di lain waktu.
5. Membantu anak untuk berlatih secara berkala. Orangtua dapat meluangkan waktu untuk melatih fokus anak, misalnya melalui permainan yang melibatkan komunikasi. Bisa dengan permainan sederhana seperti “tanya jawab” atau bercerita bersama, dan pastikan untuk memberi waktu bagi anak dalam meresponnya meskipun agak lama.

Poin utama yang ditekankan di sini adalah bahwa kesabaran dan konsistensi sangat penting. Jangan ragu untuk terus berkomunikasi dengan anak dan menciptakan lingkungan yang mendukung agar anak merasa nyaman dan pelan-pelan terbantu untuk lebih mudah fokus.
Semoga saran-saran ini membantu ya, Pak Andik.

suci
suci
2 months ago

Assalamualaikum wr wb, selamat pagi ibu

izin ibu, bertanya terkait program BKB, adakah atau apakah akan ada program BKB khusus untuk anak berkebutuhan khusus (Difabel), karena beberapa orang tua saat kegiatan Kerabat online bertanya bagaima cara pengasuhan/parenting untuk anak berkebutuhan khusus,disamping orang tua butuh penerimaan diri untuk menjadi org tua dari anak berkebutuhan khusus, serta perkembangan anak berkebutuhan khusus juga tidak bisa di assess melalui KKA

Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  suci
1 month ago

Halo Kak.

Pas sekali, saat ini Kemendukbangga/BKKBN sedang menjalin kerja sama dengan IPPI HIMPSI mengadakan konseling gratis, IG LIVE, dan Webinar TAMASYA Edisi Khusus yang akan membahas secara khusus tentang Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Kakak bisa berkonsultasi secara gratis pada laman ini (https://www.orangtuahebat.id/konsultasi/), mengikuti TAMASYA di KERABAT Edisi khusus sebanyak 4 seri pada https://www.orangtuahebat.id/program/kerabat/, serta mengikuti Instagram Live yang akan diinformasi melalui instagram @ditbalnak.kemendukbangga (https://www.instagram.com/ditbalnak.kemendukbangga/) dan @himpsi.ippi (https://www.instagram.com/himpsi.ippi/).

Terima kasih kak
Salam #BerencanaItuKeren

Gianluigi Alfatih Endo Mahata
Gianluigi Alfatih Endo Mahata
2 months ago

Saya ibu dari anak laki-laki berusia 7 tahun, memiliki adhd dan memakai imolan koklea. Masih belum lancar komunikasi 2 arah, sudah terapi tapi hasil belum maksimal. Akan masuk sd tapi takut akan ketidak manouan anak. Anak banya speach delay tapi intelegensi alhMdulillah baik, bisa bermain lego dan bermain rubik walau 1 sisi dan sedang belajar bermain catur

Asal Provinsi
Sumatra barat
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Hapsari Puspita Rini
Hapsari Puspita Rini
Reply to  Gianluigi Alfatih Endo Mahata
1 month ago

Halo Ibu,
Saya memahami jika ibu merasa khawatir dengan kemampuan ananda. Mendampingi anak berkebutuhan khusus memasuki lingkungan baru tentu membutuhkan kesiapan baik dari sisi anak maupun orang tua. Berikut saya tuliskan beberapa hal yang bisa dicoba untuk dilakukan:

  1. Penggunaan implan koklea akan membantu pendengaran ananda berfungsi lebih baik, namun perlu diikuti dengan sesi terapi wicara agar ananda dapat berkomunikasi dengan baik. Komunikasi dengan terapis wiscara mengenai kemajuan dan target terapi yang sesuai perlu terus berjalan agar proses terapi lebih optimal.
  2. Mengidentifikasi adakah makanan/minuman tertentu yang berimbas pada peningkatan ketidakmampuan ananda untuk fokus saat beraktivitas, misalnya minuman/makanan manis, mengandung cokelat, dll untuk kemudian membatasi porsi konsumsinya
  3. Mengajak ananda beraktivitas fisik di luar ruangan untuk mengoptimalkan fungsi motorik dan sensor inderawinya, tentu dengan terlebih dahulu memastikan bahwa lingkungan sekeliling aman dan disertai pendampingan. Beberapa aktivitas yang bisa dilakukan misalnya bersepeda, bermain di playground, bermain bola, dll Koordinasi sensori motor yang baik akan membantu ananda lebih siap untuk belajar.
  4. Persiapkan kemandirian ananda terutama dalam hal bantu diri dasar seperti: kemampuan untuk buang air kecil atau buang air besar secara mandiri, mengenali barang-barang yang dimiliki dan dibawa, ajarkan ananda untuk menyampaikan kepada guru ketika membutuhkan bantuan di sekolah-jika perlu berikan contoh kalimat sederhana yang dapat digunakan untuk berbicara pada guru.
  5. Sebelum periode bersekolah kenalkan ananda dengan lingkungan di luar dirinya, misalnya dengan mengajak ke taman bermain dan memberikan ananda kesempatan berinteraksi dengan anak-anak seusianya sambil mengamati respon yang ditampilkan.

Semangat ya Ibu, orang tua pun juga perlu berlatih mengelola perasaan, termasuk rasa cemas/khawatir. Jika orang tua tenang, niscaya ananda juga akan dapat mengelola rasa cemasnya dengan lebih baik melalui pendampingan dan teladan dari orang tua.

Maah
Maah
2 months ago

Assamualsikum Bu dokter ingin bertanya masalah imunisasi dpt bagaimana caranya supaya imunisasi dpt tidak panas .di posyandu saya kalau udah imunisasi dpt pada ga mau karna panas .sudah di kasih penyuluhan Han juga kata nya panas Bu kader

Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
PPID Ditbalnak
PPID Ditbalnak
Reply to  Maah
1 month ago

Wa’alaikumsalam, terima kasih atas pertanyaannya. Efek panas setelah imunisasi tidak terjadi pada seluruh anak dan hal ini juga tergantung dari jenis vaksin yang tersedia di fasilitas kesehatan. Apabila memang terjadi demam/panas pada anak setelah diimunisasi, maka hal yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah memantau suhu tubuh anak, dilakukan kompres dengan air suhu hangat-hangat kuku pada bagian ketiak atau pangkal paha, dan apabila diperlukan dapat diberikan obat penurun demam/panas. Jangan lupa untuk memberikan asupan cairan yang cukup untuk anak tersebut dan lakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan terdekat. Lebih baik kita mencegah penyakit melalui imunisasi. Sehat selalu untuk anak dan keluarga.

Aida
Aida
2 months ago

Permisi, Bapak/Ibu. Adik saya adalah anak berkebutuhan khusus dengan spesifikasi learning disability. Anaknya kesulitan untuk mencerna informasi dan pelajaran yang ada di sekolah. Saat ini, dia masuk ke pesantren. Bagaimana cara kami mengoptimalkan tumbuh kembangnya dan membantunya untuk bisa survive dengan kondisi ini? terima kasih

Asal Provinsi
Jawa Timur
Layanan Konsultasi
Pengasuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Hapsari Puspita Rini-IPPI
Hapsari Puspita Rini-IPPI
Reply to  Aida
1 month ago

Halo Kak Aida,
individu dengan SLD merupakan individu yang unik. Pada dasarnya mereka memiliki kapasitas kecerdasan yang memadai untuk memahami informasi,namun membutuhkan cara yang berbeda dari individu tipikal pada umumnya agar dapat memproses informasi dengan baik. Beberapa hal berikut dapat coba dilakukan agar perkembangan adik dapat lebih optimal:

  1. Menggunakan alat bantu belajar sepeti highlighter/stabilo untuk menandai bagian penting pada buku yang dibaca, kemudian membuat rangkuman sederhana / mind mapping terkait materi yang dipelajari agar lebih memudahkan proses belajar selanjutnya.
  2. Mencari ruang yang tenang dan minim gangguan ketika akan belajar.
  3. Berupaya mengenali cara belajar yang sesuai dan efektif bagi diri sendiri. Tak apa berbeda dengan cara belajar teman, karena setiap individu memiliki cara belajar masing-masing yang mungkin lebih efektif bagi dirinya.
  4. Berupaya mengenali dan menggali kelebihan diri misalnya: menggambar, berhitung, olahraga, dll kemudian berupaya untuk mengasahnya secara optimal.
  5. Sampaikan kondisi adik kepada pengasuh di pondok pesantren dan bantuan apa saja yang sekiranya akan dibutuhkan oleh Adik, sehingga tetap ada orang-orang yang memahami kondisi Adik dan dapat memberikan dukungan.
  6. Ajarkan adik menggunakan alat bantu sesuai kebutuhannya, misal: notes untuk mencatat, stabilo, pengingat, dll, sebagai salah satu strategi untuk mengelola kelemahan dengan lebih baik.
  7. yang terpenting, bantu adik memahami dan menerima kondisi dirinya agar ia tetap dapat merasa nyaman dengan dirinya sendiri dengan berbagai kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya, karena merasa nyaman dg diri adalah pondasi bagi terbangunnya rasa percaya diri.

Semangat mendampingi Adik ya Kak Aida. Semoga Adik tumbuh menjadi sosok yang bahagia dan bermakna.. 🙂

Dwi setiani
Dwi setiani
1 year ago

Ijin bertanya Dok, dok masa golden age anak kan sampai 2 tahun dok.pertanyaan saya bagaimana dok anak saya sekarang 2 tahun lebih dan karena ada flek diparu sehingga pertumbuhannya terganggu dok.mohon solusinyan dok untuk memperbaiki dan mempercepat pertumbuhannya? selain saya sedang pengobatan rutin fleknya.dan apakah jika sudah lewat dua tahun berat badan dan tinggi badan masih dibawah standard (pita kuning)apakah akan mempengaruhi perkembangannya selanjutnya dok?
Terima kasih.

Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  Dwi setiani
1 year ago

Halo bu Dwi Setiani,
Terima kasih atas pertanyaannya.

Golden age memang periode krusial, tetapi pertumbuhan anak tetap bisa dioptimalkan setelah 2 tahun. Jika anak mengalami gangguan pertumbuhan akibat flek paru, fokus utama adalah memastikan pengobatan berjalan optimal dan anak mendapat nutrisi yang cukup, terutama protein hewani, zat besi, dan vitamin D.

Meskipun berat dan tinggi di pita kuning, dengan perbaikan nutrisi, stimulasi yang baik, dan monitoring rutin oleh dokter atau tenaga kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan masih bisa dikejar. Jika ada keterlambatan signifikan, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter spesialis anak untuk intervensi lebih lanjut.

Semoga Ibu, ananda, dan keluarga sehat selalu.
Salam Berencana Itu Keren!

mutmainnah razak
mutmainnah razak
1 year ago

saya penyuluh kb dari kota ternate provinsi maluku utara,,saya kan ikut kegiatan belajar mandiri bkb emas dari pertemuan 1 sampai 6, pretest post test dan evaluasi sudah ikuti dan lengkapi,,namun saat masuk di menu sertifikat belajar mandiri saya ndak bisa unduh sertifikat karena tertulis data tidak ditemukan,,mohon petunjuk terkait hal ini..terimakasih

Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  mutmainnah razak
1 year ago

Halo Ibu Mutmainnah Razak

Terima kasih atas pertanyaannya Ibu dan telah turut berpartisipasi aktif mengikuti SIBIMA Kelas BKB EMAS. Sertifikat diperbarui secara berkala oleh Admin Ibu, silahkan dicek kembali pada SIBIMA Kelas BKB EMAS dan masukkan alamat email yang digunakan saat registrasi untuk mengakses Sertifikat. Terima kasih.
Salam Berencana Itu Keren!

Yayuk
Yayuk
1 year ago

Bagaimana mempersiapkan diri sebagai kader grand parenting agar mempunyai anak-mantu yang bisa menjadi orang tua hebat ?

Layanan Konsultasi
Pengasuhan Balita dan Anak
Irma
Irma
Reply to  Yayuk
1 year ago

Halo bu Yayuk,

Terima kasih atas pertanyaannya. Untuk mempersiapkan diri menjadi kakek/nenek yang hebat dalam mengasuh cucu-cucunya, maka perlu ada pemahaman bahwa:

  1. perlu waktu untuk terbiasa karena perilaku anak-anak, pengetahuan dan bahasa mereka serta teknologi yang digunakan berbeda
  2. terbuka dengan ide-ide baru, memperbaharui pengetahuan dan pemahaman tentang dunia pengasuhan
  3. mau menjadi penyimak yang baik
  4. sampaikan waktu kapan kakek/nenek dapat beinteraksi dengan cucu

Ingat bahwa kakek/nenek hanya membantu tugas orang tua. Namun pada kondisi tertentu peran kakek/nenek bisa menggantikan orang tua. Perlu ada diskusi dengan orang tua kesepakatan pengasuhan yang dilakukan oleh kakek/nenek.

Demikian beberapa tips menjadi grand parenting HEBAT!

Terima kasih.

Titi Mastarida Natalina
Titi Mastarida Natalina
2 years ago

Apakah memang benar faktor genetik hanya 10% penyumbang stunting?

Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Dwi Andhika
Dwi Andhika
2 years ago

Apa faktor ibu yang berkontribusi terjadinya stunting pada anak?Apakah ada korelasi antara stunting dan perkembangan kognitif anak?Apakah stunting mempengaruhi perkembangan kognitif anak?  

Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  Dwi Andhika
2 years ago

Halo Kak Dwi Andhika

Terima kasih atas pertanyaan yah!

1. Faktor Ibu yang Berkontribusi terhadap Stunting pada Anak

– Status Gizi Ibu Saat Kehamilan: Ibu yang kekurangan gizi saat hamil meningkatkan risiko anak lahir dengan berat badan rendah, yang berisiko menjadi stunting.
– Kesehatan Ibu: Adanya penyakit menular seperti anemia, infeksi, atau penyakit kronis pada ibu selama kehamilan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan janin.
– Usia Ibu Saat Melahirkan: Usia terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun) meningkatkan risiko komplikasi kehamilan dan bayi stunting.
– Pola Konsumsi dan Pengetahuan Gizi: Ibu yang kurang memahami pentingnya konsumsi makanan bergizi selama masa kehamilan dan menyusui dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
– Perawatan Anak: Kurangnya ASI eksklusif dan pengenalan MPASI yang tidak sesuai kebutuhan gizi anak juga berkaitan dengan stunting.

2. Korelasi antara Stunting dan Perkembangan Kognitif Anak

Ada korelasi yang signifikan antara stunting dan perkembangan kognitif anak. Beberapa studi menunjukkan:
– Gangguan Perkembangan Otak: Stunting memengaruhi perkembangan otak karena kekurangan nutrisi, seperti protein, zat besi, yodium, dan asam lemak omega-3, selama periode kritis tumbuh kembang otak.
– Fungsi Kognitif Lebih Rendah: Anak yang stunting cenderung memiliki kemampuan memori, perhatian, dan bahasa yang lebih rendah dibandingkan anak dengan pertumbuhan normal.
– Prestasi Akademik: Anak stunting lebih berisiko mengalami kesulitan belajar di sekolah, yang memengaruhi pencapaian akademik jangka panjang.

3. Apakah Stunting Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Anak?

Ya, stunting secara langsung memengaruhi perkembangan kognitif anak. Berikut penjelasannya:
– Efek Jangka Pendek: Anak stunting sering kali mengalami keterlambatan bicara, berkurangnya kemampuan berinteraksi sosial, dan keterbatasan eksplorasi lingkungan.
– Efek Jangka Panjang: Penurunan kemampuan kognitif akibat stunting dapat berdampak pada kualitas hidup di masa dewasa, termasuk kemampuan bekerja dan pendapatan ekonomi.
– Masa Kritis: Dampak stunting pada perkembangan kognitif sering kali tidak dapat sepenuhnya diperbaiki jika terjadi dalam 1000 hari pertama kehidupan (periode kehamilan hingga anak usia dua tahun).

Untuk mengatasi stunting dan dampaknya, diperlukan intervensi multidimensi, seperti edukasi gizi, peningkatan akses layanan kesehatan, dan program pemberdayaan ibu dan keluarga.

Semoga jawaban ini membantu yah.
Ayo Jadi Orang Tua Hebat!
Salam Berencana Itu Keren

Dewi Pusparini
Dewi Pusparini
2 years ago

Bagaimana cara memberikan dukungan dan mengatasi hambatan untuk mencegah dan menangani anak stunting? Berapa jarak ideal antar kehamilan yang direkomendasikan BKKBN untuk membantu pencegahan stunting? Bagaimana peran orang tua dalam mengenali dan mencegah terjadinya stunting pada anak? 

Layanan Konsultasi
Gizi dan Kesehatan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  Dewi Pusparini
2 years ago

Halo Kak Dwi Andhika

Terima kasih atas pertanyaan yah!

Mencegah dan menangani stunting membutuhkan dukungan multisektor. Dukungan utama dapat dilakukan dengan memastikan ibu hamil mendapat gizi cukup, pemeriksaan kehamilan rutin, dan suplementasi seperti tablet tambah darah (TTD). Setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan dan MPASI bergizi seimbang sangat penting. Hambatan seperti rendahnya pengetahuan gizi dan akses layanan kesehatan dapat diatasi melalui edukasi, peningkatan peran kader posyandu, dan bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH).

BKKBN merekomendasikan jarak ideal antar kehamilan minimal 3 tahun untuk mencegah stunting. Hal ini memberikan waktu bagi ibu untuk memulihkan kesehatan dan memastikan anak sebelumnya mendapatkan perhatian penuh, terutama pada periode kritis 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Jarak yang terlalu dekat meningkatkan risiko kekurangan gizi pada ibu dan anak, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya stunting.

Orang tua berperan penting dalam mengenali dan mencegah stunting. Pemantauan rutin di posyandu untuk mengukur tinggi dan berat badan anak harus dilakukan secara konsisten. Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan makanan bergizi, menjaga kebersihan lingkungan, serta memenuhi imunisasi anak. Selain itu, stimulasi perkembangan seperti bermain dan berinteraksi secara verbal juga mendukung tumbuh kembang anak secara optimal. Nah orang tua juga belajar di kelas BKB, orang tua akan mendapatkan edukasi mengenai pola asuh yang tepat, pemberian makanan bergizi, serta cara memantau tumbuh kembang anak.

Semoga jawaban ini membantu yah.
Ayo Jadi Orang Tua Hebat!
Salam Berencana Itu Keren

Reski Yulianti
Reski Yulianti
2 years ago

Bagaimana cara menghadapi di masyarakat atau di desa yang tidak mau dikatakan anaknya stunting? 

Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Irma
Irma
Reply to  Reski Yulianti
1 year ago

Yth Reski Yulianti,

Betul sekali apa yang menjadi perhatian Bu Reski. Beberapa daerah juga mengeluhkan hal yang sama. Untuk itu kita perlu menjaga agar tidak terjadi stigma terhadap keluarga dari anak stunting. Mereka harus tetap dirangkul dalam program. Bahasa ‘stunting’ agar tidak digunakan untuk memberikan label anak atau perlu kehati-hatian dari para petugas dan kader. Yang terpenting adalah edukasi dan upaya pencegahan anak agar terhindari dari risiko stunting.

Demikian bu Reski.

Terima kasih

dr. alti-BKKBN Riau
dr. alti-BKKBN Riau
2 years ago

mohon perkenan utk juga melampirkan materi-materi pd setiap keg yang dilaksanakan balnak di web ini…shg sewaktu-waktu diperlukan dpt di download dr web ini..trmksh

Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Tim PPID Ditbalnak
Reply to  dr. alti-BKKBN Riau
2 years ago

Halo Ibu dr. Alti.

Terima kasih banyak atas masukannya Ibu.
Ibu dapat mengunjungi Menu Program pada Website Orang Tua Hebat (https://www.orangtuahebat.id/program/) untuk menemukan materi dari setiap program/kegiatan pada Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak. Terima kasih.

Salam Berencana Itu Keren!

Endang KOMSATUN
Endang KOMSATUN
2 years ago

Apa ciri khusus anak stunting

Layanan Konsultasi
Program Bina Keluarga Balita dan Anak
Endang KOMSATUN
Endang KOMSATUN
Reply to  Endang KOMSATUN
2 years ago

Saya kader bkb dari desa Tanjung damai,provinsi riau

dr. Irma Ardiana, MAPS
dr. Irma Ardiana, MAPS
Reply to  Endang KOMSATUN
2 years ago

Halo Ibu Endang, Kader BKB Tanjung Damai, Provinsi Riau. 
Terima kasih atas pertanyaan yang diberikan. Ciri anak stunting adalah panjang atau tinggi badan berdasarkan umur berada di bawah – 2 SD (Standar Deviasi), agar Ibu Endang melihat di kurva grafik pertumbuhan berdasarkan jenis kelamin yang ada di buku KIA. Anak stunting pada umumnya mengalami gangguan kecerdasan. Yang paling penting bagi kader BKB adalah mendeteksi risiko terjadinya stunting yaitu melalui pengukuran berat badan berdasarkan umur yang tidak sesuai dengan garis normal, bayi yang tidak menerima ASI eksklusif, bayi yang sering demam, bayi dengan riwayat prematur/berat badan lahir rendah (BBLR), anak yang tidak diberikan imunisasi dasar lengkap, tidak menerima MP ASI sesuai dengan ketentuan di buku KIA, serta bayi yang tinggal bersama keluarga yang tidak memiliki akses air bersih dan jamban. Ibu Endang agar bisa meminta data keluarga berisiko stunting kepada PKB/PLKB setempat untuk Bu Endang dampingi. Salam Berencana itu Keren.

Muhammad Rusli
Muhammad Rusli
2 years ago

Assalamalaikum wrwb. Bu Dokter, terkait dengan Gizi, gmn cara menhitung gizi terkait sarapan pagi. setiap anak tentu ada takarannya, juga terkait umur. paling tdk sebagai orang tua harus tau kalori, protein dll. mohon petunjuk

S.A. Nugraheni / didiet
S.A. Nugraheni / didiet
Reply to  Muhammad Rusli
2 years ago

Wa’alaikum salam wr wb .. terimakasih sekali pak Rusli pertanyaannya, untuk sarapan memang kita tidak boleh berlebihan dan juga sebaiknya tidak boleh tidak ada sarapan sama sekali. Intinya untuk anak-anak kita sesuaikan seimbang dengan ukuran lambung dan usianya, kalau anak balita tentunya lebih sedikit porsinya dari anak SD dst. Untuk ukuran zat gizi yang masuk kita memang perlu memberikan jenis makanan yang beragam yang dimana bahan pangannya mengandung karbohidrat (KH) dan lemak sebagai zat tenaga, protein dan lemak sebagai zat pembangun dan vitamin mineral sebagai zat pengatur. Sehingga dalam meneydiakan sarapan anak tidak usah terlalu njlimet ukuran jumlah zat gizinya, karena itu akan membuat putus asa orang tua yang tidak bisa menghitung zat gizi, yang penting ada sumber KH yaitu nasi atau roti atau sagu atau kwetiau dsb sebagai pengganti sumber KH, kemudian ada lauk pauk bisa nabati bisa hewani salah satu seperti tahu, tempe, telur, ikan fillet, atau daging ayam dsb, kemudian sumber vitamin mineral, dari sayur atau buah seadanya. semua makanan tersebut tidak harus mahal, tetapi yang penting ada gabungan dari semuanya, dan tidak harus banyak atau berlebihan, kalau anak sudah merasa cukup dengan porsi yang diberikan dan sudah merasa kenyang berarti lambung sudah penuh, jangan dipaksakan lagi. untuk minum susu atau air putih ataupun jus sebaiknya jangan sebelum makan, karena akan membuat lambung penuh sehingga nafsu makan akan menurun dan anak tidak mau atau tidak selera makan lagi. demikian Bapak, semoga membantu dan dapat diterapkan dengan baik, maturnwn barokalloh .. aamiin YRA .. wass wr wb

Michael
Michael
Reply to  S.A. Nugraheni / didiet
1 year ago

Terimakasih

Dian
Dian
2 years ago

saya kader bkb mawar di probolinggo, apakah bisa dijelaskan perbedaan bkb biasa dengan bkb hi?

Irma Ardiana
Irma Ardiana
Reply to  Dian
2 years ago

Halo KERABAT
Salam sehat bu Dian, KAder BKB Probolingga

Perbedaan BKB (biasa) dengan BKB HI utamanya pada integrasi pelayanan bu Dian.
Kalau BKB kegiatannya fokus memberikan layanan edukasi/penyuluhan kepada keluarga yang memiliki Anaka Usia Dini (AUD).
BKB HI kegiatannya terintegrasi antara layanan BKB dengan layanan yang diberikan melalui posyandu/PAUD atau layanan sejenis lainnya.

Demikian bu Dian
Terima kasih

62
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x