Melalui Mental Bunda yang Sehat Tercipta Keluarga Berkualitas dan Bahagia

Maraknya pemberitaan kriminalitas yang dapat kita saksikan melalui berbagai media sosial dengan pelaku utama yaitu wanita dan anak-anak, membuat saya termotivasi untuk menulis artikel ini, dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam mencegah bertambahnya jumlah tindak kriminal di lingkungan masyarakat, melalui cara dan trik pendekatan emosional dengan upaya menjaga kesehatan mental orang tua.

Berdasarkan pengalaman yang saya dapatkan di lingkungan kerja, dimana saat ini saya bekerja di sebuah RS di wilayah Kalimantan Barat dan saya juga merupakan seorang istri dari prajurit TNI AD yang memiliki tugas cukup berat yakni menjaga NKRI secara keseluruhan, dimana tentu saja saya harus siap menjalankan semua peran ketika harus berjauhan dengan suami karena tugas yang di embannya. Di sini saya ingin berbagi dan mengajak para bunda untuk tetap bisa maksimal memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik kepada buah hati meskipun memiliki tantangan terpisah jarak dengan suami yang dikarenakan kewajibannya. Saya menemukan banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh buah hati mereka disebabkan oleh mental dari bunda yang kurang sehat, seperti yang kita ketahui bahwa kesehatan mental menurut WHO adalah keadaan sejahtera secara mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan atau stress, menyadari kemampuannya, dapat belajar dengan baik, belajar dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya. Sehingga dapat dipastikan apabila seorang ibu atau ayah yang memiliki mental yang sehat maka seorang anak juga akan memiliki mental yang sehat.

Dari banyaknya interaksi yang saya lakukan dengan para orangtua, baik orangtua baru (anak pertama) maupun orangtua yang sebelumnya sudah berpengalaman menjadi orangtua (lebih dari 1 anak), tentu saja mereka memiliki latar belakang yang beraneka ragam, dari jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan lingkungan dengan segala budayanya. Lebih menariknya lagi untuk suku yang ada di wilayah kami cukup banyak , diantaranya suku melayu, suku dayak, suku jawa, suku china (tionghoa) dan suku madura, membuat saya mendapatkan banyak referensi mengenai bagaimana cara mengatasi masalah yang dihadapi para orang tua dalam memberikan perawatan, pengasuhan dan pendidikan yang positif dan maksimal kepada buah hati mereka di rumah tanpa menimbulkan stress, ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan. Sehingga munculah sebuah pandangan bahwa mengasuh dan mendidik anak adalah suatu hal yang menyenangkan disertai dengan support system yang kuat.

Bekerja sebagai tenaga kesehatan sekaligus tergabung dalam organisasi Persit KCK membuat saya merasa bangga karena selain mendapatkan ilmu yang dapat kami gunakan untuk diri sendiri dan keluarga , tentunya ilmu tersebut yang apabila kami salurkan kepada masyarakat di lingkungan sekitar akan memberikan manfaat yang luar biasa, sebagai contoh kecil yang terlihat adalah adanya perubahan sikap dari ibu yang awalnya memiliki kecemasan cukup tinggi menjadi ibu yang penuh semangat dan kooperatif dalam mengasuh dan mendidik buah hatinya.

Dari banyaknya wawancara yang kami dapatkan saat menyambut klien kami yang baru datang yakni sekitar 840-900 klien / tahunnya, kami menemukan masalah yang cukup kompleks yang dihadapi oleh setiap orangtua klien kami di antaranya,

1.Ketidaktahuan para orangtua untuk memberikan pengasuhan dan pendidikan untuk buah hatinya,

Dalam hal ini ketidaktahuan yang dimaksud berdasarkan perilaku dapat dibagi menjadi dua yakni ketidaktahuan yang dimiliki karena ketidakmampuan orangtua dalam mencari ilmu yang dibutuhkan ataupun ketidaktahuan yang dimiliki karena belum adanya kesadaran dari orangtua tersebut tentang apa yang dibutuhkan oleh buah hatinya..

2. Hidup bersama orangtua yakni nenek dan kakek dari buah hati mereka dengan pengaruh mitos yang masih sangat kental.

Salah satu faktor terbesar sehatnya mental seorang ibu dipengaruhi oleh lingkungan salah satunya adalah lingkungan dengan kuatnya mitos yang berujung pada pembatasan dalam segala hal, misalnya makanan, kebersihan diri dll.

3.Adanya konflik dengan pasangan

Memiliki pasangan hidup tentunya bukan hal yang mudah karena harus beradaptasi dengan berbagai macam hal seperti karakter, pola hidup, gaya hidup, kebiasaan yang kadang disertai dengan adanya tuntutan pekerjaan.

4.Kondisi perekonomian yang belum stabil,

Masalah ekonomi tak dapat diragukan lagi sering memicu masalah besar yang berujung pada hancurnya mental seseorang, yang mana dapat menjadikan seorang kehilangan kendali atas dirinya, amarahnya, dan sikapnya yang tak tanggung-tanggung dapat berujung pada melakukan kekerasan fisik pada anggota keluarganya.

5.Pernikahan di bawah umur

Baru-baru ini BKKBN menyatakan bahwa usia ideal menikah bagi wanita yakni usia 21 tahun dan pria yakni berusia 25 tahun, tentu saja hal ini merujuk pada kesiapan secara fisik maupun mental yang memiliki pengaruh besar pada setiap pengambilan keputusan terhadap segala sesuatu yang akan dihadapinya

6.Belum adanya kesadaran tentang perencanaan dalam berkeluarga,

Banyak juga yang saya temukan pasangan yang menikah dipengaruhi oleh egoismenya atas dasar karna suka, atau masih mengandalkan bahwa mereka memiliki orang tua yang mampu menghidupi, sehingga tidak terfikirkan bahwa pengasuhan dan pendidikan anak tidak akan bisa terus di sokong oleh anggota keluarga lain selain mereka sendiri.

7. Ketidaksiapan orangtua ketika buah hati mereka memiliki kelainan bawaan, yang terkadang membuat orangtua tersebut kurang bahkan tidak kooperatif dalam membantu proses pengobatan, perawatan, pengasuhan serta pendidikan dalam jangka panjang.

Memiliki buah hati yang terlahir istimewa tentunya sangat memerlukan kerelaan hati disertai kesabaran serta motivasi yang tinggi oleh orangtua untuk dapat memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik, namun tidak sedikit orangtua yang tidak dapat menerima kondisi ini sehingga terjadi penelantaran, ketidakperdulian terhadap anak.

Tantangan bagi kami tentunya ketika menghadapi para orangtua dengan permasalahan di atas, namun melalui berbagai macam cara dan trik yang kami gunakan saat menghadapi orangtua dari klien tersebut, kini ruangan tempat kami bekerja telah menjadi tempat yang dipilih oleh mayoritas masyarakat baik dari lingkungan sekitar kota kami, maupun dari luar kota di wilayah Kalimantan Barat. Adapun cara dan trik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut,

1. Memperluas ilmu pengetahuan secara holistik yakni biopsikososial.

Seorang tenaga kesehatan bahkan seorang kader harus memiliki motivasi yang tinggi untuk membuka diri, menerima dan menambah ilmu pengetahuan yang merujuk pada bagaimana agar para orangtua dapat memberikan pengasuhan dan pendidikan yang baik untuk buah hatinya.

2. Belajar tehnik berkomunikasi yang baik

Membiasakan diri untuk menggunakan bahasa yang santun, sopan dan mudah dipahami, dengan begitu para orangtua yang sedang dalam masalah atau memiliki konflik tidak akan mudah tersulut emosi atau amarahnya, sehingga situasi yang kondusif dapat terjaga

3. Bersikap ramah, jujur dan terbuka

Memiliki sikap tidak melihat manusia dari latarbelakang apapun yg dimilikinya akan membawa kita pada keikhlasan untuk berkomunikasi dengan siapapun, dalam kondisi ini akan tercipta rasa kekeluargaan yang dapat meningkatkan rasa kepercayaan.

4. Siap menjadi pendengar yang baik

Tenaga kesehatan maupun kader pada dasarnya adalah manusia biasa, sehingga untuk dapat memposisikan diri sebagai pendengar yang baik kita harus menyiapkan diri kita dulu, baik itu waktu, stabilitas emosional, dan informasi yang cukup tentang siapa yang akan dihadapi.

5.Memiliki sifat empati dan profesional

Sudah merupakan kewajiban seorang nakes atau kader harus memiliki sikap empati dan hendaknya harus professional yakni melakukan tugas sesuai dengan proporsinya, sehingga dalam mengerjakan sesuatu harus memiliki tujuan, target pencapaian dan batas waktu pencapaian , dan jangan lupa untuk melakukan terminasi dengan orangtua klien jika masalah sudah teratasi.

6. Siap menjadi orang yang solutif bukan provokatif

Perlu dipahami bahwa nakes dan kader adalah tempat orangtua mengadukan dan menyampaikan permasalahannya dalam mengasuh dan mendidik anaknya sehingga hendaknya kita dapat memberikan solusi yang baik.

7.Siap menerima kritik dan saran

Nakes dan kader hendaknya selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pesertanya yang mayoritas orang awam, dan menjadikannya sebagai acuan untuk memperbaiki diri bahkan program yang di embannya

8.Bersikap tegas untuk hal-hal yang protokoler yakni menyampaikan ilmu yang sesuai standar pada acuan yang baku.

Mengerjakan apapun harus memiliki acuan pencapaian yang standar, yakni memiliki referensi yang jelas misalnya berpedoman pada buku KIA, Buku OrangTua Hebat dll.

9.Memiliki persuasi positif dan siap untuk mengajarkannya ke orangtua klien

Persuasi positif menurut KBBI adalah mengajak atau meyakinkan seseorang ke arah yang positif contoh mengajak orangtua untuk mengatakan dalam hatinya bahwa dirinya adalah ibu/ayah yang sehat, kuat dan baik, setiap detik, waktu dan setiap hari.

Manfaat yang saya rasakan dari penggunaan cara di atas adalah

  1. Ilmu pengetahuan saya dan orangtua klien yang semakin meningkat
  2. Orangtua klien memiliki kepercayaan yang tinggi sehingga memudahkan saya untuk mengarahkan dan mengajarkan setiap ilmu yang harus mereka miliki guna merawat anaknya di rumah.
  3. Orangtua klien tidak segan lagi untuk menanyakan segala sesuatu tentang kesehatan anaknya bahkan tentang dirinya sendiri.
  4. Kepercayaan diri yang meningkat sehingga membuat mereka bersemangat untuk mengasuh dan mendidik buah hatinya.
  5. Tenang saat mengembalikan klien ke lingkungan nya, karena support system di lingkungan nya sudah siap.
  6. Tingkat kepuasan perawatan dirasakan oleh semua pihak yang merawat, tentunya lintas profesi
  7. Promosi dari orangtua klien dan keluarganya ke masyarakat tentunya akan memberikan dampak positif di berbagai hal , baik secara fisik maupun materi.
  8. Dalam keluarga yang bahagia , mental anggota keluarga yang sehat akan terjaga

Demikian artikel dari saya semoga memberikan manfaat untuk semua pembaca dari segala penjuru. Trik dan cara yang saya gunakan ini tentunya dapat juga di gunakan oleh kader kesehatan baik Posyandu dan BKB, guna memaksimalkan perannya dalam mengelola semua peserta yang ia kelola. Dengan mental orangtua yang kuat dan sehat tersebut , akan mempermudah dalam pemberian pengasuhan dan pendidikan anak, karena sejatinya karakter anak berkualitas, cerdas dan tangguh adalah mutlak berasal dari lingkungan yg diciptakan oleh orang tuanya sendiri.

 

Tutik Hariani

Kader BKB Beruang

Persit Kartika Chandra Kirana

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Pentingnya Kesehatan Mental Ibu dalam Tumbuh Kembang Si Kecil” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
1
+1
0
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x