Pengasuhan Positif A3 Pada Bayi Prematur, yuk TPK Bisa (KIE)!

Kelahiran yang ditandai hadirnya buah hati di dunia merupakan moment paling ditunggu setelah kehamilan. Bahkan kehadirannya telah disiapkan sedemikian rupa, bukan? Namun, kita perlu mewaspadai hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 yang menyebutkan bahwa masih terdapat sebanyak 29,5 persen bayi lahir prematur. Selain itu, bayi lahir prematur juga sangat beresiko mengalami stunting karena panjang badan lahirnya kurang dari 48 sentimeter. Stunting menurut WHO adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan seorang anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan dibawah -2 standar deviasi (SD) yang terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan anak. Berbagai intervensi baik sensitif maupun spesifik telah dilakukan pemerintah dalam mencegah bayi lahir prematur. Dalam hal ini BKKBN sebagai ketua percepatan penurunan stunting telah membentuk Tim Pendamping Keluarga atau yang kita kenal sebagai TPK. Tim Pendamping Keluarga yang terdiri dari bidan desa, kader PKK, dan kader KB ini memiliki tugas melakukan penyuluhan, memfasilitasi pelayanan rujukan dan memfasilitasi pemberian bantuan sosial serta melakukan surveilans kepada sasaran keluarga berisiko stunting baik itu bagi calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca persalinan, serta baduta dan balita. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga dalam mendampingi kasus bayi lahir prematur? Ya, betul sekali. Para TPK dapat memberikan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) kepada orangtua bayi lahir prematur agar dapat melakukan pengasuhan positif A3. Mau tahu pengasuhan positif A3 itu? Baca sampai tuntas, ya!

Pengasuhan positif adalah pengasuhan yang dilandasi oleh kasih sayang, membangun hubungan dekat antara orangtua-anak, pemenuhan dan perlindungan hak-hak anak, serta mengoptimalkan stimulasi tumbuh kembang anak di awal kehidupannya. Bayi lahir prematur tentu memiliki keistimewaan khusus dalam perawatan dibandingkan bayi lahir cukup bulan. Sebab, perkembangan bayi lahir prematur akan mengalami keterlambatan baik dari sistem motorik maupun sensoriknya dibandingkan bayi lahir cukup bulan. Bagaimana memulai pengasuhan yang positif itu? Pengasuhan positif dapat dimulai dari menghadirkan lingkungan positif bagi bayi untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa memberikan stimulasi positif bagi BBLR dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan si anak. Selain itu, pengasuhan positif juga dapat menurunkan faktor resiko terjadinya stunting. Sebab orang tua telah melakukan intervensi dini di awal kehidupan anak.

Lalu apa itu A3? A3 merupakan singkatan dari Asah, Asih, dan Asuh sebagai kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi oleh orangtua sebagai faktor protektif resiko terjadinya stunting pada bayi lahir prematur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara perkembangan balita gizi buruk dengan pemenuhan dasar asah, asih, dan asuh anak. Selanjutnya, yuk pahami setiap komponen A3 dalam pengasuhan positif bayi lahir prematur agar terhindar dari risiko stunting.

  1. ASAH [kebutuhan stimulasi anak]

Bayi lahir prematur akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan diluar rahim karena ketidakmatangan/ imaturitas sistem organ. Pemberian stimulasi pada bayi prematur yang tepat dapat dimulai dari interaksi yang aman dan menyenangkan bagi semua aspek perkembangan anak. Perlu diingat bahwa stimulasi pada bayi lahir prematur tidak sama dengan bayi cukup bulan. Sebagaimana Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A (K) dalam Webinar Promosi & KIE Pengasuhan 1000 HPK Seri VIII menjelaskan bahwa orangtua dapat secara bertahap berlatih mengasuh bayi sejak di NICU, ruang bayi, ataupun rawat gabung untuk berbicara yang lembut pada bayi dan dikombinasi dengan sentuhan sehingga menstimulasi 3 aspek sekaligus. Melakukan stimulasi bayi prematur juga tidak boleh berlebihan dan hentikan jika bayi nampak lelah. Stimulasi bayi prematur dapat dilakukan dengan:

  1. Memegang tanpa mengusap sebagai dasar terapi sentuh dan awal keyakinan orangtua terhadap bayinya.
  2. Metode kangguru (skin to skin contact).
  3. Stimulasi pijat bayi dengan rangsangan taktil/raba dan rangsangan kinestetik.
  4. ASIH [kebutuhan emosi dan kasih sayang]

Perilaku ibu yang menunjukkan kasih sayang dan kepekaan pada bayi lahir prematur dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan motivasi. Hasil penelitian menyebutkan kontak fisik dan kenyamanan dari kasih sayang yang diberikan menjadi faktor penting terbentuknya kelekatan ibu-anak sebagai fondasi jiwa sehat anak yang akan terbawa sampai dewasa. Kelekatan antara ibu dengan anak dapat menjadi pemicu munculnya hormon cinta yang membuat rasa nyaman pada bayi seperti serotonin, oxytocin, endorphins, dan dopamine. Hormon-hormon tersebut dapat memicu pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, lho! Selain itu, kelekatan juga menjadi dasar interaksi antara ibu dengan bayi untuk mengoptimalkan stimulasi di setiap perkembangannya.

  1. ASUH [kebutuhan fisik biologis]

Perawatan bayi prematur perlu diperhatikan aspek nutrisi dan gizi seimbang seperti pemberian ASI eksklusif, kesehatan, dan lingkungan yang sehat. Sebab kebutuhan dasar dalam aspek asuh ini dapat menunjang pertumbuhan otak dan pertumbuhan jaringan dalam tubuh. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk imunitas bagi bayi lahir prematur. Dalam penelitian perawatan pada bayi prematur di NICU, Altimier & Philips (2016) menyebutkan terdapat 7 asuhan perkembangan neuroprotective dengan melibatkan keluarga, yaitu:

  1. Lingkungan penyembuhan => perhatikan paparan cahaya dan kebisingan yang mungkin terdapat di NICU.
  2. Bekerjasama dengan keluarga => pentingnya dukungan positif keluarga kepada orangtua bayi agar tidak mengalami stress.
  3. Mengatur posisi => posisi terbaik bagi bayi prematur adalah nesting, yakni memberikan penyanggah pada posisi tidur bayi (misalkan bentuk lingkaran dari kain sesuai tinggi badan bayi) agar bayi tetap dalam posisi fleksibel.
  4. Tidur terjaga/ tenang => jika bayi terganggu tidurnya, maka dapat memicu stress dan perubahan fisiologisnya.
  5. Meminimalkan stress dan rasa sakit => orang tua dapat memberikan rasa nyaman pada bayi seperti perawatan metode kangguru atau skin to skin.
  6. Melindungi kulit => bayi prematur belum memiliki fungsi kulit yang optimal, sehingga perlu dijaga agar bayi tetap berada di posisi aman.
  7. Mengoptimalkan nutrisi => menyusui adalah cara terbaik dalam pemberian nutrisi bagi bayi prematur, selain itu kontak skin to skin antara ibu dengan bayi juga dapat menstabilkan suhu tubuh agar tetap hangat.

Itulah pengasuhan positif A3 bagi bayi lahir prematur yang bisa dijadikan referensi melakukan KIE bagi Tim Pendamping Keluarga. Implementasi pengasuhan positif A3 juga bisa dikaitkan dengan 8 fungsi keluarga yang terdiri dari fungsi agama, fungsi kasih sayang, fungsi perlindungan, fungsi sosial dan budaya, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, serta fungsi pembinaan lingkungan. Pengasuhan positif A3 menghadirkan keterpaduan antara kebutuhan dasar anak dengan implementasi perawatan yang seharusnya didapatkan baik bagi bayi lahir prematur maupun cukup bulan. Penguatan pada peran pengasuhan orangtua sebagai faktor protektif bagi bayi dapat memungkinkan bayi lahir prematur terhindar dari stunting karena kebutuhan dasarnya telah tercukupi. Ibarat gelas yang telah terisi air asah, asih, dan asuh dalam komposisi yang ideal. Jika kita menilik program percepatan penurunan stunting dengan target 14% di tahun 2024, maka pengasuhan positif A3 dapat menjadi solusi untuk tumbuh dan berkembangnya bayi lahir prematur menjadi bayi yang sehat dan berkualitas. Terlebih jika pengasuhan positif A3 ini optimal dilakukan oleh orangtua maka dapat terbentuk kelekatan antara ibu dengan anak sebagai pondasi masyarakat damai dan sejahtera. Sebagaimana Megawangi (2014) orangtua dewasa yang memiliki kelekatan emosi kuat dengan orangtuanya sejak bayi, maka akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat jiwanya.

Referensi:

  • Altimier, L., & Phillips, R. (2016). The neonatal integrative developmental care model: advanced clinical applications of the seven core measures for neuroprotective familycentered developmental care. Newborn and Infant Nursing Reviews, 16(4), 230–244.
  • Direktorat PAUD KEMENDIKBUD. 2020. Modul Pengasuhan Positif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
  • Megawangi R. 2014. Kelekatan Ibu-Anak Kunci Membangun Bangsa. Depok: Indonesia Heritage Foundation.

World Health Organization (WHO). www.who.int.

Profil Penulis, 

Lutfiah Syahidah
Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Pengasuhan pada Bayi Prematur dan Panjang Bayi Lahir Rendah” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
8
+1
2
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x