Mengelola Emosi Ibu Pekerja demi Kesehatan Mental

Emosi yaitu luapan perasaan dan pikiran yang berkembang dan surut dalam waktu yang singkat. Emosi berasal dari kata latin yaitu Emovere (keluar) dan Movere (bergerak) yang berarti emosi bergerak keluar. Emosi terletak di otak bagian tengah dan sebesar kepalan tangan yang berhubungan dengan sumsum tulang belakang yang sangat mempengaruhi tubuh sehingga nanti nya berpengaruh terhadap kesehatan mental. 

Perjalanan jadi ibu adalah perjalanan yang rasanya seperti naik wahana permainan di taman bermain. Kadang naik, kadang turun, kadang mendebarkan, kadang membuat kaki menjadi lemas akan tetapi juga merasa sangat bahagia pada saat yang bersamaan. Terlebih menjadi ibu dan juga menjadi wanita karir dalam waktu yang bersamaan, yang memang sangat menguras tenaga dan pikiran apabila tidak diimani dan didasari dengan kesadaran sepenuh hati bahwa kita yang menginginkan hadirnya seorang buah hati. Hasil penelitian Pirous Apreviadizy tahun 2014 menunjukan bahwa stress banyak dialami ibu bekerja daripada ibu yang tidak bekerja. 

Menjaga kesehatan mental seorang ibu yang bekerja adalah hal yang sangat penting, karena peran ganda sebagai ibu dan pekerja bisa menimbulkan stress dan tekanan tambahan. Kesehatan mental merupakan tanggung jawab semua, baik pasangan, keluarga hingga pemerintah. Menjaga kesehatan tetap sehat agar dapat bisa bekerja dan berfungsi secara sosial. Bahkan gangguan kesehatan mental kemungkinan bisa dialami oleh siapapun, baik ibu pekerja atau tidak karena masing-masing memiliki beban dan tanggung jawab yang sama.

Sangat penting menjaga kesehatan mental ibu bekerja. Karena saat kesehatan mental ibu pekerja terjaga degan baik maka dapat melakukan segala sesuatu dengan baik juga. Sedangkan jika kesehatan mental seseorang terganggu, maka mereka akan cenderung lebih mudah marah, interaksi sosial menjadi kurang baik dan semua pekerjaan kantor ataupun rumah menjadi terbengkalai. Disamping itu, kesehatan fisik juga perlu dijaga untuk menyeimbangkan kesehatan mental pada seseorang terutama seorang ibu pekerja.

Biasanya hal yang sering terjadi pada ibu pekerja adalah stres dan depresi. Akibatnya, banyak  permasalahan yang dihadapi baik dirumah atau kantor belum terselesaikan dan akhirnya membuat tertekan. Stres atau depresi yang tidak teratasi dengan baik ini dapat memicu timbulnya gangguan kesehatan mental pada ibu pekerja.

Pengalaman saya sebagai ibu yang juga bekerja, memang managemen waktu sangat penting dan tentunya dukungan dari suami juga menentukan bagaimana pengelolaan emosi saya sendiri. Suami yang turut serta dalam pekerjaan rumah tangga sangat membantu kewarasan mental saya yang berpacu dengan waktu dalam pengasuhan anak. 

Bagaimana tips dan trik untuk mengelola emosi ibu pekerja? Berikut tips dan trik nya :  

1.Kenali diri sendiri

Sangat penting mengenali diri sendiri lebih dalam untuk mengetahui faktor yang bisa memicu emosi terutama bagi ibu pekerja, jika terdapat hal yang bisa mentrigger emosi dari seorang ibu, setidaknya ibu harus memberi ruang untuk itu.  Seorang ibu harus mengetahui apa saja yang bisa memicu emosi sehingga bisa mengontrol luapan emosi yang tidak diinginkan. Ingatlah bahwa anak akan meniru lingkungan sekitarnya sehingga pengelolaan emosi yang benar sangat berpengaruh dalam mengajarkan anak bahwa perilaku meluapkan emosi dengan benar sangatlah penting.

2.  Realistis

Menjadi seorang yang realistis adalah menyadari bahwa waktu dan tenaga yang kita miliki terbatas. Ibu pekerja bukanlah seorang super woman yang bisa mengerjakan semuanya sendirian. Lakukanlah hanya apa yang “sempat” kita lakukan. Biarkan gerai laundry mengerjakan segala cucian dan setrikaan. Lambat laun, tingkat persepsi kita atas kerapihan pakaian akan menyesuaikan. Biarkan orang lain yang memasak untuk kita. Ada berbagai jenis makanan yang masih sanggup kita beli, mulai dari katering murah meriah, catering sehat, katering diet, sampai makanan dari restoran pun bisa kita pesan melalui ojek online. Manfaatkan kemudahan yang telah tersedia disekitar kita untuk menghemat tenaga dan waktu agar dapat kita maksimalkan untuk keluarga dan pekerjaan.

3.Fokus

Selain menjadi realistis, kita juga harus fokus dalam mengerjakan hal-hal yang harus kita lakukan. Jangan sampai waktu yang kita miliki di kantor untuk bekerja dihabiskan hanya untuk hal-hal yang tidak penting, seperti menggunjingkan rekan kerja, maupun kebijakan yang dibuat oleh pimpinan, serta bermain game. Fokuslah pada pekerjaan yang harus diselesaikan selama jam kerja, agar kita juga bisa fokus pada keluarga selama di rumah.

4.Me Time

Hal yang paling tidak boleh terlewatkan, terutama oleh seorang ibu pekerja, adalah me time. Me time pada umumnya diartikan oleh sebagian orang adalah waktu untuk nyalon, spa, atau hangout bersama teman-teman. Namun bagi saya pribadi, me time seperti itu hanya bisa sesekali dilakukan karena terbatasnya waktu yang saya miliki untuk keluar rumah beberapa jam dan bersantai sejenak. Sebagai ibu pekerja yang setiap waktunya dipenuhi dengan hiruk pikuk, entah itu hiruk pikuk dari suasana di tempat kerja, di jalanan, maupun suara jeritan anak-anak di rumah, ketenangan merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh seorang ibu pekerja. Setiap hari saya selalu bangun tidur satu jam lebih awal dibandingkan suami dan anak-anak. Dari satu jam lebih awal itu-lah saya mendapat ketenangan. Satu jam lebih awal, sudah cukup bagi saya ditemani oleh secangkir kopi, setangkup roti tawar beroleskan selai kacang, dan keheningan dini hari untuk meresapi ayat-ayat suci yang sayup-sayup berkumandang dari mushola di dekat rumah saya. Satu jam lebih awal itu-lah yang memberi peran terbesar bagi mood saya untuk menghadapi hari.

Ketenangan adalah me time saya. As simple as that.

7.Ingat kembali kenapa saya melakukan ini

Setiap orang, setiap keluarga, mempunyai cerita masing-masing di balik setiap langkah yang mereka jalani. Hanya mereka yang tahu apa yang akan mereka lakukan, dan kenapa mereka melakukan itu. Begitu pula dengan para ibu pekerja, termasuk saya. Ada banyak alasan kenapa ibu pekerja memutuskan untuk bekerja di luar rumah.

https://sigap.tanotofoundation.org/mengelola-emosi-ibu-biar-gak-marah-marah/. Diakses pada tanggal 18 April 2024

https://makuku.co.id/id/artikel/ahli/tips-menjaga-kesehatan-mental-seorang-ibu-yang-bekerja/. Diakses pada tanggal 18 April 2024

https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/tips-me-manage-hati-sebagai-seorang-ibu-pekerja-f996f646/detail/. Diakses pada tanggal 19 April 2024

Jurnal Psikologi Tabularasa Vol 9 No 01. 2014. Universitas Merdeka. Malang

Bledina Gentini Hendra, S.K.M

Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Pertama

Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat 

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Menjaga Kesehatan Mental Ibu Demi Si Kecil” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
1
+1
0
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x