MENCARI KEBAHAGIAN DAN BERTUMBUH BAHAGIA BERSAMA KELUARGA

Sebagai orangtua, tentunya akan mengupayakan yang terbaik untuk anak kita. Namun dalam pelaksanaannya orangtua selalu dihadapkan pada berbagai masalah mulai yang sederhana hingga yang kompleks. Nah kadangkala, orangtua yang sudah membaca dan mempelajari tentang ilmu parentingpun menjadi buyar dalam pelaksanaannya. Karena kelihatannya sekarang pengasuhan semakin berat ya ayah dan bunda…dapat dibayangkan, apa yang terjadi ketika  orangtua karena kepanikannya merasa bahwa mereka menjadi orangtua yang tidak mampu dan tidak baik untuk anaknya sehingga tidak menikmati waktu kebersamaan dengan anak. Dan bayangkan juga jika anak juga merasakan hal yang sama, tidak dapat menikmati waktunya ketika bersama orangtuanya. Apakah anak bisa merasakan kebahagiaan dan mampu menghadapi dunia menuju masa depan cemerlang jika dihadapkan dalam kondisi tersebut??..tentu saja tidak bukan.

Anak bisa stress!!! Kok Bisa???

Kegiatan anak biasanya dimulai lebih awal yaitu di jam 06.00 pagi sudah harus bangun untuk persiapan sekolah dan selanjutnya akan masuk sekolah. Kalau kita liat di jaman sekarang sih waktu sekolah anak-anak lumayan panjang, untuk anak TK (anak saya untuk jam sekolahnya dimulai pukul 08.00 dan berakhir pukul 11.30), dan mungkin di tempat yang lain bahkan ada yang full day. Bisa dibayangkan untuk anak usia Sekolah dasar dan seterusnya mungkin bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk kegiatan akademik maupun non akademik. Untuk mengatasi berbagai hal ketidaknyamanan saat di sekolah tersebut tentunya anak juga butuh bermain. Menurut penelitian para ahli, bermain merupakan sarana anak mengekspresikan diri, termasuk mengekspresikan emosi. Jika kita merujuk pada sistem pendidikan anak pra sekolah sepertinya hal ini sudah dapat dipenuhi. Karena fokus utama adalah belajar sambil bermain dan menanamkan nilai akhlak sejak dini. 

Namun demikian ada berbagai hal yang harus kita sadari ketika anak menunjukkan tanda tanda ketidaknyamanannya seperti selalu terlihat lelah, mudah marah, mudah merajuk, sering menentang dll. Kita harus dapat memberikan respon yang menenangkan anak dan harus mampu memahami perasaan mereka. Ada efek yang lebih mengerikan jika kita sebagai orangtua tidak menyadari signal-signal yang mereka tunjukkan. Efek buruknya dapat berupa anak jadi kecanduan games, pornografi, agresif terhadap sekeliling, mencuri hingga yang paling ekstrem adalah bunuh diri yang merupakan bentuk pelarian dari ketidaknyamanan yang mereka hadapi. Lingkungan memang menjadi faktor yang dapat menimbulkan tekanan dalam kehidupan mereka tapi benarkah hanya itu saja?????

Dan tahukah kamu, ternyata sumber stres utama itu bisa jadi adalah orangtuanya loh.

Beneran, orangtua bisa menjadi sumber stress anak???

Menurut penulis buku Happy Book for Happy Parent (Aisya Yuhanida Noor) bahwa berdasarkan hasil survey di indonesia dan pengalaman pribadi selama menjalani praktik sebagai psikolog, ditemukan bahwa pekerjaan yang berkaitan dengan pengasuhan anak adalah pekerjaan yang tingkat stresnya paling tinggi. Data juga menggambarkan bahwa semakin banyak orangtua yang meminta bantuan psikolog karena mereka merasa mengalami hambatan dan tekanan dalam menjalankan perannya sebagai orangtua. Menjadi orangtua memang banyak tantangannya dan tidak semudah dan seindah yang dibayangkan. Kehadiran anak dalam kehidupan kita tentunya membawa kebahagiaan dan anugrah paling indah yang sangat kita syukuri, tetapi disisi lain menjadi orangtua itu ternyata sangat menguras emosi dan energi hingga kadangkala kita bertanya pada diri sendiri apakah mampu menjadi orangtua.

Sering kali kita tanpa sadar melampiaskan emosi ke anak karena kita merasa anak berbuat hal yang menjengkelkan. Padahal bisa jadi sebaliknya, kitalah yang saat itu memiliki masalah, entah itu dengan rekan kerja, pasangan, pekerjaan kantor dan pekerjaan di rumah tangga yang tidak disadari terbawa dan terlampiaskan pada hubungan kita dengan anak. Dengan kata lain anak yang jadi korban ketidakberdayaan kita dalam mengelola emosi. Nah hal inilah yang membuat anak menjadi rentan terhadap stres dan merasa tidak bahagia. Sudahlah disekolah banyak tuntutan, sesampainya dirumah menghadapi ketidaknyamanan. Sehingga rumahpun mereka anggap bukan menjadi tempat “PULANG”.

Proteksi yang terlalu berlebihan juga dapat membuat jiwa anak memberontak. Jangan bebani anak dengan kegagalan masa lalu kita maupun keinginan terpendam kita untuk masa depan kita sendiri. Anak kita mungkin memiliki pilihannya sendiri namun kita sebagai orangtua harus mengarahkan, mempersiapkan dengan matang dan memberikan dukungan penuh terhadap potensi yang dimilikinya. Sehingga ketika dia akan menentukan masa depannya dia berlari dengan mantap untuk mencapai hal tersebut dan hasilnya tidak jauh melenceng dari yang sudah kita yakini, arahkan, dan persiapkan untuknya.  Dan tentunya proses kita membersamai anak harus dijalani dengan penuh kebahagiaan. Anak tentu saja sangat menginginkan dan memerlukan orangtua untuk tetap mendampingi, menjaga, memberikan perlindungan serta memberi kasih sayang karena itu adalah kebutuhan dasar mereka. Jadi orangtua juga perlu sekali untuk menjaga diri dan harus mampu melihat sisi positif yang menyenangkan baik dari sisi tersulit sekalipun meskipun itu bukan hal yang mudah. 

Bagaimana cara menjadi Orangtua yang Bahagia untuk anak yang berbahagia??

Orangtua perlu lebih dahulu merasa bahagia dalam menjalankan perannya sebagai orangtua, barulah anak bisa menjadi bahagia. Seberapa banyakpun kelelahan,kegalauan dan ketidaknyamanan  dalam hidup, kita selalu memiliki berbagai pilihan untuk memandang masalah secara positif sehingga masalah dapat direspon dan diatasi secara positif pula. Memandang dari sisi positif ini pada akhirnya akan membuat kita juga tetap merasakan emosi positif yang kemudian energi positif tersebut kita tularkan ke anak. Dan sebaliknya, jika kita terus merasakan energi negatif maka yang kita tularkan ke anak adalah energi negatif pula..Wah ternyata energi positif maupun negatif bisa menular yah. 

Di enam tahun pertama kehidupan anak, otaknya didominasi oleh gelombang theta, yaitu gelombang dimana semua informasi memungkinkan akan masuk ke alam bawah sadar secara langsung. Hal inilah yang membuat anak menjadi mudah meniru hal hal yang dilakukan oranglain disekitarnya termasuk meniru emosi yang diekspresikan orangtua. Ketika kita menunjukkan emosi negatif, kita sebagai orangtua harus benar-benar introspeksi, apakah kita marah karena anak berbuat masalah atau bahkan sebenarnya kita yang sedang dalam kondisi “bermasalah”. Jika hal tersebut dilakukan maka emosi negatif kita akan dapat dikendalikan dan tentunya muncul kenyamanan pada diri anak saat berinteraksi dengan kita. Anak akan dengan mudah menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada kita secara spontan, tanpa ragu dan takut, yang akhirnya akan menimbulkan kepercayaan anak terhadap kita, orangtuanya. 

Kepercayaan yang timbul ini akan memunculkan kelekatan. Lekat adalah ketika seseorang akan kita bawa terus di hati kita, meskipun tidak bertemu secara fisik namun di hati ada konektifitas.  Adanya kelekatan ini akan memberikan banyak konsekuensi positif baik untuk perkembangan anak ataupun kualitas komunikasi antara orangtua dan anak. Orangtua yang memiliki kelekatan dengan anak akan lebih mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari anak sehingga anak akan lebih leluasa menyampaikan isi hati, fikiran, keinginan dan menjadi lebih terbuka menerima informasi yang kita sampaikan. Oleh sebab itu kita harus bisa membangun kelekatan emosional yang kuat sehingga ketika pada saatnya mereka menemukan ikatan lain baik dengan teman maupun dunia baru, ikatan dengan kita tidak pernah berkurang bahkan sebaliknya menjadi semakin kokoh. Sehingga saat mereka perlu teman diskusi untuk mengatasi berbagai kendala hidupnya, kita akan menjadi orang pertama yang dibutuhkannya.

Yakin dan percayalah bahwa kita adalah “orangtua terbaik” pilihan Tuhan untuk anak. Pernah tidak ketika kita tidak dapat memberikan yang terbaik kepada anak, kita merasa kita telah gagal sebagai orangtua, tetapi sikap anak seperti sangat memahami kesulitan dan tetap menyayangi kita. Karena yakinlah, di dalam hati dan fikiran anak kita, kita adalah orangtua yang hebat, sempurna dan akan selalu mereka sayangi dan rindukan. Oleh sebab itu, Ketika keraguan sebagai orangtua muncul, harus mampu bangkit kembali dan menyadari bahwa kita dan anak tidak pernah memilih menjadi pasangan orangtua dan anak. Namun Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah menentukan dan menganugrahkan status tersebut.   Setelah kita yakin, maka kita harus memaksimalkan diri kita. Memaksimalkan diri menjadi yang terbaik bukan berarti memaksakan segalanya sempurna sesuai dengan keinginan kita. “Stop” membandingkan diri kita dengan orangtua lain dan “stop” membandingkan anak kita dengan anak lain karena setiap anak punya keunikan sendiri-sendiri. 

Perlu diingat bahwa menjadi orangtua adalah tugas sepanjang hayat yang perlu dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi orangtua adalah pelajaran seumur hidup. Namun yang perliu digarisbawahi adalah sebagai orangtua, kita  harus terus mau belajar. Mau menambah literasi tentang pengasuhan, dan bertekad untuk membekali diri agar mampu menjadi orangtua terbaik sesuai potensi yang dimiliki. Anak adalah titipan dan semua potensi sudah Tuhan berikan kepada kita untuk merawat mereka. Bagaimana, tentunya tetap semangat ya ayah dan bunda,  tetap berusaha menjadi yang terbaik dari diri kita. Ingat, Kebahagiaan harus dicari dengan memperbaiki diri tanpa henti. Karena kebahagiaan kita sebagai orangtua akan memberikan kebahagiaan bagi anak. Anak yang bahagia tentunya menggapai segala cita-citanya dengan bahagia, sehingga kelak memperoleh masa depan cemerlang dan siklus kebahagiaan akan terus membersamai kita dan keluarga selamanya. 

 

Referensi

Noor, AY. 2016. Happy Book For Happy Parent, Langkah Menjadi Orangtua Bahagia untuk Membesarkan Anak yang Bahagia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia

 

Profil Penulis

Rasidah Huraini Bruh

ASN Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Happy Parenting for Happy Children” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
6
+1
0
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
ier
ier
6 months ago

waow…thats its amazing

Abu Aqillah
Abu Aqillah
5 months ago

Keren….

Abu Aqillah
Abu Aqillah
5 months ago

Sekedar share aja buat Para ortu bahwa bagi mereka yang muslim sebaiknya sudah menanamkan pada anak tentang apa saja makanan dan minuman yang halal dan yang haram sedini mungkin.

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

3
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x