Kehamilan Bunda Sehat Atau Berisiko Stunting? Yuk Kenali Bedanya

Ilustrasi Kehamilan

Memiliki buah hati tentunya merupakan salah satu kebahagiaan dan harapan bagi pasangan suami istri yang telah menikah. Kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga akan mampu memberikan warna kehidupan baru bagi Ayah dan Ibu serta memberikan motivasi bagi orang tua untuk merawat dan membesarkan anak-anak mereka menjadi anak yang sehat serta memiliki tumbuh kembang yang baik di masa depan.

Untuk mempersiapkan tumbuh kembang anak yang sehat, tentunya harus dipersiapkan sejak dini, yakni dimulai dari masa Kehamilan, ya sejak calon buah hati masih berada di dalam kandungan. Namun banyak bunda yang terkadang tidak menyadari bahwa selama menjalani kehamilan, bisa saja justru berisiko akan melahirkan calon buah hati yang akan mengalami stunting. Nah apa saja bedanya kehamilan sehat dan kehamilan berisiko stunting, mari bunda simak perbedaannya berikut ini.

Kehamilan Sehat

Selama 9 bulan menjalani masa kehamilan, seorang ibu akan mengalami banyak perubahan pada tubuh karena tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Perubahan tersebut harus diperhatikan dengan seksama untuk mengetahui apakah calon buah hati berkembang dengan baik dan tidak mengalami masalah kesehatan yang akan mengganggu proses tumbuh kembangnya saat lahir nanti. Beberapa ciri kehamilan sehat yang harus bunda ketahui, yakni:

1. Ibu mengalami peningkatan berat badan yang sehat

Peningkatan berat badan pada ibu hamil adalah sesuatu yang normal. Biasanya ibu hamil mengalami kenaikan berat badan dimulai sejak usia kehamilan 12 – 15 minggu dan akan bertambah seiring dengan usia kehamilannya. Rata-rata peningkatan berat badan ibu hamil berkisar antara 5 – 18 kg hingga masa akhir kehamilan.

Menurut panduan Buku Saku Merencanakan Kehamilan Sehat oleh Kemenkes RI (2021), disebutkan kenaikan berat badan ibu hamil juga ditentukan dari Indeks Massa Tubuh (IMT) ibu sebelum hamil. IMT ibu sebelum hamil dihitung dari berat badan (dalam satuan Kg) dibagi dengan tinggi badan kali tinggi badan (dalam satuan meter). Hasil yang diperoleh akan disimpulkan sebagai berikut:

  • IMT sebelum hamil < 18,5 (kategori kurus) maka kenaikan berat badan ibu selama hamil berkisar antara 12,5-18 kg.
  • IMT sebelum hamil 18,5 – 25 (kategori normal) maka kenaikan berat badan ibu selama hamil berkisar antara 11,5-16 kg.
  • IMT sebelum hamil > 25 – 27 (kategori gemuk) maka kenaikan berat badan ibu selama hamil berkisar antara 7-11,5 kg.
  • IMT sebelum hamil > 27 (kategori obesitas) maka kenaikan berat badan ibu selama hamil berkisar antara 5-9 kg.

Selain IMT, kehamilan sehat pada ibu juga bisa dilihat dari ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) yang diukur pada lengan atas ibu hamil dan menandakan adanya tanda kurang energi kronis (KEK) bila ukurannya < 23,5 cm.

2. Taksiran berat janin (TBJ) dan tinggi fundus uteri kehamilan normal

Selain kenaikan berat badan ibu, taksiran berat janin dalam kandungan juga dapat dijadikan acuan menilai kehamilan yang sehat. Janin yang sehat memiliki taksiran berat normal berkisar antara 1 – 3685 gram sejak usia 8- 42 minggu dalam kandungan. Berat janin yang tidak sesuai dengan usia kehamilan akan menyebabkan kondisi berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan dapat menyebabkan anak terlahir stunting.

 Selain taksiran berat janin, pengukuran tinggi fundus uteri atau  jarak yang bisa didapatkan seorang wanita hamil dari atas tulang kemaluan hingga atas perut yang dihitung secara vertikal juga menjadi salah satu pemeriksaan yang tidak boleh dilewatkan untuk memastikan kondisi kesehatan janin dan ibu. Tinggi fundus uteri yang normal pada ibu hamil berkisar antara 24 cm – 37,7 cm di atas simpisis dimulai sejak usia kehamilan 22 minggu.

Tinggi fundus uteri pada ibu hamil (sumber: theasianparent.com)
Tinggi fundus uteri pada ibu hamil (sumber: theasianparent.com)
Taksiran berat janin berdasarkan usia kehamilan
Taksiran berat janin berdasarkan usia kehamilan
3. Pergerakan dan perkembangan janin normal

Ciri lain kehamilan yang sehat dapat dilihat dari pergerakan janin dalam kandungan. Ibu dapat mulai merasakan gerakan janin sejak usia 5-6 bulan ditandai dengan gerakan tendangan kecil, cegukan atau berpindah posisi. Seiring usia kehamilan, janin akan semakin aktif bergerak dan peka terhadap suhu, cahaya dan mood seorang ibu hingga usia kehamilan 8 bulan. Memasuki usia 9 bulan, janin akan semakin membesar dan gerakannya mulai berkurang karena ruangan dalam rahim semakin sempit namun gerakan janin tetap harus diperhatikan sebagai tanda persiapan menjelang kelahiran.

Selain pergerakan, perkembangan janin dalam kandungan juga dapat menjadi indikator apakah bunda mengalami kehamilan sehat atau berisiko stunting. Perkembangan janin normal bertambah sekitar 5 cm setiap bulannya. Pada usia 7 bulan, janin sehat memiliki panjang sekitar 35,5 cm. Menjelang hari kehamilan pada bulan kesembilan, janin memiliki berat badan 3 kg dan panjang 45-50 cm.

Bunda dapat berkonsultasi kepada dokter kandungan atau Bidan untuk selalu memantau perkembangan calon buah hati melalui USG atau pemeriksaan fisik. Pemeriksaan kesehatan penting dilakukan tiap trimester untuk memantau kesehatan janin dan meminimalisir terjadinya kecacatan pada janin selama dalam kandungan.

4. Kondisi Ibu sehat selama hamil

Kehamilan yang sehat juga ditandai dari kondisi fisik seorang ibu sebelum hamil yang sering disebut kondisi layak hamil. Disarankan untuk hamil dengan rentang usia 20 – 35 tahun, memiliki jumlah anak  < 3 orang, jarak kehamilan > 2 tahun serta memiliki status gizi (IMT dan LILA) yang normal. Selain itu, ibu hamil yang sehat tidak memiliki riwayat penyakit dengan komplikasi sebelumnya, bila memiliki riwayat penyakit /komplikasi sebelumnya maka disarankan untuk memeriksakan diri ke Fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) terdekat.

Kondisi ibu sebelum hamil harus sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan seperti Anemia (Kadar Hb rendah), Penyakit menular (HIV, sifilis, hepatitis, TB, kecacingan, malaria, dan lainnya), Penyakit tidak menular (diabetes melitus, hipertensi, hipotensi, jantung, kanker, stroke, autoimun dan lainnya), tidak mengalami masalah mental serta tidak memiliki riwayat penyakit genetik (thalasemia, hemofilia dan lainnya). Jika ibu mengalami masalah kesehatan tersebut, maka dianjurkan untuk menunda kehamilan dan menjalani tatalaksana pengobatan hingga sembuh atau terkontrol di bawah pengawasan medis.

5. Gizi ibu selama hamil tercukupi dan seimbang

Ciri lain untuk melihat apakah kehamilan bunda sehat yakni dengan melihat apakah gizi pada ibu hamil tercukupi dan seimbang. Ibu hamil yang sehat harus mendapatkan asupan makanan yang sehat dari konsumsi makanan yang beragam yang berasal dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan, dan minuman. Proporsi makan ibu hamil yang sehat juga harus sesuai dengan pedoman ISI PIRINGKU yakni sepertiga piring berisi makanan pokok, sepertiga piring sayuran, sepertiga piring lauk pauk dan buah-buahan serta mengurangi kopi /teh, batasi konsumsi garam, gula dan minyak /lemak, biasakan minum air putih 8 gelas per hari.

Selain itu ibu hamil juga perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan menghindari asap rokok , membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik untuk menjaga kebugaran serta mempertahankan dan memantau berat badan normal sebelum dan selama menjalani kehamilan.

Kehamilan Berisiko Stunting

Masa kehamilan termasuk dalam 1000 HPK (hari pertama kehidupan) yang merupakan masa periode emas (golden period)  dalam mengoptimalkan pertumbuhan guna mencegah stunting. Dilansir dari laman yankes.kemkes.go.id, stunting merupakan kondisi di mana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usia. Stunting memiliki efek jangka pendek hingga jangka panjang salah satunya peningkatan angka kematian dan kesakitan. Selain itu, stunting juga dapat berefek pada perkembangan anak yang buruk dan gangguan kapasitas belajar, peningkatan risiko infeksi serta penyakit tidak menular. Kondisi efek stunting akan sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak di masa depan sehingga perlu diperhatikan mulai dari masa kehamilan.

Lantas bagaimana bunda mengenali kehamilan yang berisiko Stunting, berikut ciri-cirinya

  1. Ibu hamil dengan berat badan sebelum hamil tidak ideal yakni dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) kurus atau < 18,5 dan memiliki LILA < 23,5 cm. Hal ini menggambarkan bahwa sebelum kehamilan, bunda mengalami kondisi Kurang Energi Kronis (KEK) yang akan menyebabkan komplikasi kesehatan serius pada ibu hamil dan bayinya.
  2. Memiliki riwayat penyakit atau komplikasi yang tidak diperiksakan ke Fasyankes terdekat sehingga dapat mewariskan penyakit tertentu pada janin yang akan menyebabkan masalah kesehatan pada anak saat lahir dan mengganggu proses tumbuh kembang dan penyerapan nutrisi sehingga berisiko menyebabkan anak menjadi stunting.
  3. Ibu hamil yang tidak tercukupi kebutuhan gizi atau nutrisi yang seimbang menyebabkan janin tidak dapat berkembang dengan normal dan akan menyebabkan bayi lahir prematur atau berat badan bayi rendah (BBLR). Bayi lahir dengan berat di bawah 2500 gram dan panjang badan dibawah 48 cm maka sangat besar kemungkinan akan menjadi anak stunting di kemudian hari.
  4. Ibu hamil yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sering terpapar asap rokok, tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk akan melahirkan anak dengan masalah kesehatan dan infeksi serius. Infeksi yang terjadi berulang pada anak akan menghambat tumbuh kembang sehingga dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak.
  5. Kondisi ibu sebelum hamil belum layak, yakni dengan kondisi terlalu muda saat hamil (< 20 tahun), terlalu tua (> 35 tahun), terlalu banyak anak (> 3 orang anak) serta terlalu dekat jarak kelahiran antar anak (< 2 tahun).
  6. Mengalami masalah selama kehamilan seperti pergerakan janin tidak normal atau tidak terasa, berat badan bayi tidak bertambah setiap bulannya, mengalami pendarahan atau nyeri pada perut yang menyakitkan dan tidak biasa, serta tidak dapat merasakan detak jantung bayi lagi. Kondisi kehamilan tersebut harus segera diperiksa karena bila tidak segera ditangani maka akan berakibat fatal, dari mulai kecacatan pada bayi hingga meninggal.

Referensi :

  1. Dian Fikri Rachmawan, dr. Akbar Novan Dwi Sapu – RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 05 Agustus 2022. Cegah Stunting sejak dalam masa kehamilan. https://yankes.kemkes.go.id/ (diakses 16 Januari 2023)
  2. Annisa Karnesyia, 05 Jan 2023. 11 Ciri Janin Sehat dan Normal dalam Kandungan, Berat Badan bisa jadi ukuran. https://www.haibunda.com/ (diakses 16 Januari 2023)
  3. Devani Adinda Putri, 12 July 2022. 11 Ciri-ciri Kehamilan Sehat yang Harus Bunda Ketahui https://doktersehat.com/ (diakses 16 Januari 2023)
  4. Direktorat Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, Buku Saku Merencanakan Kehamilan Sehat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Penulis 

FOTO PNS - clara sinta
Clara Sinta Bakara, SKM
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kabupaten Aceh Tenggara, Provinsi Aceh

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Kehamilan Sehat vs Kehamilan Berisiko Stunting” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023). 

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
20
+1
3
+1
2
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Najib
Najib
1 month ago

Thank you insightnya bunda, menjaga pola makan dan olahraga secara teratur memang dapat menjadi cara terbaik untuk mencegah obesitas. Semoga para Mama sehat terus sampai di hari kelahiran. Baca juga artikel serupa di https://mamabear.co.id/obesitas-pada-ibu-hamil/

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x