Menjaga Kehamilan yang (Tak) Ideal

Ilustrasi kehamilan

Kehamilan adalah momen yang dinantikan oleh banyak pasangan suami istri. Ada yang mengatakan bahwa kehamilan merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan bagi sebuah keluarga, entah kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya, terlebih lagi bagi keluarga yang telah lama menantikan kehadiran buah hati. Hadirnya sang buah hati diharapkan dapat menambah kebahagiaan keluarga dan mempererat ikatan lahir batin antara suami dan istri. Pasangan suami istri yang sudah bertahun-tahun belum dikaruniai anak bahkan rela melakukan berbagai upaya agar membuahkan hasil yaitu kehamilan dan lahirnya anak kandung yang menjadi penerus garis keturunan.

Kehamilan didefinisikan sebagai masa dimana terdapat janin di dalam rahim seorang perempuan (Kemenkes, 2015). International Federation of Gynecology and Obstetrics memberikan definisi kehamilan yang lebih detail yaitu fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, apabila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam jangka waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Masa kehamilan terbagi menjadi 3 trimester sbb: Trimester 1 berlangsung dalam 12 minggu (minggu 1 hingga 12); Trimester 2 berlangsung dalam 13 minggu (minggu 13 hingga 27); dan Trimester 3 berlangsung dalam 13 minggu (minggu 28 hingga 40) (Prawirohardjo, 2016).

Setiap pasangan suami istri pastinya ingin mendapat kehamilan yang membahagiakan, mampu melewati dengan lancar, ibu maupun janin selalu sehat dan keduanya selamat saat persalinan. Untuk mendapatkan kehamilan ideal seperti yang diharapkan maka dianjurkan agar suami istri melakukan perencanaan dan persiapan dengan baik. Persiapan yang dimaksud setidaknya meliputi persiapan fisik, mental, emosional, dan finansial. Selain itu hendaknya menghindari kehamilan 4T karena berisiko tinggi yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering/banyak, dan terlalu dekat jarak antar kehamilan. Kesiapan kehamilan tersebut selain untuk mendapatkan kehamilan ideal juga untuk mencegah stunting pada anak yang dilahirkan.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan (Perpres, 2021). Stunting mengakibatkan dampak buruk tidak hanya dalam jangka pendek namun juga dalam jangka panjang. Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan kognitif, dan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas (Kemkes, 2018).  Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa meskipun angka stunting di Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, namun masih terbilang tinggi. Data tahun 2021 prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia 24,4% dengan kata lain hampir seperempat balita Indonesia mengalami stunting.

Prevalensi stunting balita

Sebagai upaya penurunan angka stunting di Indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama sejumlah kementerian lain melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik yaitu dengan mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting, seperti pemberian asupan makanan, pencegahan infeksi penyakit menular, dan manajemen terpadu. Sedangkan intervensi sensitif berkaitan dengan penyebab tidak langsung, mulai dari penyediaan air bersih dan sanitasi, peningkatan kesadaran pengasuhan, serta peningkatan akses pangan dan akses kesehatan (Bayu, 2021).

Penurunan risiko stunting memerlukan kesadaran dari setiap individu terutama pasangan yang merencanakan kehamilan. Karakteristik ibu hamil yang berisiko stunting, yaitu: Kehamilan pada usia kurang dari 21 tahun, Kehamilan pada usia diatas 35 tahun, Melahirkan anak lebih dari 3 kali, Jarak antar kelahiran kurang dari 5 tahun, Tinggi badan Ibu ≤140 cm, Anemia (kurang darah), Kekurangan Energi Kronik (KEK), serta Menderita penyakit kronik (BKKBN, 2022). Kehamilan dengan karakteristik seperti itu sebisa mungkin dihindari. Merencanakan kehamilan termasuk melakukan persiapan fisik maupun non fisik, misalnya memberi jarak antar kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi modern, jika ibu/ calon ibu mengalami anemia ataupun KEK maka perlu diperbaiki hingga mencapai standar normal, dan jika menderita penyakit kronik maka perlu ditanggulangi terlebih dahulu. Penelitian membuktikan bahwa anemia pada ibu hamil yang tidak ditangani dengan benar dapat meningkatkan risiko komplikasi yang berbahaya seperti persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), meningkatkan risiko depresi pasca persalinan serta kematian ibu pasca persalinan (Sitepu, Purba, Sari, Sitepu, & Hayati, 2021).

Faktanya terkadang apa yang diharapkan atau apa yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Contoh kasus: Pasangan suami istri yang sudah menggunakan metode kontrasepsi modern untuk menunda atau menjarangkan kehamilan namun mengalami kegagalan; Wanita yang baru menikah pada usia di atas 35 tahun;  Pasangan suami istri yang baru mendapatkan kehamilan ketika usia istri sudah lebih dari 35 tahun; atau Remaja putri dengan usia dibawah 21 tahun yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD). Kondisi demikian tentu tidak diharapkan namun sering kali tidak terhindarkan, maka perlu perhatian khusus untuk menjaga kehamilan yang tak ideal seperti kasus-kasus tersebut.

Ketika seorang wanita dinyatakan hamil maka kehamilan tersebut harus benar-benar dijaga hingga saatnya melahirkan. Ibu hamil harus menjaga kesehatan dirinya sendiri maupun janin yang ada di dalam kandungannya. Untuk kehamilan normal (bukan risiko tinggi) disarankan ibu hamil melakukan Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali selama masa kehamilan dan Post Natal Care (PNC) atau kunjungan nifas minimal 4 kali setelah melahirkan ke fasilitas kesehatan (Praktik Mandiri Bidan/PMB, praktik dokter spesialis kebidanan, Puskesmas, Klinik Swasta dan Rumah Sakit) yang dapat dijangkau dengan mudah dan cepat (BKKBN, 2022). Pemantauan kehamilan yang berisiko tinggi sebaiknya dilakukan lebih intensif sehingga disarankan agar ibu hamil berisiko tinggi lebih sering melakukan ANC dan PNC. Selain itu persalinan juga harus ditolong oleh tenaga medis kompeten di fasilitas kesehatan yang memadai.

Ibu hamil perlu mengonsumsi nutrisi dan asupan makanan bergizi seimbang yang sangat dibutuhkan. Selain itu ibu hamil harus cukup istirahat, bahagia dan jauh dari stres. Peran keluarga terutama suami sangat diperlukan untuk mendampingi ibu hamil dalam menjaga kehamilannya. Suami dapat mengambil peran untuk memutuskan permasalahan istri yang sedang hamil dengan memberikan dukungan positif. Kehamilan yang lebih terencana akan menempatkan suami pada posisi yang siap mendukung istri dengan segala kemampuan yang dimilikinya tanpa mendapat intervensi dominan dari pihak luar (Indriastuti, Margawati, & Rachma, 2017). Keberhasilan ibu hamil dalam menjalani proses kehamilan sampai melahirkan bergantung pada peran serta dukungan dari suami, dengan bentuk dukungan instrumental, emosional dan pengetahuan (Estuningtyas, Lestari, & Herbawani, 2020).

Kehamilan merupakan momen berharga yang harus disyukuri sekaligus dijaga sebaik-baiknya karena banyak hal menakjubkan dan mungkin tak terduga yang akan dialami. Agar kehamilan berlangsung dengan lancar dan aman maka sebaiknya sudah direncanakan dan dipersiapkan sedemikian rupa. Sedapat mungkin menghindari kehamilan yang berisiko tinggi. Selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga perlu diperhatikan karena kestabilan emosi ibu hamil sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Dapat dikatakan bahwa kehamilan merupakan proyek bersama antara suami dan istri sehingga setiap prosesnya juga dilalui bersama-sama dan menjadi tanggung jawab bersama. Dengan niat dan upaya yang maksimal diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang berkualitas. 

Refrensi: 

  1. Bayu, D. (2021). Prevalensi Stunting di Indonesia Capai 24,4% pada 2021. https://dataindonesia.id/ (Diakses 20 Januari 2023)
  2. BKKBN. (2022). Variabel Terpilih Dalam Pemantauan Fase Kehamilan dan Pasca Persalinan. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN.
  3. Estuningtyas, A., Lestari, P., & Herbawani, C. K. (2020). Peran Serta Suami dalam Menjalani Proses Kehamilan pada Ibu Hamil: Systematic Review. Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat, 121–137. Retrieved from https://conference.upnvj.ac.id/ 
  4. Indriastuti, D., Margawati, A., & Rachma, N. (2017). Manfaat Dukungan Suami Pada Kesehatan Ibu Hamil. Adi Husada Nursing Journal, 3(8), 85–102. Retrieved from http://clpsy.journals.pnu.ac.ir/
  5. Kemenkes. (2015). Penyelenggaraan Pemeriksaan Laboratorium untuk Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Jaringan Pelayanannya. Permenkes RI, 1–46.
  6. Kemkes. (2018). Stunting, Ancaman Generasi Masa Depan Indonesia. Retrieved January 19, 2023, from https://p2ptm.kemkes.go.id/
  7. Perpres. (2021). Pepres No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. (1), 23.
  8. Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan (Edisi Keem). Jakarta: PT. Bina Pustaka.
  9. Sitepu, S. A., Purba, T. J., Sari, N. M., Sitepu, M. S., & Hayati, E. (2021). Dampak Anemia Pada Ibu Hamil Dan Persalinan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Putri Hijau, 1(4), 47–54. Retrieved from http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPMPH
Profil Penulis
Profil Picture 1 - Dessy Phawestrina Widyaiswara

Dessy Phawestrina, SE., M.Sc
Widyaiswara Ahli Muda, Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Kehamilan Sehat vs Kehamilan Berisiko Stunting” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023). 

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
7
+1
1
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x