Lingkungan cukup berperan dalam pengambilan keputusan orang tua dalam pengasuhan. Setidaknya, itulah yang dialami oleh Ibu BS (33 th), seorang perawat yang memiliki anak balita berdomisili di Jakarta Timur. Saat diwawancarai terkait keputusannya memberi imunisasi tambahan, beliau memulai dengan kisah pilu seorang rekan kerjanya yang harus kehilangan anaknya karena diare beberapa tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penyebab diarenya adalah rotavirus. Rotavirus adalah penyebab penyakit diare berair dan muntah pada bayi dan anak-anak. Penderitanya dapat mengalami dehidrasi yang menyebabkan kematian. Sebelum vaksin rotavirus tersedia tahun 2006, rotavirus menginfeksi hampir setiap anak usia 3-5 tahun. Secara global, di tahun 2000, diperkirakan ada lebih dari 500.000 kematian anak dan lebih dari 2 juta rawat inap akibat infeksi rotavirus ini.
Vaksin rotavirus terbukti efektif dalam mencegah penyakit ini, dimana 9 dari 10 anak yang divaksin terlindungi dari penyakit rotavirus yang parah, serta 7 dari 10 terlindungi dari penyakit rotavirus dari tingkat keparahan apapun. Pemberiannya dapat dilakukan pada bayi 2 bulan dengan selang waktu 2 bulan setiap dosisnya. Diharapkan pemberian semua dosisnya sudah selesai sebelum anak mulai diberi MPASI sehingga orang tua hebat dapat mengurangi drama diare masa anak diberi MPASI. Terdapat 2 jenis vaksin rotavirus, yaitu RotaTeq (3 kali pemberian) dan Rotarix (2 kali pemberian). Sampai saat ini, vaksin rotavirus ini baru disediakan pemerintah di wilayah tertentu saja. Jika ingin mendapatkannya secara mandiri, dibutuhkan kisaran 200-300an ribu rupiah setiap dosisnya.
Masih kisah Ibu BS dengan rekan kerjanya yang lain, ia juga turut mendapat informasi perlunya imunisasi tambahan seperti PCV karena jika berkaca dari luar negeri, PCV adalah imunisasi wajib terang temannya. Pada waktu itu, PCV belum menjadi imunisasi wajib pemerintah di Indonesia. Alasan kuat pentingnya imunisasi PCV diberikan adalah karena merupakan penyebab pneumonia yang setiap tahunnya menjadi penyebab 14,5% kematian pada bayi dan 5% kematian balita di Indonesia. Rekan kerjanya mengakui setelah membandingkan 2 anaknya yang mendapatkan vaksin PCV lebih tidak letoy saat sakit. Setelah mengikuti rekan kerjanya, Ibu BS juga mengaku anaknya tidak begitu menguatirkan ketika batuk pilek dan mengaku lebih tenang. Ditambah pengalamannya merawat anak dengan meningitis yang memiliki prognosis yang selalu buruk memantapkan ibu BS menambahkan PCV pada anaknya.Kita bersyukur, tahun 2022 lalu, imunisasi PCV sudah menjadi imunisasi wajib pemerintah Indonesia. Orang tua hebat dapat mendapatkan layanan tersebut sebanyak 3 kali sesuai usia balita Anda yaitu pada saat usia 2 bulan, 3 bulan, dan 12 bulan. Jangan sampai terlewat ya ayah ibu!
Tidak sampai di sana, kisah KLB Hepatitis di Depok tahun 2019 juga turut mempengaruhi ibu dengan 3 anak ini. Awalnya ia hanya menambahkan vaksin rotavirus dan PCV karena menurut beliau itu yang mematikan. Beliau mengungkapkan kekuatirannya saat kejadian KLB tersebut dan akhirnya menambahkan vaksin Hepatitis A kepada balitanya. Virus Hepatitis A adalah virus yang menyebabkan radang hati yang ditularkan melalui konsumsi makanan atau minuman terkontaminasi tinja penderita. Akibatnya, penyakit ini sangat berhubungan dengan akses air dan sanitasi yang memadai serta PHBS yang baik. Rekomendasi dari IDAI, vaksin Hepatitis A diberikan sebanyak 2 kali yang sebaiknya dosis pertamanya diberikan sejak anak usia 1 tahun kemudian dilanjutkan dosis kedua 6-12 bulan sesudahnya. Kisaran biaya setiap dosisnya sekitar 500an ribu rupiah. Meski cukup mahal, orang tua hebat tetap perlu mempertimbangkannya khususnya jika kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat sekitar cukup berpotensi menularkan penyakit ini.
Tidak sampai di sana, keputusan menambahkan vaksin lainnya juga dipengaruhi oleh suami ibu BS. Awalnya suami beliau berbagi pengalamannya saat terserang cacar air yang gatal sekali. Hal itu membuatnya mendorong ibu BS untuk menambahkan vaksin varisela. Awalnya ibu BS tidak memberinya dengan alasan yang sama, tidak mematikan pikirnya. Tetapi karena dorongan pasangan, akhirnya ibu BS menambahkannya juga. Varisela atau cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang umumnya menyebar melalui udara yang mengandung droplet penderita. Meski tidak mematikan, insiden cacar air lebih tinggi pada wilayah dengan iklim tropis seperti Indonesia serta dapat menyebabkan komplikasi. Vaksin varisela dapat diberikan setelah anak usia 1 tahun untuk dosis pertama, dilanjutkan dosis kedua 6 minggu hingga 3 bulan sesudahnya. Estimasi harga sekitar 400-600an ribu rupiah setiap dosisnya.
Demikian kisah ibu BS tentang pengalamannya memutuskan memberikan imunisasi tambahan kepada anaknya. Beliau berkata bahwa sebenarnya masih ada vaksin yang ingin ia tambahkan seperti influenza, tetapi akhirnya tidak menambahkan karena memikirkan jenis penyakitnya tidak begitu mengancam dan berulang. Meski begitu, diantara rekannya ada saja yang tetap melengkapinya. Bagi Ibu BS, selama ada sumber daya menambahkan imunisasi adalah hal yang bijak dilakukan. Bagaimana orang tua hebat, kira-kira ingin menambahkan imunisasi apa kepada anak Anda? Selamat mempertimbangkan, happy parenting!
Referensi :
https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020
https://kumparan.com/kumparanmom/daftar-harga-vaksin-bayi-balita-hingga-anak-usia-remaja-1qxNqi9Ej88/3
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/cacar-air/epidemiologi
Profil Penulis,
Nurcahaya Sihombing, S.K.M.
Penyuluh KB Ahli Pertama
BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Tengah
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “PHBS dan IMUNISASI” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).