PENGUATAN FUNGSI SOSIALISASI DAN PENDIDIKAN, BANTU ANAK INTERAKTIF DAN TERAMPIL SECARA SOSIAL

Sering mendapati anak pasif? Menunjukkan perilaku menutup diri? atau anak menemui kendala dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya? Mungkin perlu penguatan fungsi sosialisasi dan pendidikan di dalam keluarga untuk membantu anak mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

 Anak banyak belajar untuk mengembangkan dirinya melalui observasi dari kegiatan orang-orang di sekitarnya, karena keluarga adalah tempat pertama anak dididik dan dibesarkan, perkembangan karakter anak di awal kehidupannya banyak dipengaruhi oleh interaksi dan sosialisasi mereka dengan keluarga. Sosialisasi sendiri merupakan proses di mana seseorang mendapatkan sesuatu yang baru dari orang lain, pada prosesnya seseorang mulai belajar memahami perilaku (Anwar, 2018). Lingkungan sosialisasi ini berkembang dari lingkaran paling kecil mulai dari keluarga, teman dekat, hingga meluas ke masyarakat sekitar dan dunia.

Memperkenalkan anak pada dasar-dasar interaksi sosial bisa menjadi proses yang sangat panjang dan kompleks, dan ketika berbicara mengenai sosialiasisi tidak ada kiat yang paling tepat dibanding praktik. “Practice makes improvement” semakin banyak praktik dan pembiasaan, kemampuan interaksi anak akan lebih mudah meningkat. Sesederhana membiasakan anak mengutarakan “terima kasih” dan berkomunikasi secara terbuka akan membantu anak menetapkan standar mengenai apa yang diharapkan dari mereka ketika berinteraksi dengan teman baru dan lingkungan diluar keluarga.

Keluarga memiliki tugas untuk menjalankan berbagai fungsi yang dapat menjadi ukuran bagaimana sebuah keluarga menjalankan perannya, dalam melaksanakan fungsi- fungsi tersebut keluarga mensosialisasikan nilai-nilai dan berinteraksi dengan seluruh anggotanya. Menurut BKKBN (2013) kesejahteraan keluarga akan tercapai jika fungsi-fungsi dalam keluarga berjalan dengan semestinya. Indikator keberfungsian keluarga dapat diidentifikasi dengan melihat kemampuan keluarga dalam pemecahan masalah, kompetensi komunikasi dalam keluarga, distribusi peran, rasa tanggung jawab, pelibatan perasaan, dan kontrol (Fahruddin, 2012). Terdapat 8 fungsi keluarga yang harus dijalankan, meliputi fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.

Mengacu pada permasalahan di atas maka, tentu saja pada artikel ini kita akan fokus membahas bagaimana fungsi sosialisasi dan pendidikan di dalam keluarga, mampu mempengaruhi perkembangan karakter dan interaksi sosial anak di luar rumah. Keberadaan fungsi sosialisasi pendidikan di dalam keluarga adalah untuk menjadi pondasi bagi anak, mempersiapkan mereka menghadapi tantangan yang lebih besar di lingkungan luar yang lebih luas.

Berikut beberapa tips membantu anak menginternalisasi kemampuan interaksi sosial dasar sebagai perwujudan pelaksanaan fungsi sosialisasi dan pendidikan di dalam keluarga, diantaranya :

  1. Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak

Membantu anak menginternalisasi rasa percaya diri dan menyadari bahwa mereka memiliki kontrol terhadap dirinya. Meningkatkan kepercayaan diri anak bisa dengan memberikan pujian, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan sederhana seperti menentukan aktivitasnya sendiri, dan menerima pendapat anak.

  1. Role Play (Bermain Peran)

Anak akan terus menghadapi situasi baru di sepanjang fase hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh dan bermain dengan anak-anak lain, masuk sekolah, hingga seterusnya. Anak perlu dibekali pemahaman terhadap berbagai perubahan situasi dan orang yang akan datang silih berganti dalam keseharian mereka. Salah satu praktik untuk mempersiapkan anak mengatasi perubahan situasi ini adalah dengan Role Play (bermain peran).

Misal, anak sedang dipersiapkan untuk masuk sekolah, maka susunlah situasi dan mainkanlah peran dimana anak akan masuk sekolah, bertemu guru, menyapa teman, hingga proses pembelajaran. Permainan peran ini bisa dibantu oleh ayah, ibu dan saudara selaku pemeran atau juga bisa disimulasikan dengan boneka dan mainan yang digemari anak untuk membuat proses bermain peran lebih menyenangkan. Hal ini akan akan memudahkan anak membayangkan situasi baru yang akan mereka hadapi.

  1. Validasi Emosi

Apapun yang dirasakan anak dan emosi yang ditunjukkan jangan ragu untuk validasi. Sampaikan bahwa orang tua sadar betul perasaan tidak nyaman yang dialami anak. Sharing atau berbagilah mengenai pengalaman tidak menyenangkan yang juga pernah dialami orang tua ketika masih anak-anak, seperti menceritakan pengalaman Ibu yang terjatuh di atas panggung ketika pentas menari, atau Ayah yang tidak mampu mencetak gol di hari pertamanya di klub sepak bola sekolah karena terlalu gugup.

Dengan berbagi hal-hal seperti ini sekiranya akan memudahkan anak untuk tidak merasa sendirian, bahwa melakukan kesalahan itu wajar dan bahwa rasa tidak nyaman di usianya itu juga dialami setiap orang bahkan orang tuanya sendiri.

  1. Tanyakan Mengapa?

Ingat di awal artikel kita berbicara mengenai berkomunikasi secara terbuka? Jika orang tua telah mengobservasi dan menemukan terdapat masalah dalam proses anak bersosialisasi dan berinteraksi, maka perlu disadari tentu terdapat alasan dari permasalahan tersebut. Jika anak kesulitan untuk mengungkapkan dan mengekspresikannya terlebih dahulu, menanyakan anak beberapa pertanyaan mungkin dapat membantu orang tua menemukan akar permasalahannya.

  1. Lakukan Sounding

Persiapkan anak menghadapi situasi baru dengan memberikan afirmasi. Contoh, ketika orang tua dan anak akan hadir pada pertemuan keluarga besar, sampaikan pada anak bahwa akan ada banyak keluarga yang hadir, siapa saja yang akan hadir, apa yang akan dilakukan, kemungkinan situasi yang ramai, dll.

  1. Intervensi Dengan Bijak

Dorong anak untuk bermain dengan teman sebayanya walau tidak mudah. Tiap anak unik, dan respon mereka terhadap situasi baru bisa benar-benar berbeda dengan apa yang kita harapkan, fungsi keluarga dalam proses sosialisasi seperti ini harus dilakukan dengan intervensi namun perlu batasan yang bijak dalam pelaksanaanya.

Caranya, perkenalkan anak dengan teman sebayanya, perhatikan dan tunggu hingga anak merasa nyaman lalu libatkan anak dengan lebih banyak interaksi hingga mereka terbiasa. Jangan paksakan dan beri jeda jika anak tidak nyaman.

  1. Jangan labeli anak “Pemalu”

Semakin mereka sering mendengar ucapan bahwa mereka pemalu, anak akan semakin merasa ada masalah pada dirinya. Dibanding melabeli anak sebagai pemalu, bantu mereka untuk menerima bahwa memang perlu waktu yang lebih lama untuk observasi sebelum anak mulai bersosialisasi, dan itu wajar.

Sampaikan juga hal tersebut kepada anggota keluarga, guru atau orang lain yang sering berinteraksi dengan anak.

  1. Menjadi Panutan yang Baik

Peran keluarga dalam proses sosialisasi selanjutnya adalah menjadi panutan yang baik. Saat sedang bersosialisasi dengan anak perhatikan cara bicara anda dan cara anda bersikap. Ingatlah bahwa anak adalah peniru yang ulung, dan orang tua adalah figur pertama yang perilakunya akan ditiru anak, maka berhati-hatilah dengan ucapan dan sikap anda.

  1. Mengajarkan Empati

Ketika anak diajarkan berempati, hal ini dapat membantu ] mereka merasa terhubung dengan orang lain, dan tercipta jalinan yang positif. Salah satu fungsi sosialisasi dan pendidikan yang dapat ditanamkan di dalam keluarga adalah mengajarkan anak untuk mau mendengarkan apa yang orang lain katakan, dan tidak menyela ketika orang lain sedang berbicara.

  1. Ajarkan Anak Bersikap Kritis

Mengajarkan anak untuk berani bertanya, merupakan salah satu peran keluarga dalam proses edukasi sosial. Menurut The Center for Development and Learning, mengajarkan anak untuk berani bertanya akan mengasah kemampuan sosialnya.

Referensi :

Anwar. (2018). Paradigma sosialisasi dan kontribusinya terhadap pengembangan jiwa beragama anak. Jurnal Al-Maiyyah, 11(1), 65–79.

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013). Buku pegangan kader BKR tentang delapan fungsi keluarga. Jakarta, ID: BKKBN.

Fahrudin A. (2012). Keberfungsian keluarga: Konsep dan indikator pengukuran dalam penelitian. Informasi, 17(2), 75-81. doi: https://doi.org/10.33007/inf.v17i2.94

Fatherly.https://www.fatherly.com/parenting/the-best-expert-parenting-tips-socializing-kids Diakses pada 15 Oktober 2023

Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/how-can-i-encourage-my-shy-child-2765059  Diakses pada 15 Oktober 2023

 

 

 

 

Profil Penulis

Tita Ayunimirta Yusuf, S.Si
PKB Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Barat

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Yuk Maksimalkan Fungsi Keluarga untuk Pembentukan Karakter Positif Anak” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
3
+1
1
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x