8 Fungsi Keluarga Mewujudkan Generasi Berkarakter Positif untuk Menyongsong Puncak Bonus Demografi

Akhir-akhir ini, kita terlalu sering mendengar kasus seputar anak dan remaja yang membuat kita mengelus dada. Kenakalan remaja dan bahkan tergolong sebagai tindakan kriminal menjadi keprihatinan dan fokus oleh berbagai pihak. Pembacokan guru, pembunuhan orang tua oleh anak, penggunaan narkoba dan judi online yang telah dilakukan bahkan oleh siswa SD, kebut-kebutan liar dan pembegalan yang dilakukan remaja dan juga perundungan yang semakin marak. Dan tak kalah menghebohkan adalah berita ratusan siswi SMP dan SMA yang mengajukan dispensasi sekolah karena telah hamil di luar nikah.

Generasi penerus Indonesia yang kita gadang-gadang akan menjadi generasi berkualitas malah menjadi pelaku tindak kriminal dan merusak diri sendiri sejak masih anak-anak. Hal ini membuat kita khawatir. Padahal, anak yang lahir pada tahun 2000-an hingga saat ini kita kenal sebagai Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Alpha (lahir 2011-2025) merupakan generasi yang bisa dikatakan melek teknologi sejak lahir. Mereka tumbuh di dunia yang serba digital dan canggih. Generasi ini memiliki begitu banyak kelebihan karena mereka memiliki karakteristik mudah berbaur, lebih cepat mempelajari hal baru, kreatif dan senang berinovasi, serta tidak takut mencoba hal yang baru. Karakteristik positif ini seharusnya menjadi pendukung perubahan Indonesia untuk menjadi negara maju di masa depan.

Apa yang salah sehingga anak-anak dan remaja kita terjerumus kepada perbuatan-perbuatan negatif?

Menurut Dr. William Glasser dalam Choice Theory, terdapat 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu: kebutuhan bertahan hidup, kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima (kebutuhan untuk diterima), kebutuhan penguasaan (pengakuan atas kemampuan), kebutuhan kebebasan (kebutuhan akan pilihan), dan kebutuhan kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang). Berikut penjelasan secara singkat mengenai 5 kebutuhan dasar manusia tersebut.

  • Kebutuhan bertahan hidup: Kebutuhan bertahan hidup ini erat hubungannya dengan kebutuhan terhadap makanan, pakaian, tempat tinggal dan rasa aman. Ketika seseorang lapar, maka yang dia butuhkan adalah makanan. Dia akan melakukan usaha agar dapat memenuhi kebutuhannya tersebut.
  • Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa diterima (Kebutuhan untuk diterima): Kebutuhan ini membuat seseorang ingin selalu terhubung dengan orang-orang disekitarnya. Rasa ingin diterima oleh lingkungannya membuat dia ingin disayangi dan disukai oleh lingkungannya dengan cara mendapatkan perhatian dari orang-orang di lingkungannya.
  • Kebutuhan penguasaan (Kebutuhan pengakuan atas kemampuan): Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui, dihormati yang berkaitan dengan harga diri serta keinginan untuk meninggalkan pengaruh.
  • Kebutuhan kebebasan (Kebutuhan akan pilihan): Kebutuhan akan kebebasan menjadikan seseorang ingin memiliki banyak pilihan dalam hidupnya serta berkeinginan dan suka mencoba hal-hal baru.
  • Kebutuhan kesenangan: Kebutuhan akan kesenangan meliputi kebutuhan untuk bermain, mencari kesenangan dan tertawa.

Apa hubungan kelima kebutuhan dasar tersebut dengan perilaku anak dan remaja kita?

Setiap manusia tentu saja memiliki perbedaan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam hal cara maupun tingkat kebutuhan. Cara yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan dapat menimbulkan dampak positif dan juga dampak negatif. Misalkan, seseorang yang ingin mendapat kebutuhan pengakuan atas kemampuan tapi dilakukan dengan cara melakukan perundungan agar orang yang dirundung takut dan mengakui kehebatannya, maka hal tersebut berdampak negatif. Sebaliknya, jika dia berusaha untuk mendapatkan pencapaian atau prestasi membanggakan agar mendapatkan pengakuan dari orang lain, maka akan berdampak positif bagi dirinya sendiri dan juga bagi lingkungannya.

Sama halnya dengan tingkat kebutuhan yang berbeda pada setiap orang. Pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai akan mengakibatkan seseorang merasa tidak puas. Perasaan tidak puas ini lama kelamaan dapat berkembang menjadi hal negatif yang sangat mungkin berdampak negatif juga bagi lingkungan. Semisalnya ada anak yang ingin mendapatkan pengakuan terhadap prestasi yang telah diperoleh, tapi oleh keluarga atau lingkungan, pencapaiannya tidak pernah dianggap membanggakan dan tidak pernah dipuji dan dihargai. Lama kelamaan bisa saja anak tersebut kehilangan semangat untuk terus berprestasi atau malah menyakiti setiap orang yang memiliki prestasi dan dihargai karena merasa iri.

Agar hal-hal negatif tersebut tidak terjadi, maka setiap orang harus memiliki pengendalian diri yang baik. Pengendalian diri ini merupakan kemampuan serta upaya mengarahkan segala bentuk tindakan dalam diri menuju ke tindakan yang positif. Kemampuan ini dapat dilatih dan hal ini harus dilakukan sejak dini.

Apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua?

Mari kita kembali renungkan apa makna keluarga yang sesungguhnya. Menurut Undang-Undang No. 52 Tahun 2009, Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Akan tetapi, keluarga bukan hanya merupakan kumpulan orang-orang. Lebih dari itu, keluarga juga merupakan ruang tempat terbentuknya rasa kasih sayang, perhatian, dan kepedulian antar anggota keluarga. Karenanya, didalam keluarga terdapat komunikasi dan saling ketergantungan satu sama lain, terdapat visi dan misi keluarga yang pencapaiannya dilakukan oleh semua anggota keluarga dengan cara saling bantu dan saling dukung.

Begitu pentingnya fungsinya keluarga sehingga menurut penulis, memperkuat fungsi keluarga adalah salah satu cara untuk membentuk karakter positif anak. Apa saja fungsi keluarga tersebut?

Menurut BKKBN, terdapat delapan fungsi keluarga, yaitu:

  1. Fungsi Agama

Keluarga adalah tempat pertama penanaman nilai-nilai keagamaan seperti nilai iman, taqwa, kejujuran, tenggang rasa, rajin, kesalehan, ketaatan, suka membantu, disiplin, sopan santun, sabar, ikhlas dan kasih sayang. Fungsi agama ini dapat memperkuat pengendalian diri seseorang dengan teguh berpegang pada kebenaran dan menghindari hal-hal yang salah, tidak bermanfaat dan merugikan diri sendiri serta orang lain.

  1. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga adalah wahana utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya bangsa yang beraneka ragam. Di dalam keluarga, anak-anak belajar berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar serta belajar adat istiadat. Nilai yang harus diterapkan dalam fungsi sosial ini, yaitu: nilai toleransi dan saling menghargai, nilai sopan santun, nilai gotong royong, nilai kerukunan dan kebersamaan, peduli, serta cinta tanah air.

  1. Fungsi Cinta Kasih

Cinta dan kasih sayang sangat penting dalam membina keluarga. Dengan adanya cinta dan kasih sayang, maka akan tercipta rasa sayang, rasa aman dan saling perhatian di dalam keluarga. Perasaan tersebut akan menjadi landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan orang tua. Hal ini akan menjauhkan anak dari keinginan mencari rasa aman, rasa nyaman dan perhatian dengan cara yang salah. Terdapat delapan nilai dalam fungsi cinta kasih, yaitu: nilai empati, akrab, adil, pemaaf, setia, suka menolong, pengorbanan, dan tanggung jawab.

  1. Fungsi Perlindungan

Keluarga harus menjadi dapat menjadi tempat bernaung dan berlindung yang memberikan rasa aman dan kehangatan bagi setiap anggota keluarga. Jika fungsi perlindungan ini dimiliki oleh keluarga, maka tumbuh kembang anak akan optimal karena anak akan terlindung dari hal-hal yang tidak baik dan membahayakan anak. Fungsi perlindungan ini memiliki lima nilai didalamnya, yaitu: aman, pemaaf, tanggap, tabah, dan peduli.

  1. Fungsi Reproduksi

Keluarga adalah pengatur reproduksi keturunan. Untuk dapat memiliki keturunan yang berkualitas, maka kelahiran anak haruslah direncanakan dengan baik dan benar. Selain itu, keluarga juga merupakan tempat untuk memberikan informasi dan edukasi yang benar mengenai reproduksi guna menjauhkan anak dari paparan informasi yang keliru mengenai reproduksi. Dalam menjalankan fungsi reproduksinya, keluarga harus memiliki nilai tanggung jawab, sehat dan juga teguh. Teguh disini berarti kemampuan seseorang dalam menjaga kesucian organ reproduksinya sebelum menikah dengan cara tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan menghindari diri dari pelecehan seksual.

  1. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Dalam menjalankan fungsi ini, keluarga mengajarkan anak untuk dapat bersosialisasi dengan benar. Keluarga juga bertanggung jawab memberikan pendidikan kepada anak sebagai bekal di masa depan. Dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan, terdapat tujuh nilai yang harus diterapkan, yaitu: percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab, dan kerjasama.

  1. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini sangat penting terutama berkenaan dengan bagaimana anak-anak kita sejak dini harus mengerti bagaimana cara mengelola keuangan dengan benar dan baik. Jaman sekarang, sangat mudah bagi kita untuk berbelanja secara online lewat handphone, ketika tidak punya uang bisa membayar dengan pay later, kredit online juga semakin mudah dilakukan. Hal ini kemudian membentuk budaya konsumtif dan menjerat banyak orang dalam lilitan hutang. Nilai yang terdapat dalam fungsi ekonomi ini adalah: nilai hemat, teliti, disiplin, peduli dan ulet.

  1. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Fungsi lingkungan mencakup kepedulian terhadap lingkungan fisik maupun sosial, dan lingkungan mikro, meso dan makro. Kepedulian terhadap lingkungan alam misalnya akan memberikan dampak yang besar pada kehidupan di masa depan. Saat ini, kita telah merasakan dampak buruk dari kerusakan lingkungan alam dengan terjadinya global warming yang mengakibatkan bencana, perubahan iklim ekstrim dan juga krisis pangan di seluruh dunia. Nilai yang perlu ditanamkan dalam fungsi Pembinaan Lingkungan ini adalah bersih, disiplin, pengelolaan, dan pelestarian.

Mari ayah bunda, jalankan 8 fungsi keluarga secara maksimal agar anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang dengan karakter yang positif. Kita songsong puncak bonus demografi tahun 2045 dengan menyiapkan generasi berkualitas dan berkarakter positif mulai dari sekarang.

Referensi

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Jakarta.

Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak. 2017. Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter Melalui 8 Fungsi Keluarga. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.

Glasser, William. 1999. Choice Theory: A New Psychology of Personal Freedom. New York. Diakses melalui https://archive.org/details/choicetheory00will/mode/1up  diakses pada 15 Oktober 2023

https://www.brainacademy.id/blog/karakteristik-generasi-boomers-x-y-z-alpha diakses pada 15 Oktober 2023

 

Profil Penulis

Nofi Ariyanto, S.Pd
PKB Kec. Menyuke, kab. Landak

Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Yuk Maksimalkan Fungsi Keluarga untuk Pembentukan karakter Positif Anak” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
3
+1
0
+1
1
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
fadil
fadil
9 months ago

Mantap Pak Calon Ketua IPeKB Kalbar

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

1
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x