Ajakan penggunaan bahan pangan lokal untuk konsumsi sehari-hari bukanlah hal baru. Bahkan, sudah sejak beberapa tahun terakhir, penggunaan bahan pangan lokal sebagai panganan atau makanan dalam setiap kegiatan di desa pun selalu diutamakan. Penggunaan bahan pangan lokal sesuai dengan potensi, komoditas dan kearifan lokal pun digaungkan oleh Kementerian Pertanian Indonesia, yaitu himbauan dan ajakan untuk meningkatkan penggunaan bahan pangan lokal dalam makanan sehari-hari, termasuk dalam pembuatan makanan pendamping ASI (MPASI). Tujuannya adalah untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal, mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor, dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Periode MPASI (dimulai ketika bayi berusia 6 bulan) merupakan periode pembiasaan dan pembentukan pola makan bagi bayi. Pada usia yang lebih besar, bayi akan mengkonsumsi menu MPASI tersebut dengan jumlah yang lebih banyak. Pola makan anak akan terbentuk sejak periode MP ASI, sehingga membutuhkan peran orang tua agar anak memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi, dan beragam.
Pemberian MPASI sehat dan bergizi menggunakan bahan pangan lokal memiliki tantangan tersendiri. Ibu-ibu muda misalnya, seringkali memilih MPASI yang praktis dan instans dengan membeli MPASI yang tinggal diseduh ketika akan dikonsumsi. Ada pula para ibu yang hanya menekankan pemberian MPASI pada pemenuhan karbohidrat saja agar bayi kenyang. Mereka berpendapat bahwa menyajikan MPASI yang bergizi dan sehat membutuhkan biaya besar karena harus membeli bahan makanan yang mahal seperti daging, susu, keju, ikan salmon.
Ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan makanan sehat dan bergizi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor rendahnya pendapatan, tetapi lebih sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Maka, perlu diedukasi mengenai kandungan gizi sumber pangan lokal yang mudah ditemukan di sekitar mereka. Para ibu juga perlu dibimbing bagaimana mengolah MPASI menggunakan bahan pangan lokal secara baik, praktis dan aman diberikan kepada bayi sebagai MPASI.
Indonesia dengan luas 5.193.250 kilometer persegi dan terdiri atas pulau-pulau memiliki keberagaman pangan lokal dari sabang hingga merauke. Luas perairan laut di Indonesia yang mencapai 5,8 juta kilometer persegi atau sekitar 71% dari total wilayah Indonesia merupakan rumah bagi berbagai spesies ikan dan biota laut. Ikan laut Indonesia memiliki kandungan omega-3 yang tinggi, yaitu asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA). Bahkan ikan-ikan di Indonesia contohnya ikan gembung memiliki kandungan omega 3 sebesar 2,6 gram, lebih tinggi daripada ikan salmon yang hanya 1,4 gram.
Hasil-hasil pertanian dan perkebunan lokal juga memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dengan pangan impor, misalnya: ubi jalar yang kaya akan serat, vitamin C, dan vitamin A. Ubi jalar juga mengandung karotenoid yang dapat membantu meningkatkan sistem imun dan kesehatan mata, kacang hijau kaya akan protein, serat, vitamin B, dan zat besi.
Berdasarkan data dari Badan Ketahanan Pangan, Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran dan 110 jenis rempah-rempah. Kacang-kacangan, misalnya kacang hijau juga mengandung antioksidan yang dapat membantu mencegah kerusakan sel dan mengurangi risiko penyakit kronis.
Buah-buahan dan sayur mayur yang ada di Indonesia juga beragam dengan kandungan vitamin yang penting bagi tubuh. Buah-buahan tropis seperti mangga, pisang, dan papaya, kaya akan serat, vitamin C, dan vitamin A. Buah-buahan tropis juga mengandung senyawa fitokimia yang dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi risiko kanker, dan meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Sayuran hijau yang mudah ditanam baik sebagai tanaman kebun atau tanaman pagar seperti daun singkong, kangkung, bayam, daun kelor, daun katuk sangat kaya akan vitamin A C, K, B, kalium dan sehat. Sayuran hijau juga mengandung zat besi yang bisa membantu mencegah anemia (kurang darah).
Dengan potensi laut, pertanian dan perkebunan tersebut, masyarakat seharusnya tidak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga setiap hari. Pangan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia bahkan memiliki nilai kandungan gizi yang lebih baik daripada produk-produk impor dari luar negeri.
Beberapa manfaat penggunaan sumber pangan lokal sebagai MPASI adalah:
Mendukung perekonomian lokal
Menggunakan bahan pangan lokal dapat mendukung perekonomian lokal karena mengurangi ketergantungan pada bahan pangan impor dan meningkatkan permintaan pada produk lokal. Membiasakan penggunaan bahan pangan lokal dalam pembuatan makanan pendamping ASI juga dapat membantu mempromosikan budaya lokal. Hal ini dapat membantu memperkuat identitas daerah dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberagaman pangan. Dengan menggunakan bahan pangan lokal dalam pembuatan makanan pendamping ASI, kita dapat memastikan bahwa anak-anak mendapatkan nutrisi yang cukup dan sehat. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat identitas daerah.
Mengurangi biaya transportasi dan lingkungan
Penggunaan bahan pangan lokal dapat mengurangi biaya transportasi karena bahan pangan tidak perlu diimpor dari luar daerah atau negara. Menggunakan bahan pangan lokal cenderung lebih murah dan terjangkau daripada bahan pangan impor. Hal ini dapat membantu mengurangi biaya produksi makanan pendamping ASI dan memungkinkan orang tua untuk membuat makanan sehat dengan biaya yang lebih terjangkau. Selain itu, hal ini juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari transportasi.
Menjaga keberagaman makanan
Setiap daerah atau negara memiliki bahan pangan lokal yang khas dan unik. Bahan pangan lokal memiliki keanekaragaman yang tinggi, sehingga dapat memperkaya pilihan makanan pendamping ASI. Orang tua dapat memilih bahan pangan lokal yang sesuai dengan daerah tempat tinggalnya dan ketersediaan musimnya
Menjaga kelestarian lingkungan
Bahan pangan lokal biasanya diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya. Dengan menggunakan bahan pangan lokal, kita dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan.
Lebih segar dan berkualitas
Bahan pangan lokal cenderung lebih mudah ditemukan dan tersedia di pasar-pasar tradisional. Hal ini dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak secara lebih mudah. Bahan pangan lokal umumnya lebih segar dan berkualitas karena tidak melalui proses pengawetan yang panjang seperti bahan pangan impor. Hal ini dapat membantu memastikan makanan yang dihasilkan lebih sehat dan nutrisi lebih terjaga
Menjaga kesehatan
Bahan pangan lokal umumnya lebih sehat karena tidak mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, dan perasa buatan. Selain itu, bahan pangan lokal juga lebih mudah untuk ditelusuri asal-usulnya sehingga dapat menghindari makanan yang terkontaminasi.
Beberapa contoh MPASI dengan menggunakan sumber pangan lokal yang dapat ayah bunda praktikkan antara lain:
- Bubur tim adalah makanan pendamping ASI yang terbuat dari bahan-bahan seperti beras, ubi, jagung, atau kentang lokal yang dicampur dengan sayuran seperti wortel, bayam, dan kangkung. Bubur tim bisa diberikan untuk bayi setelah usia enam bulan.
- Sop sayuran: Sop sayuran terbuat dari bahan-bahan seperti kentang lokal, wortel, tomat, buncis dan sayuran lain.
- Finger food (cemilan yang dapat dipegang dan dimakan oleh bayi sendiri) dengan pengawasan orang tua atau pengasuh. Finger food bisa diberikan mulai bayi berusia 8 bulan. Makanan yang bisa diberikan sebagai finger food seperti pisang, papaya, wortel dan makanan lembut lain yang aman bagi bayi sesuai usianya.
- Nasi tim, yaitu nasi tim terbuat dari beras lokal yang dicampur dengan telur, daging ayam lokal atau ikan lokal, sayuran seperti wortel, jagung, bayam, daun kelor, dan daun bawang. Nasi tim bisa diberikan untuk bayi setelah usia enam bulan.
- Tempe adalah makanan hasil fermentasi dari kedelai lokal yang kaya akan protein. Tempe bisa dihaluskan dan dicampur dengan sayuran seperti bayam, kacang panjang, atau jagung sebagai makanan pendamping ASI.Tahu:
- Tahu juga bisa dihaluskan dan dicampur dengan sayuran atau bahan pangan lokal lainnya sebagai makanan pendamping ASI. Tahu juga kaya akan protein dan nutrisi penting lainnya.
Menu sehari-hari masyarakat Indonesia sebagian besar bersumber dari sumber pangan lokal. Untuk itulah, ayah dan bunda semuanya dimanapun berada, mari bersama kita dukung penggunaan bahan pangan lokal sedari MPASI. Singkirkan stereotif bahwa MPASI bergizi adalah mahal dengan lebih banyak mencari tahu kandungan gizi bahan pangan lokal disekitar kita dan singkirkan ketergantungan pada MPASI instan dengan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan edukasi pengolahan MPASI baik di Posyandu, Kegiatan-kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) atau melalui media sosial BKKBN yang tersedia.
Referensi:
- https://www.liputan6.com/citizen6/read/3226866/tak-hanya-beras-ini-10-pangan-pokok-lokal-berkarbohidrat-tinggi diakses pada tanggal 14 April 2023;
- https://repository.pertanian.go.id/items/ee74df1c-e296-46a2-b8cf-f8f7ea865db9 diakses pada tanggal 14 April 2023;
- https://promkes.kemkes.go.id/sayuran-hijau-dan-segudang manfaatnya#:~:text=Sayuran%20hijau%20sangat%20kaya%20akan,gizi%20yang%2 terkandung%20di%20dalamnya diakses pada tanggal 14 April 2023;
- https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/06/23/pangan-lokal-untuk-kesehatan-diri-dan-bumi diakses pada tanggal 14 April 2023;
- https://www.greeners.co/gaya-hidup/beragam-keuntungan-dari-mengonsumsi-makanan-lokal/ diakses pada tanggal 14 April 2023;
- https://www.popmama.com/amp/baby/7-12-months/anindita-budhi/alasan-mengapa-mpasi-bahan-lokal-lebih-baik?page=all#page-2 diakses pada 14 April 2023.
Profil Penulis,
Nofi Ariyanto, S.Pd.
Penyuluh Keluarga Berencana Kec.Menyuke, Kab. Landak Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “MPASI 6 – 11 Bulan Bersumber Pangan Lokal” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).
thanks a lot of information keren