Asupan zat gizi rendah dipengaruhi oleh pola asuh makan yang tidak tepat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi balita stunting. Asupan gizi tersebut diantaranya energi, protein dan kalsium yang diperoleh dari Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Pemberian MP-ASI yang berkelanjutan merupakan salah satu aspek yang dinilai pada praktik pemberian makan. Terdapat tiga hal yang dinilai pada pemberian MP-ASI yang berkelanjutan, diantaranya pengenalan MP-ASI, keanekaragaman makanan serta zat gizi yang memadai, dan frekuensi pemberian makan.
Adaptasi Anak Terhadap Makanan Keluarga
Unicef (1997) mengemukakan teori mengenai kaidah praktik pemberian makan yang baik, diantaranya terdapat tiga aspek diantaranya mengenai pemberian MP-ASI yang berkelanjutan yakni pengenalan MP-ASI, keanekaragaman makanan, zat gizi yang memadai dan frekuensi pemberian makan. Aspek selanjutnya mengenai sikap ibu dalam praktik pemberian makan yakni penyesuaian metode makan dengan kemampuan psikomotorik anak, pemberian makan yang responsif dan menciptakan situasi makan yang baik. Adapun aspek terakhir mengenai adaptasi anak terhadap makanan keluarga.
Adaptasi makanan keluarga secara optimal pada anak masih belum dilakukan oleh sebagian masyarakat alasan yang paling sering ditemui orang tua melakukan pengenalan makanan keluarga pada saat anak sudah berusia lebih dari 24 bulan. Padahal pada usia 12 bulan anak memerlukan energi yang lebih untuk memenuhi asupan gizinya yang didapatkan dari makanan keluarga. Jika anak mengalami kekurangan energi di usia bawah dua tahun maka dikhawatirkan hal ini akan menjadi masalah gizi untuk kedepannya.
Peran Orang Tua Dalam Pengenalan Makanan
Di kalangan masyarakat masih sangat banyak kita temui orang tua yang tidak mau pusing dengan pemberian dan pembiasan makanan yang baik bagi anak. Banyaknya makanan instan dan cepat saji yang sangat mudah untuk dikonsumsi tanpa menyadari akan pentingnya nilai status gizi pada makanan.
Dari pengalaman bertemu dengan ibu yang mempunyai anak baduta ketika di posyandu saya bertanya ‘ibu MP-ASI anaknya apa, dan ibu menjawab dengan menyebutkan salah satu merek produk. Alasan yang paling sering ditemui yaitu keterbisaan dan lebih menyukai untuk membeli jajanan diluar sehingga anak sulit untuk makan dan mengenal bahan makanan yang alami, padahal jajanan diluar belum tejamin kebersihan dan kesehatannya. Asupan gizi yang kurang optimal akan meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi pada anak salah satunya yaitu masalah gizi stunting, oleh karena itu perlua adanya pengawasan gizi yang optimal.
DASHAT merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga kurang mampu. Melalui pemanfaatan sumberdaya lokal (termasuk bahan pangan lokal) yang dapat dipadukan dengan sumberdaya/kontribusi dari mitra lainnya.
Banyak sekali bahan pangan yang bisa kita olah untuk menjadi makanan yang baik dan sehat bagi buah hati kita. Bunda, saya ada salah satu menu makanan yang mungkin bunda-bunda di rumah bisa menbuatnya untuk buah hati. Resep menu ini dia sampaikan pada acara Dapur Sehat Atasi Stunting oleh Dosen Ahli Gizi Poltekes Pontianak.
Dokumentasi Oleh Balai Penyuluh KB Kec. Sukadana Kab. Kayong Utara
Resep Bergizi
Nasi Sup Bola Tahu Ikan Kembung
Bahan:
- 200 gr Nasi Putih (Nasi Yang Teksturnya Lembut)
- 60 gr Tahu Putih
- 75 gr Ikan Kembung
- 50 gr Ubi Jalar Kuning
- 45 gr Buncis
Bumbu:
- 10 gr Seledri (diiris)
- 1 batang Daun Bawang
- 5 Sendok Makan Tepung Tapioka
- ½ The Garam
- ½ Sendok The Gula
- ½ Sendik The merica
- 10 gr Bawang Goreng (Opsional)
Bumbu Yang Dihakuskan:
- 1 Siung Bawang Putih
- 1 Siung Bawang Merah
CARA MEMBUAT
- Rebus air sampai mendidih,
- Sambil menunggu air campurkan tahu, daging ikan , bumbu halus, garam, gula, merica dan haluskan, kemudian tambahkan tapioca.
- Ambil adonan sebanyak satu sendok teh, kemudian bentuk bulat dan langsung dicemplungkan pada air mendidih
- Lakukan sampai adonan habis
- Tata dengan menarik dalam mangkok atau wadah makan
- Sajikan bersama nasi.
Dokumentasi Oleh Balai Penyuluh KB Kec. Sukadana Kab. Kayong Utara
Ayo… Bunda dan Parents kita ajarkan dan kenalkan anak makanan rumahan dengan pahan pangan yang alami sehingga meningkat kandungan gizi pada makanan dan pertumbuhan dan perkembangan anak kita juga bisa maksimal. Ajak anak makan bersama dengan suapan gizi yang baik. Jika anak mengalami kekurangan energi di usia bawah dua tahun maka dikhawatirkan hal ini akan menjadi masalah gizi untuk kedepannya. Seribu hari pertama kehidupan ditentukan oleh kondisi kesehatan dan status gizi anak hingga 2 tahun. Makanan keluarga mengandung zat gizi lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dengan mengikuti pedoman ‘isi piringku’ terkait porsi dan keanekaragaman bahan makanan yang dianjurkan. Hal ini telah gencar di promosikan oleh Kementrian Kesehatan sejak tahun 2018.
Sebagai kesimpulan, ada beberapa masukan untuk pemerintah agar dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi secara maksimal agar masyarakat betul-betul memahami akan pentingnya pembiasan pengenalan makanan yang baik untuk anak dan juga untuk para bunda dan parents juga bisa mendapatkan info dari berbagai sumber social media yang berkembang saat ini. Mengurangi yang instan dan memulai lah dengan bahan alami yang ada disekitar kita.
Referensi:
- UNICEF Nurition Section. (1997). The Care Initiative. New York
- Sudargo, Toto (dkk). 2018. Seribu Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
- Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak, BKKBN. (2017). Bahan Penyuluhan Bina Keluarga Balita Bagi Kader “1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)”. Jakarta. BKKBN.
- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana https://www.bkkbn.go.id/berita-luncurkan-dashat-bkkbn-optimis-stunting-teratasi Diakses Tanggal 24 Februari 2023 Pukul 23.00 WIB
Profil Penulis,
Nurul Fildzah Junaedi
Perwakilan BKKBN Kalimantan Barat
—–
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Praktik Pembiasaan Pemberian Makanan yang Baik dan Sehat pada Baduta” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).
Sangat bermanfaat