Ingat 5 A: Tips Aman Berinternet bagi Anak Generasi “Digital Native”

Hai moms, siapa disini yang masih bingung melakukan pengasuhan di era digital? Tenang, moms tidak sendirian, karena pasca pandemi Covid-19 penggunaan teknologi informasi berkembang sangat cepat. Perkembangan tersebut hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan. Tak terkecuali hal tersebut berdampak pada kehidupan keluarga dan pengasuhan anak. Anak terbiasa terpapar teknologi internet, bahkan sejak bayi. Namun sayangnya, perkembangan teknologi tersebut tidak diimbangi oleh literasi digital terutama pada anak-anak tanpa mengetahui dampak ataupun resiko yang akan didapatkannya.

Kurangnya pembekalan yang baik dari orangtua terkait literasi digital, bisa disebabkan oleh adanya gap antar generasi. Menurut Marc Prensky (2021), orangtua sebagai generasi ‘digital immigrant’ yang lahir sebelum digitalisasi, mereka yang lahir sebelum 1980-an (generasi X dan baby boomers) ini harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Sementara anak sebagai generasi ‘digital native’ yang lahir di era digital, termasuk generasi millenial dan generasi Z, mereka sudah terbiasa dengan kecanggihan teknologi dan perkembangan internet. Para digital native ini tidak canggung dengan alat digital atau virtual, bahkan mereka sudah mengenal internet sejak balita untuk mengungkapkan ekspresinya. Oleh karenanya, orangtua perlu menyadari bahwa anak generasi digital native memerlukan pengasuhan yang tepat di era digital. Lalu bagaimana tips aman berinternet bagi anak generasi ‘digital native’ ini? Yuk, simak tips 5A berikut.

  1. Aturan yang jelas dari orang tua

Aturan penggunaan gadget perlu ditegakkan dan dijelaskan oleh orangtua berdasarkan klasifikasi usia anak. Berdasarkan para ahli, waktu maksimal bagi anak untuk mengakses gadget sebanyak 1-2 jam per hari. Anak usia di bawah 2 tahun disarankan untuk tidak diberikan gadget terlebih dahulu. Namun jika pada kondisi tertentu tidak bisa diterapkan maka anak usia diatas 1,5 tahun dapat mengakses internet dengan pengawasan orangtua. Sementara itu anak usia 2-5 tahun hanya boleh mengakses gadget sebanyak 1 jam per hari dengan tontonan yang berkualitas. Anak diatas usia 6 tahun boleh mengakses tidak lebih dari 2 jam per hari sesuai kesepakatan bersama orangtuanya.

    1. Awasi penggunaan gawai terhadap tontonan anak

Meskipun saat ini teknologi internet sudah memiliki fitur keamanan, namun orangtua perlu tetap mendampingi dan memantau ketika anak sedang mengakses internet. Sebab, anak belum memahami mana konten positif dan negatif. Mengawasi anak bermain gawai bukan berarti melototi anak terus, namun lebih kepada mendampingi dan berdiskusi kepada anak terkait konten yang sedang anak tonton. Jadikan anak merasa nyaman saat berkomunikasi kepada orangtua, sehingga anak tidak merasa dikekang atau tidak bebas. Sebab, khawatirnya anak akan penasaran dengan konten negatif jika kita terlalu ketat atau membebaskannya.

  1. Amati apakah terdapat perubahan perilaku anak jika terlalu lama menggunakan gawai

Penggunaan gadget yang berlebihan dapat memicu perilaku buruk pada anak. Apalagi di masa lima tahun pertama kehidupannya ini dikatakan sebagai golden age. Berbagai aspek perkembangan sedang berkembang sangat pesat sesuai stimulasi orangtua. Hal tersebut menjadi dasar bagi terbentuknya karakter dan fungsi kognitifnya hingga dewasa. Oleh karena itu, orangtua perlu membatasi penggunaan gadget pada anak serta mengamati apakah ada perubahan perilaku pada anak. Apakah anak menjadi lebih agresif, terganggu pola makan dan tidurnya, atau bahkan gangguan perkembangan akibat berlebihnya penggunaan gadget.

  1. Arahkan anak untuk menonton konten positif yang mendukung minat dan bakatnya

Orangtua dapat membimbing anak untuk mengakses konten positif dan bernilai edukatif dengan memberikan contoh konten yang bisa diakses. Salah satu contoh platform video yang dapat membatasi akses tontonan yang diberikan kepada anak yaitu YouTube Kids. Selain itu, agar anak tidak asal mengunduh aplikasi yang tidak sesuai dengan usianya, moms dapat melakukan pengaturan mode kids di aplikasi Google Play Store. Sajikan tontonan edukatif kepada anak agar menjadi inspirasi bagi mereka dalam bercita-cita.

  1. Ajarkan anak tentang nilai-nilai kebaikan agar anak memahami batasan berperilaku menggunakan internet

Keluarga menjadi tempat utama bagi seorang anak untuk mendapatkan nilai-nilai kehidupan, spiritual, dan etika supaya ketika anak berada di lingkungan masyarakat dirinya bisa menjadi individu yang memiliki prinsip hidup. Termasuk juga pendidikan karakter, mana yang boleh dan tidak boleh, serta yang baik atau buruk untuk dilakukan. Saat anak sudah memiliki nilai tersebut, maka anak memiliki dasar atau pedoman saat menggunakan internet. Anak akan lebih selektif dalam memilih tontonan di internet maupun ajakan temannya.

 

Nah, itulah 5A: Tips aman berinternet bagi anak generasi digital native ya, moms. Sebagai orangtua kita tidak perlu melarang anak mengakses internet. Namun mengarahkan anak untuk memanfaatkan teknologi informasi tersebut dalam hal-hal yang positif. Sebagai orangtua, kita juga perlu banyak belajar tentang pengasuhan di era digital. Diiringi dengan seringnya mengobrol dengan anak tentang dunianya, membuka pikiran untuk menerima dan mengarahkannya, serta tidak menghakimi perilaku anak yang belum ia ketahui. Sekarang, moms tidak perlu merasa sendirian dalam mengasuh anak di era digital, ya. Generasi digital native ini memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat dengan kemajuan teknologi, lho! Oleh karena itu, sebagai orangtua kita hanya perlu mengarahkan anak untuk mengakses konten-konten positif, agar anak dapat berkembang sesuai minat dan bakatnya. Hasilnya, anak akan tumbuh menjadi individu berkualitas sebagai agent of change yang siap berkontribusi dalam bonus demografi dan era digital yang semakin canggih kedepannya.

 

 

Referensi:

 

Profil Penulis

Lutfiah Syahidah, S.Si
PKB Ahli Pertama Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan
___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Internet Aman Bagi Si Kecil” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
2
+1
0
+1
1
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x