Waktu menunjukkan pukul 09.15 Wita, ketika saya sampai di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Hari masih sejuk. Sementara mentari sedang merangkak naik, menunaikan tugas mulianya, memutar waktu supaya kehidupan terus berjalan. Sekitar setengah jam menunggu, salah satu pesawat landing dengan sempurna. Pesawat tersebut saya tunggu karena salah satu penumpangnya adalah orang yang akan saya jemput, pimpinan kami di BKKBN. Beliau adalah Deputi Lalitbang BKKBN RI, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD. Kami akrab memanggil dengan nama Prof. Damanik. Beliau akan melakukan kunjungan ke Kampung Keluarga Berkualitas Desa Penarungan, salah satu Kampung KB unggulan Bali di Tingkat Nasional.
Di Desa tersebut, Prof. Damanik menyaksikan kinerja seksi-seksi Kampung KB. Ada 8 seksi yang terbentuk sesuai dengan fungsi-fungsi keluarga. Seksi tersebut adalah seksi keagamaan, seksi sosial budaya, seksi cinta kasih, seksi sosialisasi dan pendidikan, seksi reproduksi, seksi ekonomi, seksi perlindungan dan terakhir seksi lingkungan. Hubungan antar seksi sedemikian guyub dan terintegrasi, sehingga mampu meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat dari desa miskin menjadi desa berdaya, menciptakan budaya kerja baru dari budaya menunggu menjadi budaya pro aktif. Putaran ekonomi di desa tersebut dimotori oleh kelompok usaha ekonomi peroduktif keluarga yang di kenal dengan nama kelompok UPPKA (usaha peningkatan pendapatan keluarga akseptor). Sementara itu, pembanguna fisik juga merata di setiap Banjar (wilayah setingkat RW) atas dukungan signifikan stakeholder terkait yang secara pentahelik membangun Desa Penarungan. Desa dan lingkungan di semua Banjar tertata rapi, bersih dan sehat, semua Balita masuk poktan Bina Keluarga Balita, dengan imunisasi lengkap pada tingkatan usianya. Remaja dan Bina Keluarga Remaja Aktif. Pun demikian dengan Bina Keluarga Lansia, melakukan aktifitas guna menjembatani pengembangan dimensi-dimensi lansia sebagai senior di tengah-tengah keluarga Desa Penarungan.
Dalam sambutannya, Prof. Damanik menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Kepala Desa dan tokoh masyarakat yang telah mampu mengimplementasikan prinsip-prinsip Kehidupan Berkualitas kepada tiap-tiap keluarga, sebagai basis terendah pembangunan desa.
Sekitar pukul 14.00 Wita pembinaan Kampung KB di Desa Penarungan berakhir. Kami meneruskan perjalanan ke Kabupaten Bangli. Tujuannya adalah kunjungan ke salah satu Desa terbersih di dunia, yaitu Desa Adat Penglipuran. Aura bersih, sehat dan sejuk sudah terasa sesaat akan memasuki gerbang desa tersebut. Masuk ke pelataran parkir, kami disambut pecalang (satpam desa) yang bertugas menjaga keamanan Desa Adat, sekaligus mengatur parkir supaya rapi. Kami ditemani Ka OPD KB Bangli, Dewa Agung Purnama yang saat itu sebagai tour guide buat Prof. Damanik.
Menapaki jalan lingkungan, kami disuguhkan pemandangan yang indah sekali. Angkul-angkul rumah atau Gerbang tiap-tiap keluarga hampir semua sama, baik bentuk, ukuran, ornamen dan jenisnya. Bahannya juga sama, atapnya semua dari bahan bambu yang di belah dan di pasang terbalik, rapi. Di sepanjang jalan perumahan, kita tidak akan menemukan sampah walau sedikit. Sebaliknya kita akan menemukan rumput yang dipotong rapi serta aneka bunga menghiasi rumah memanjakan mata yang melihatnya. Saluran limbah dan drainase baik di depan rumah maupun di dalam pekarangan mengalir lancar, tidak memberi ruang nyamuk Aedes Aigypti hidup dan berkembang biak.
Di dalam pekarangan semua bentuk rumah juga sama. Disebelah utara, satu bangunan untuk dapur dan orangtua (lansia). Di selatan, satu bangunan untuk acara keagamaan dan adat. Di belakang, satu atau lebih bangunan untuk penghuni rumah lainnya, biasanya satu bangunan terdiri atas beberapa kamar. Di belakangnya lagi adalah tempat MCK dan bangunan pengembangan. Sementara itu, di timur laut pekarangan dibuat bangunan suci milik keluarga masing-masing sebagai tempat mengimplementasikan fungsi keagamaan yang menjadi pusat pergerakan spiritual keluarga.
Antar pekarangan rumah selalu tersedia pintu keluar/masuk ke pekarangan rumah sebelahnya. Ini ciri kearifan tradisi leluhur terjaga indah. Sifat komunal sangat terasa. Tidak ada antar tetangga saling iri, saling dengki atau saling bermusuhan, sebaliknya antar keluarga saling memberi dan menerima. Pun demikian kalau terjadi masalah, akan saling perhatian dan saling menjaga. Semua ini membawa kedamaian desa penglipuran, karena hampir tidak pernah ada pencurian antar sesama warga. Apa yang menyebabkan tradisi ini terpelihara indah ? “Ada tiga penyebab kebahagiaan,” kata Dewa Agung Purnama, Ka OPD KB Kabupaten Bangli. Pertama, hubungan harmonis antara Tuhan dengan manusia (Parahyangan). Kedua, hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya (Pawongan). Ketiga, hubungan harmonis manusia dengan lingkungannya (Palemahan). Berikutnya, penting menjaga dan menebarkan kebaikan dengan tiga hal yang harus disucikan (Tri Kaya Parisudha), yaitu berfikir yang baik (manacika), berkata yang baik (wacika) dan berbuat yang baik (kayika). “Tradisi luhur ini bagus diterapkan di Kampung Keluarga Berkualitas di daerah lainnya, agar semakin cepat terjadi pemberdayaan keluarga dan masyarakat,” seloroh Prof. Damanik berkomentar ringan.
Konsep yang baik, akan terbukti pada perilaku warga atau keluarga di masing-masing rumah tangga. Perilaku baik yang berulang secara terus menerus akan menjadi kebiasaan (habits). Adapun salah satu kebiasaan yang dilakukan tiap-tiap keluarga di Desa Adat Penglipuran adalah bangun lebih pagi. Jam 05.00 dini hari sudah menyapu bersih halaman depan rumah, sekitar pekarangan rumah dan pada telajakan masing-masing. Setelah semua tempat di pekarangan rumah bersih, baru dilanjutkan dengan kegiatan lainnya, seperti masak, menyiapkan sekolah anak, melayani orangtua/lansia, kegiatan lingkungan, dan lain-lain.
Pemilahan sampah organik dan anorganik sudah di lakukan di rumah tangga masing-masing, sebelum kemudian dikumpulkan ke dalam bank sampah yang sudah dibentuk yang terhimpun ke dalam kelompok UPPKA Desa Adat Pengipuran. Menurut Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kelurahan Kubu, Ni Putu Nasib menyatakan, bahwa kelompok UPPKA Penglipuran merupakan kelompok UPPKA terbaik Kabupaten Bangli karena keunggulan manajemen, inovasi dan pemanfaatan dana kelompok bagi kesejahteraan anggotanya. Sementara itu, bidan yang mewilayahi Desa Adat Penglipuran Ni Wayan Minakshi menyatakan, bahwa cakupan imunisasi balita mencapai 100 %. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0),
- usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2),
- usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3),
- usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan
- usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan
imunisasi (DPT- HB-Hib dan Campak/MR).
Untuk menjaga agar masyarakat mencapai derajat kesehatan secara berkelanjutan, Upaya preventif terus menerus dilakukan bersama aparat desa, keluarga dan masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan philosophy “Mens Sana In Corpore Sano” yang berarti “di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat” seperti kutipan dari puisi Satire X yang ditulis secara indah oleh Decimus Iunius Iuvenalis, seorang penyair dan filosof Romawi. Ia menegaskan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu paham kebersihan dan kesehatan Jasmani-rohani itu sudah menjadi bagian dalam wacana pengkajian para filosof. Dengan menjadi salah satu bagian terpenting dalam kehidupan, kebersihan tidak lagi hanya sebuah aktifitas biasa, tapi juga sudah termanifestasi.
Pemahaman inilah yang selanjutnya menjadi kesadaran universal akan pentingnya “Bersih dan Kebersihan”. Kesadaran itu terus berkembang menjadi budaya masyarakat, dan akhirnya menjadi gaya hidup masyarakat dunia yang berpikir maju. Budaya bersih sebuah bangsa itu mencerminkan kemajuan berpikir bangsa tersebut. Budaya bersih sebuah bangsa di mulai dari budaya bersih di lingkungan masing-masing.
Ternyata ada korelasi positif antara pemenuhan imunisasi balita, penuntasan masalah kesehatan anak dengan perilaku keluarga yang menjungjung tinggi nilai Hidup Bersih dan Sehat. “Kebersihan adalah pola pikir. Kebiasaan positif yang membuat tubuh, pikiran, dan lingkungan bahagia, sehat, sederhana, rapi, dan menyenangkan“, kata Amit Ray suatu ketika…
Daftar Pustaka :
Kompasiana.com “Kebersihan, Filosofi & Gaya Hidup”, di :
https://www.kompasiana.com/banglims/552af6af6ea8346657552d8f/kebersihan-filosofi-gaya-hidup
BKKBN, Materi BKB Emas (Eliminasi Masalah Anak Stunting), 2023.
Promkes.Kemkes.go.id, Buku KIA Dinas Kesehatan, 2023
Profil Penulis,
I Dewa Made Suka, SH., M.Pd.H
Widyaiswara
Perwakilan BKKBN Provinsi Bali
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “PHBS dan IMUNISASI” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).
Terimakasih, artikel tradisi yang memuliakan hidup sehat sangatlah penting. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung. Saat ini, ada metode pengobatan seperti <a href=”https://heartology.id/”>Ablasi Jantung</a>, sebuah prosedur medis yang menggunakan kateter untuk menghentikan aktivitas jaringan yang mengalami gangguan irama di jantung, sehingga ritme jantung dapat pulih.