Mitos Seputar Pemberian Makan Baduta

Mitos Pemberian MPASI

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak (PMBA) yang direkomendasikan oleh WHO, yaitu (1) IMD (Iniasiasi Menyusui Dini), (2) pemberian ASI saja selama usia 0-6 bulan; (3) pemberian MPASI setelah 6 bulan dan (4) melanjutkan ASI hingga 2 tahun. Meski begitu, masih ada mitos-mitos yang beredar yang perlu untuk diketahui terkait praktik pemberian makan pada baduta.

  1. Ibu harus mencuci putting sebelum menyusui
    Mencuci puting sebelum menyusui tidak perlu. Saat bayi lahir, mereka sudah familiar dengan bau dan suara ibunya sendiri. Puting menghasilkan zat yang memiliki aroma bayi dan memiliki ‘bakteri baik’ yang membantu membangun sistem kekebalan tubuh bayi.
  1. Bayi tidak membutuhkan lemak
    Jangan batasi lemak dari menu anak berusia satu tahun. Bayi dan balita harus mendapatkan sekitar setengah kalori mereka dari lemak. Kolesterol dan lemak lainnya juga sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka di usia ini. Setelah anak Anda mencapai usia dua tahun, konsumsi lemak secara bertahap dapat dikurangi (menurunkannya menjadi sekitar sepertiga dari kalori harian pada usia empat hingga lima tahun).
  1. Madu merupakan makanan yang baik bagi bayi
    Pada usia 6 bulan, bayi dapat makan apapun kecuali madu, yang hanya boleh diberikan setelah 12 bulan. Mengapa? Karena madu dapat mengandung bakteri penyebab botulisme pada bayi, jadi jangan berikan madu kepada anak di bawah 12 bulan. Madu aman untuk orang usia 1 tahun ke atas.
  1. Bayi dan balita sebaiknya diberi susu kental manis.
    Susu kental manis mengandung gula yang tinggi dan tidak boleh digunakan sebagai pengganti ASI atau susu formula. Susu sapi murni adalah pilihan yang lebih baik untuk balita berusia di atas 12 bulan.
  1. Bayi dan balita harus makan sayur yang banyak agar sehat
    Ada bukti yang menunjukkan bahwa bayi membutuhkan lebih banyak protein daripada sayuran, karena protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menurut American Academy of Pediatrics, bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan protein per kilogram berat badan yang lebih tinggi daripada orang dewasa, karena mereka membutuhkan protein untuk perkembangan jaringan dan organ baru. Disarankan agar bayi mendapatkan sekitar 1 gram protein per kilogram berat badan per hari. Sementara sayuran adalah bagian penting dari makanan sehat untuk bayi, mereka tidak mengandung protein sebanyak makanan hewani seperti daging, telur, dan produk susu.
  1. Tidak baik memberikan menu telur setiap hari pada bayi dan balita
    Umumnya aman bagi bayi dan balita untuk makan telur setiap hari sebagai bagian dari diet seimbang. Telur adalah sumber protein, zat besi, dan nutrisi penting lainnya yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Menurut American Academy of Pediatrics, kebanyakan anak dapat dengan aman mengonsumsi satu butir telur per hari. Namun, jika anak Anda memiliki alergi telur atau jika ada riwayat alergi telur dalam keluarga, Anda harus berbicara dengan dokter anak Anda sebelum memasukkan telur ke dalam menu makanannya. Penting untuk diperhatikan bahwa telur harus selalu dimasak dengan matang untuk mengurangi risiko tertular penyakit melalui makanan.

Itu dia beberapa mitos terkait pemberian makanan bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun. Semoga bermanfaat.

Profil Penulis,
Profil Penulis Nurcahaya Sihomobing

Nurcahaya Sihombing, S.K.M.
Penyuluh KB Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah


Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Praktik Pembiasaan Pemberian Makanan yang Baik dan Sehat pada Baduta” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
6
+1
0
+1
1
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x