Suatu ketika saya berkunjung ke rumah teman saya, dia baru memiliki satu orang anak berusia dua tahun. Anak tersebut awalnya sangat tenang, duduk diatas sofa dan asik dengan gadget ditangan. Menurut pengalaman saya, biasanya anak seumuran dia masih sangat suka kesana kemari dan membuat berantakan dirumah. Bahkan, ketika ibunya pulang kerja, masuk rumah dan menyapa nya, dia hanya menoleh sedikit dan kembali fokus pada tontonannya di gawai atau gadget, atau dalam bahasa sehari-hari kita kenal dengan handphone. Tapi, ketika ibunya menyuruh dia bersalaman dengan saya, dia menjawab dengan singkat, tidak. Dan hal yang benar-benar membuat saya terkejut terjadi ketika sang ibu ingin mengambil gadget dari tangannya agar dia mau bergerak dan bersalaman dengan saya. Dengan cepat dia merebut gadget tersebut dari tangan ibunya dan berteriak marah lalu melempar gadget tersebut hingga membentur dinding dan berakhir dengan layar yang retak.
Si ibu dan ayah kemudian sibuk menenangkan anak mereka yang tantrum menangis dan berteriak-teriak. Mereka membawanya keluar rumah karena biasanya anak mereka akan muntah pada saat tantrum. Pada saat itu si nenek datang ke ruang tamu membawa minuman sambil berkata, “Maaf ya Pak, maklum ya pak. Cucu saya memang sudah lekat dengan HP sejak bayi. Kalau lagi main HP tidak boleh diganggu. Pasti ngamuk-ngamuk. HP saja sudah beberapa buah yang rusak dilempar waktu dia marah. Ibu dan ayahnya memang jarang di rumah. Soalnya kerja. Pulang kerja juga masih keluar banyak urusan. Cucu saya itu juga belum bisa ngomong. Kebanyakan nonton youtube di HP kata orang. Tapi ibunya bilang, bagus anaknya ngerti teknologi dari kecil. Bahkan cucu saya itu katanya sudah bisa main roblox. Saya sudah tua nurut saja.” Si nenek panjang lebar menjelaskan kemudian menghela nafas.
Pada saat ini, khususnya semenjak pandemi Covid-19 mewabah dan kita diharuskan untuk belajar dan bekerja dari rumah, penggunaan internet di Indonesia meningkat dengan pesat. Berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJJI), Pada Survey Penetrasi Internet Indonesia 2022-2023, pengguna internet mencapai 215,63 juta pengguna, sedangkan jumlah penduduk Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) hingga pertengahan 2023 adalah 278,69 juta jiwa. Hal ini berarti sekitar 77 % masyarakat Indonesia telah menggunakan internet. Peningkatan penggunaan internet ini tentunya memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat. Akses kepada ilmu pengetahuan terbuka lebar. Dengan adanya internet, penyebarluasan informasi dan ilmu pengetahuan edukasi lebih mudah dilakukan dan dapat menjangkau sasaran yang lebih luas. Sayangnya, dibalik dampak-dampak baik tersebut, turut muncul dampak buruk internet apabila penggunaan tidak dilakukan secara bijak dan bertanggung jawab.
Jika melihat fenomena saat ini, baik itu di daerah perkotaan, pinggiran kota bahkan hingga pedesaan, wilayah yang telah terjangkau sinyal internet, dengan sendirinya akan akrab dengan penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk kalangan anak-anak, remaja hingga usia muda. Jika merujuk data we are social yang dilansir pada januari 2023, lima top website yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat Indonesia adalah google.com, youtube.com, facebook.com, Instagram.com dan twitter.com.
Youtube sendiri telah menjadi pilihan hiburan semua kalangan masyarakat dan mulai menggeser kedudukan televisi. Bagi orang tua yang sibuk bekerja, youtube tentu memberikan solusi yang terlihat baik saat harus meninggalkan anak bermain sendirian. Dengan memberikan akses menonton youtube pada anak, orang tua tidak perlu khawatir anak bermain kesana-kemari atau keluar ke jalanan. Pilihan tontonan youtube yang edukatif juga membuat orang tua merasa telah memberikan hiburan yang sekaligus pendidikan bagi anaknya.
Apakah Hal Tersebut Sepenuhnya Benar?
Berdasarkan data BPS tahun 2022, secara total ada 33,44% anak usia dini di Indonesia telah menggunakan gadget. Jumlah tersebut terbagi dengan pengguna anak berusia 0-4 tahun sebanyak 25,5% dan usia 5-6 tahun sebanyak 52,76%. Sedangkan total anak yang telah mengakses internet adalah 24,96%, dengan pengakses usia 0-4 tahun sebanyak 18,79% dan pengakses usia 5-6 sebanyak 39,97%.
Berikut beberapa saran yang mungkin dapat ayah bunda pertimbangkan dalam mendampingi anak menggunakan gadget dan mengakses internet.
Jangan Berikan Gadget pada Anak Dibawah Usia 2 Tahun
Untuk tumbuh dengan sehat, anak-anak harus sedikit duduk dan lebih banyak bermain dengan bergerak. Bayi dibawah usia dua tahun masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan emas. Mereka butuh stimulasi dengan cara melihat, merasakan, meraba, membaui, mendengar, melakukan dan menirukan sesuatu yang melibatkan indera dan anggota tubuh mereka. Ketika mereka menggunakan gadget, mereka hanya melihat dan mendengar. Anggota tubuh yang bergerak pun semakin sedikit, mungkin hanya tangan dan kaki sesekali. Hal ini dapat menimbulkan resiko kegagalan perkembangan pada anak dan juga obesitas.
Screen time atau dalam Bahasa Indonesia waktu yang digunakan untuk menatap layar elektronik perlu dibatasi sesuai dengan rekomendasi penggunaan gadget pada anak. Paparan radiasi sinyal dari gadget yang lama berdampak buruk bagi perkembangan otak anak. Paparan radiasi dari gadget tersebut sangat berbahaya dan anak lebih rentan terhadap resiko radiasi dibandingkan orang dewasa. Sedangkan paparan radiasi cahaya dari monitor gadget akan mempengaruhi kesehatan mata anak. Anak dengan waktu penggunaan gadget yang lama juga cenderung melakukan sangat sedikit interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Padahal pada usia ini, anak-anak harus mulai belajar berinteraksi dan bersosialisasi serta mengembangkan kemampuan kecerdasan emosionalnya.
Selain itu, anak yang menggunakan gadget juga beresiko mengalami keterlambatan bicara. Untuk setiap 30 menit memainkan gadget, peningkatan resiko terlambat bicara meningkat menjadi 49%. Hal ini mengutip hasil penelitian Pediatric Academic Societies (PAS) tahun 2017. Penelitian tersebut didukung dengan hasil studi penelitian yang dilakukan oleh Dr. Chaterine Birken, professor perkembangan perilaku anak di University of Michigan, Amerika Serikat, bahwa semakin banyak waktu balita bermain HP, semakin besar risiko balita mengalami keterlambatan bicara ekspresif.
Untuk itu, WHO memberikan waktu rekomendasi screen time untuk anak berdasarkan usia, yaitu:
- Bayi (dibawah 1 tahun): Tidak direkomendasikan terpapar layar sama sekali.
- Usia 1 hingga 2 tahun : waktu terpapar layar tidak boleh lebih dari 1 jam, lebih sedikit waktu terpapar layar lebih baik.
- Usia 3 hingga 4 tahun : Waktu paparan layar tidak lebih dari 1 jam.
Sedangkan Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) dan American Psychiatric Association (APA), mengelompokkan durasi anak bermain gadget sebagai berikut:
- 0 – 2 Tahun : Tidak boleh bermain gadget.
- 3 – 6 tahun : 10 – 20 menit sehari.
- 7 – 10 Tahun : 20 – 60 menit per hari.
- 11 – 12 Tahun : maksimal 2 jam per hari.
Terapkan Waktu dan Aturan Saat Anak Main Gadget
Sebagai orang tua, kita harus selalu mengikuti perkembangan dan memperbaharui wawasan terkait teknologi informasi. Hal ini sangat penting agar kita dapat menentukan dengan benar apa saja yang boleh dan apa saja yang tidak boleh diakses, ditonton dan dimainkan oleh anak-anak kita. Selain itu, kita juga dapat menjelaskan dengan baik atau dapat berdiskusi dengan bijak ketika anak kelak mempertanyakan larangan untuk mengakses hal-hal tertentu.
Tontonan dan permainan yang bersifat edukatif tentu saja telah banyak tersedia, tapi, tidak bukan berarti anak lebih baik bermain sambil belajar menggunakan gadget saja. Orang tua harus menetapkan aturan dan waktu dalam menggunakan gadget.
Gadget dan internet memang telah menjadi bagian dari hidup kita dengan segudang manfaatnya. Akan tetapi, bila digunakan dengan sembarangan, tidak bijak dan bertanggung jawab, penggunaan gadget dan internet malah akan menghambat tumbuh kembang anak-anak kita. Untuk itu semoga ayah bunda semua dapat menjadi pengguna internet yang bijak dan selalu bersemangat menambah wawasan sebelum membuat kebijakan di dalam keluarga.
Dampingi Anak Ketika Menonton
Pada saat ini beberapa website seperti youtube telah berusaha untuk melindungi anak dari pengaruh negatif konten yang ada di dalam website mereka dengan menyediakan youtube kids yang berisi konten-konten yang ramah bagi anak. Begitu juga dengan google yang menerapkan pembatasan usia dalam akses pencaharian informasi-informasi sensitif. Meskipun demikian, orang tua tetap harus meluangkan waktu untuk mendampingi anak saat menonton.
Peran orang tua tidak hanya sebagai teman menonton bagi anak, tetapi juga sebagai tempat bertanya anak mengenai hal-hal yang dilihat dan memberikan penjelasan bagi hal-hal yang perlu ditekankan pada anak terkait tontonan. Secara tidak langsung orang tua menjalankan peran pengawasan pada anak sehingga anak tidak beresiko terpapar konten-konten tidak baik dan akan berdampak negatif pada tumbuh kembang anak.
Referensi:
Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak. 2017. Buku Bacaan bagi Orang tua “Menjadi Orangtua Hebat dalam Mengasuh Anak (Usia 0 – 6 Tahun) Seri 3”. Jakarta. BKKBN Bekerjasama dengan UNICEF.
Sumber:
- Badan Pusat Statistik. 2022. Statistik Telekomunikasi Indonesia 2022. Jakarta. BPS.
- https://www.aoa.org/news/clinical-eye-care/public-health/screen-time-for-children-under-5?sso=y#:~:text=1%2D2%20years%20of%20age,No%20more%20than%20one%20hour diakses pada 8 September 2023.
- https://www.google.com/amp/s/harian.disway.id/amp/705946/kecanduan-hp-bisa-bikin-anak-telat-bicara-bidan-di-pasuruan-banyak-temukan-kasus diakses pada 8 September 2023.
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1378/safety-anak-bahaya-gadget-pada-anak diakses pada 8 September 2023.
- https://andi.link/hootsuite-we-are-social-indonesian-digital-report-2023/ diakses pada 8 September 2023.
- https://survei.apjii.or.id/ diakses pada 8 September 2023.
Profil Penulis
Nofi Ariyanto, S.Pd
Penyuluh KB Provinsi Kalimantan Barat
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Internet Aman Bagi Si Kecil” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).
Terimakasih untuk insightnya kak. Memang kita sebagai orang tua sudah seharusnya mengelola screening time ke anak kita terlebih yang masih balita. Saya ada artikel tentang tips mengenalkan gadget pada anak, yuk kunjungi! https://mamabear.co.id/gadget-pada-anak/