Assalamualaikum wr wb,
Saya ingin menulis tentang pengalaman pribadi adik saya yang melahirkan anak ketiga BBLR & Prematur, di usianya memasuki 25 tahun.
Anak pertama terlahir normal, dia hamil di usia 20 tahun. Ketika anak pertama masih usia 10 bulan, ternyata positif hamil lagi 3 bulan.
Di usia yang relatif muda dan anak pertama masih balita, adik saya kebingungan bagaimana dengan gizi anak pertamanya yang saat itu masih ASI.
Jadi di putuskan untuk menghentikan pemberian ASInya dan di ganti ke sufor, agar janin yang dikandung sehat. Alhamdulillah anak kedua terlahir dengan sehat, dan lancar.
Karena takut hamil lagi, adik saya KB suntik tiga bulan. Hingga anak yang kedua berusia 2 tahun. Saat suntik KB sudah waktunya, dia mengulur waktu. Akhirnya setelah satu bulan tidak KB. Dia positif hamil anak ketiga.
Tidak ada yang aneh dalam kehamilan kali ini, mual muntah ya wajar seperti ibu hamil lainnya. Dan selalu rutin cek kehamilannya ke POSYANDU, serta membawa 2 balitanya juga.
Masuk usia kehamilan 28 minggu, dia periksa ke Posyandu ternyata terdeteksi bayi tidak berkembang. Dan dirujuk ke Dokter spesialis kandungan, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Saat HPL dia periksakan lagi ke Bidan, kenapa sudah lewat HPL tidak ada kontraksi sama sekali. Adik saya disarankan untuk operasi caesar tapi dia menolak untuk operasi. Ingin melahirkan normal seperti kedua anak sebelumnya.
Jadi dia melahirkan di usia kandungan 10 bulan, dengan keadaan tensi darah tinggi. Dirujuk ke Rumah Sakit Umum di Surabaya.
Meski melahirkan secara normal, tapi ada kelainan pada bayinya. Bayi terlahir dengan berat badan 1600gr, tinggi badan 45.6cm.
Sakit melahirkan dia tidak rasakan. Tapi sakit melihat anak yang dikandung selama ini di ruang NICU dengan peralatan selang yang menempel banyak di tubuh kecil buah hati. Membuatnya merasakan sakit luar biasa, karena ingin melahirkan normal tidak mendengarkan anjuran dokter saat itu.
Satu bulan buah hatinya dirawat di rumah sakit, orang tuanya sendiri tidak bisa menyentuh ataupun menggendongnya.
Meski sudah pulang kerumah, pemeriksaan intensive selalu dilakukan setiap seminggu sekali. Bayi mungil yang butuh ekstra perhatian dan 2 balita yang harus diperhatikan juga.
Perjuangan untuk membuat anaknya sehat sungguh luar biasa, serangkaian pemeriksaan yang dia jalani pun tidak mudah.
Anak ketiga yang berjenis kelamin laki-laki itu, keluar masuk rumah sakit. Tubuhnya yang kecil, berat badan yang tidak normal seperti bayi pada umumnya. Membuatnya sering mengalami sesak nafas mendadak, hingga segera dilarikan ke rumah sakit.
Karena sering masuk rumah sakit, ASInya pun tidak keluar lancar. Karena kurangnya rangsangan dari mulut si bayi, dan dianjurkan oleh dokter untuk memberikan Sufor khusus bayi BBLR.
Tidak berselang lama dari keluar rumah sakit, anak adek saya mengalami sesak nafas lagi di sertai demam, masuk lagi ke ruang ICU.
Hingga usianya 2 tahun, si kecil Alkhalifi keluar masuk rumah sakit. Tangan kecilnya berkali-kali dimasuki jarum infus.
Sudah meminum suplemen untuk melancarkan ASI, tapi si kecil tidak mau meminum ASI. Meski dengan cara memasukkan kedalam botol pun, tetap si kecil tidak mau meminum ASI. Mungkin lidahnya sudah terbiasa dengan sufor, pemberian selama di dalam rumah sakit.
Di usianya menginjak usia 2 tahun pertumbuhannya sangat terlambat, Alkhalifi terlihat seperti bayi berusia 7 bulan. Hanya bisa duduk, itupun tidak lama sudah roboh ke samping.
Terapi dan konsultasi selalu dilakukan. Secara medis maupun tradisional dijalani demi kesehatan Alkhalifi.
Usia 3tahun Alkhalifi sudah tidak mau minum Sufor soya, karena minum sufor sapi alergi ruam merah dan sesak nafas. Jadi sama adik saya diberikan air gula putih, sejak minum air gula. Anak adik saya sudah tidak sesak nafas lagi, dan tidak keluar masuk rumah sakit untuk opname.
Alkhalifi telat perkembangan semuanya, di usianya menginjak 3 tahun dia tidak bisa berjalan. Di terapi hingga bisa mulai berjalan di usia 3.5tahun. Sekarang usianya 4.5tahun, Alkhalifi susah untuk bicara. Hanya bisa mengucapkan kata Mamah, Yayah, maem. Badannya tetap kurus, dan juga stunting.
Inilah pelajaran dalam hidup kita, meski kita tidak LILA. Tidak terpapar asap rokok tapi kehamilan yang terlalu dekat mengakibatkan fatal pada tumbuh kembang buah hati kita.
Mencegah stunting itu penting, Hidup berencana itu keren
Terima kasih banyak.
Profil Penulis,
Siti Rofiatur Rahma
Kader Bina Keluarga Balita (BKB)
Kabupaten Sampang. Provinsi Jawa Timur
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Pengasuhan pada Bayi Prematur dan Panjang Bayi Lahir Rendah” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).