“Nikah Muda, Bayiku Lahir Prematur”

Hari itu cuaca cukup dingin. Gerimis hujan masih mewarnai jalanan di kota Denpasar. Waktu sudah sore, saat pegawai kantoran pulang kerja dan anak-anak keluar sekolah. Mereka bergegas berkendara agar lebih awal sampai di rumah. Sekali-sekali klakson mobil terdengar menandakan ada kemacetan di beberapa ruas jalan. Saya ikut menyusuri jalanan Kota Denpasar sore itu, masuk gang berliku sembari menggunakan insting jurnalistik untuk menangkap fakta, mengolah informasi jadi berita seperti wartawan menuntaskan laporan reportase, seperti intel yang sedang mengumpulkan informasi penting buat dilaporkan kepada atasan.

Sejam perjalanan dari kantor, saya sampai di rumah seorang warga. Informasi awal saya kumpulkan. Informasi pembanding saya dapatkan. “Ini fakta dan informasi bagus untuk dijadikan tulisan”, saya membatin. Masuk ke pekarangan rumahnya, saya disambut hangat oleh tuan rumah. Mereka memperkenalkan diri sebagai ayah dan ibu dari anak yang baru saja menikah. Saya mengangguk, sambil memperkenalkan diri seraya menyampaikan tujuan dan maksud kedatangan saya saat itu. Mereka sangat baik dan mempersilahkan saya untuk melakukan aktivitas jurnalistik.

Saya berkenalan dengan anak dan menantunya. Anaknya bernama Divayana, biasa dipanggil Diva. Menantunya bernama Putri. Saat menikah mereka sama-sama masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), tepatnya tiga bulan sebelum ujian akhir sekolah. Miris rasanya mendengar pengakuan polos dan lugu dari Diva dan Putri. Tidak ada kesiapan apapun dari mereka. Mereka pun tidak mengerti apa itu pernikahan, tidak paham bagaimana merawat bayi, bagaimana membesarkan anak, tidak juga tahu darimana biaya kehidupan keluarga akan didapatkan. Tapi, Putri tiba-tiba hamil sebelum selesai sekolahnya. Orang tuanya pasrah dan setuju Putri dan Diva kawin muda. “Karena jauh lebih berdosa menggugurkan kandungan dibandingkan menikah usia muda”, kata Ibu Putri.

Ada sebagian masyarakat, menganggap aib kalau mendapati kenyataan menikah sebelum tamat SMU atau saat masih sekolah. Karena faktor sosial psikologis yang sedemikian rupa, maka kehamilan Putri “dirahasiakan” dari keluarga besar dan lingkungan. Sehingga Diva dan Putri seperti sahabat karib saja, layaknya siswa siswi lainnya. Ke sekolah, bermain, ekstrakurikuler, bertemu guru, dianggap biasa saja.

“Aku terpaksa nikah muda, karena aku hamil duluan”, kata putri di sela-sela diskusi. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pikirannya bercampur aduk tidak karuan. Bagaimana tidak, saat itu Putri masih tercatat sebagai siswi salah satu SMU di Denpasar. Dengan hamil dan menikah cita-cita menjadi banker sebagai cita-cita awalnya pupus sudah. Sama seperti Putri, Diva pun harus mengubur cita-citanya menjadi sarjana suatu ketika. Sekarang mereka berserah dan bergantung pada orang tuanya, untuk mengambil keputusan terbaik dan membiayai hidup keluarganya. Mereka menerima pasrah “nasib” itu.

Karena hamil dengan perasaan yang tidak nyaman, tanpa perawatan medis yang cukup, ditambah rasa malu berkepanjangan. Bayi Putri lahir prematur. Sekitar 8,5 Bulan atau usia 34 Minggu sudah lahir, padahal usia kehamilan sampai melahirkan idealnya adalah 9 bulan. Bayi Putri lahir dengan panjang 47 cm dan berat lahir 1,8 kg. Menurut Cureus Journal of Medical Science, panjang normal bayi baru lahir rata-rata berkisar antara 49-50 sentimeter (cm). Meski begitu, bayi yang memiliki panjang sekitar 47 cm ini juga dianggap normal. Sementara itu, berat badan ideal bayi yang dilahirkan dalam kondisi kehamilan penuh yaitu 38-40 Minggu adalah berkisar 2,7 – 4 kg. Dari sisi ini, berat lahir anaknya Putri bukanlah berat ideal karena lahir dengan berat di bawah 2,7 kg. 

Berat bayi lahir belum ideal dan dengan kelahiran prematur, memaksa Putri agar merawat bayinya lebih intens. Tidak saja di rumah tetapi sempat dirawat di rumah sakit. Dibutuhkan waktu sekitar tiga minggu untuk perawatan di rumah sakit. Biaya perawatannya juga tidak kecil, terlebih saat itu Putri belum memiliki Kartu BPJS, tidak juga memiliki penghasilan seperti kebanyakan remaja yang merencanakan masa depannya. Dalam kondisi mental yang kurang nyaman tersebut Diva dan Putri sangat butuh dampingan, baik medis maupun psikologis. Juga lingkungan yang kondusif agar memberikan support positif  sehingga Diva dan Putri tidak sendiri menghadapi masalahnya. Mereka adalah sosok yang marginal dari sentuhan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE/konseling). Atau mereka juga adalah representasi keterbatasan remaja untuk memahami diri dan eksistensinya. Atau, mungkin juga perlu diperluas dan dipercepat lagi program GenRe agar sedapat mungkin menjangkau sekolah, membentuk pendidik sebaya (peer group) dan konselor sebaya yang akan menjadi transformer program Generasi Berencana (GenRe) ke teman-teman sebayanya.

Pernikahan remaja ternyata masih banyak terjadi. Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, Dr. Eng. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, saat menjadi pembicara pada acara Rakerda Program Bangga Kencana di Hotel Harris Sunset Road Bali pada 6 Februari 2023, menyatakan bahwa usia menikah remaja di Bali umur 15-19 tahun atau age special fertility rate/ASFR adalah sebesar 19,76. Artinya, tiap 1000 perkawinan, sekitar 19 – 20 pasangan diantaranya adalah WUS melahirkan di usia 15-19 tahun. Masih cukup tinggi. Karena itu, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih, M.For., M.A.R.S, menargetkan ASFR Bali turun dari 19,76 menjadi 17, tahun 2023 dan atau menjadi 15, tahun 2024.

Ibarat pepatah, “nasi sudah jadi bubur”, Putri menjalani hari-hari susah ini dengan ikhlas. Putri mengajak anaknya rutin ke Puskesmas, melengkapi dengan imunisasi, mengajak juga ke Posyandu. Putri sempat membaca Buku Kartu Menuju Sehat (KMS). “Timbanglah anak anda setiap bulan, Anak Sehat Tambah Umur Tambah Berat Tambah Pandai”, kata Putri. Ia seakan mendapatkan nutrisi baru dari tulisan di KMS tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari makanan bergizi buat dirinya, kebutuhan popok, makanan pendamping ASI (PMT), periksa kesehatan buat anaknya, Diva harus bekerja keras. Diva adalah suami dan juga ayah yang baik. Maka Diva meski bertanggungjawab terhadap keluarganya. Diva sekarang menjadi sales bahan bangunan, bekerja siang malam. Mencari pelanggan baru, memelihara pelanggan lama, belajar strategi pemasaran. Meski banyak sales, di kota Denpasar, Diva tidak menyerah. Mereka bersaing. Diva memperluas pemasaran ke kabupaten lain, bahkan juga ke kabupaten terjauh seperti berdagang ke Kabupaten Karangasem di timur Bali, dan kabupaten Buleleng di utara Bali.

Perkawinan usia dini, melahirkan anak prematur dengan panjang dan berat tidak normal, akan menjadi inspirasi sendiri buat kita, agar lebih hebat mengelola program Bangga Kencana. Tools yang kita miliki lengkap dan representative, tinggal eksekusinya di tangan kita semua. Elsimil adalah salah satu contohnya. Aplikasi elektronik siap hamil siap nikah tersebut telah menyediakan fitur mudah untuk memberikan hasil analisis yang semakin akurat, apakah remaja ideal untuk menikah atau ideal untuk hamil. Saat bersamaan kita mesti berdayakan Tim Pendamping Keluarga (TPK) agar menemukan remaja yang berpotensi akan menikah di wilayah binaan masing-masing, sehingga pernikahan remaja terjadi karena direncanakan. Kita mesti saling bergandengan tangan memandu orchestra indah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Amin.  

Daftar Pustaka

  1. Buku Kartu Menuju Sehat (KMS)
  2. https://www.google.com/search?client=firefox-b-&q=panjang+ideal+bayi+baru+lahir dibuka tanggal 6 Februari 2023, Pukul 12.30 Wita
  3. http://repository.lppm.unila.ac.id/7617/1/Program%20Generasi%20Berencana%20%28GenRe%29%20Dalam%20Rangka%20Pembangunan%20Manusia%20Menuju%20Pembangunan%20Nasional%20Berkualitas.pdf dibuka tanggal 8 Februari 2023, Pukul 13.05 Wita
  4. Materi Rakerda Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, tanggal 6 Februari 2022
  5. SP 2020-LF

Profil Penulis,

I Dewa Made Suka, SH., M.Pd.H
Widyaiswara Ahli Madya BKKBN

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Pengasuhan pada Bayi Prematur dan Panjang Bayi Lahir Rendah” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
7
+1
0
+1
1
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x