Pusat Perkembangan Anak Universitas Harvard (Center on The Developing Child Harvard University) mengatakan bahwa keberhasilan perkembangan anak bergantung pada hubungan yang responsif dan mendukung dari orang dewasa sejak ia lahir. Jika respon orang dewasa kurang baik, tidak tepat, atau bahkan sama sekali tidak ada, perkembangan otak anak akan terganggu, yang kelak akan berdampak pada kesulitan dalam belajar, berperilaku, dan memiliki kesehatan yang buruk. Karena itu, ketidakhadiran orang tua atau pengasuh yang responsif menjadi ancaman serius bagi perkembangan dan kesejahteraan anak. Dalam hal ini, ketidakhadiran responsif merupakan bentuk dari pengabaian.
Tingkatan ketidakhadiran responsif tadi dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis pengabaian (Tabel 1) yang akan menolong kita mengenali bentuk hingga merencanakan tindakan yang perlu dilakukan.
Tabel 1. Tingkatan Pengasuhan Tidak Responsif
Jenis Pengabaian | Ciri-ciri | Dampak | Tindakan yang Diperlukan |
---|---|---|---|
Perhatian Sesekali | Pengasuh terkadang kurang memberi perhatian, tetapi lingkungan secara keseluruhan tetap responsif. | Bisa mendukung perkembangan anak jika pengasuhan secara umum baik. | Tidak memerlukan tindakan khusus. |
Stimulasi Rendah yang Berkelanjutan | Pengasuh terus-menerus kurang responsif terhadap kebutuhan anak dan kurang memberikan rangsangan untuk perkembangan anak. | Sering menyebabkan anak terlambat berkembang. | Perlu intervensi untuk membantu pengasuh dan memberikan akses ke perawatan dan pendidikan anak yang baik. |
Pengabaian Berat dalam Keluarga | Kurangnya interaksi terus-menerus antara pengasuh dan anak, biasanya diiringi dengan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar anak. | Dapat menyebabkan masalah perkembangan yang serius hingga membahayakan kesehatan dan keselamatan anak. | Perlu intervensi segera untuk memastikan pengasuh lebih responsif dan kebutuhan anak terpenuhi. |
Pengabaian Berat dalam Institusi | Kondisi seperti “penampungan” dengan banyak anak, sedikit pengasuh, dan tidak ada perhatian khusus bagi setiap anak. | Kebutuhan dasar mungkin terpenuhi, tetapi anak tidak mendapatkan perhatian individu yang penting untuk perkembangan fisik, mental, dan sosial. | Perlu intervensi segera dan memindahkan anak ke lingkungan yang lebih peduli dan responsif. |
Sebuah penelitian di Cina mengonfirmasi peran penting kehadiran orang tua dalam perkembangan kognitif anak, baik selama masa kanak-kanak awal maupun usia yang lebih tua. Periode ketidakhadiran orang tua yang berkepanjangan selama masa kanak-kanak awal dan akhir berdampak negatif pada skor kosakata dan matematika anak-anak. Selain itu, ditemukan bahwa ketidakhadiran ibu secara terus-menerus lebih merugikan perkembangan kognitif anak dibandingkan dengan ketidakhadiran ayah. Namun, kondisi tertentu seperti saat orang tua harus bekerja membuat waktu interaksi dengan anak berkurang, sehingga berpotensi meningkatkan risiko anak mengalami pengabaian. Itu artinya Orang Tua Hebat, perlu memastikan anak tetap mendapat kehadiran responsif dari pengasuh serta tetap menyediakan waktu khusus berkualitas bersama anak.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bermain pasir dan storytelling (bercerita) berdampak baik pada pertumbuhan anak. Berikut ini penjelasannya sehingga mungkin dapat memotivasi Orang Tua Hebat melakukannya sebagai bentuk kehadiran responsif kepada anak.
1.Bermain Pasir
Permainan pasir dapat membantu perkembangan otak anak dengan cara mengaktifkan berbagai bagian penting di otak. Saat anak menyentuh pasir dan bermain dengan figur-figur kecil, mereka tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga merangsang perasaan, kenangan, dan kreativitas. Menyentuh pasir membantu otak anak terhubung lebih baik antara tubuh, emosi, dan pikiran, yang mendukung perkembangan fisik dan mental mereka. Dengan bermain pasir bersama anak, orang tua membantu anak membangun pikiran tentang tubuh dan ruang sekitarnya, yang penting untuk pembelajaran dan pertumbuhan mereka. Jadi, permainan pasir tidak hanya menyenangkan, tapi juga baik untuk perkembangan otak anak.
2. Storytelling atau Bercerita
Masih berbicara hasil penelitian di Cina sebelumnya, pembacaan cerita dan bercerita oleh pengasuh kepada anak-anak usia 3–5 tahun berhubungan dengan pencapaian kognitif anak pada usia 11 tahun atau lebih. Hasil analisis tersebut mengonfirmasi pentingnya pembacaan oleh pengasuh untuk kosakata anak-anak. Ini menekankan pentingnya keterampilan pengasuh, sehingga orang tua hebat perlu selektif dalam mencari pengasuh yang dapat mengisi kebutuhan kehadiran responsif anak, termasuk jika pengasuhnya kakek-nenek mereka.
Sejalan dengan itu, sebuah penelitian lain juga melihat implementasi mendongeng dengan kemampuan bahasa anak oleh guru PAUD di Jember. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan kemampuan bahasa anak yakni pada aspek menceritakan kembali isi cerita secara sederhana, menjawab pertanyaan tentang dongeng dengan baik, dan melanjutkan isi cerita dongeng.
3.Kombinasi bermain pasir dan storytelling
Ternyata, bermain pasir dan storytelling dapat juga Orang Tua Hebat kombinasikan sebagai bentuk kehadiran responsif bersama anak. Sebuah buku berjudul “Sandplay and Storytelling: The Impact of Imaginative Thinking on Childrend’s Learning and Development” memuat penelitian yang menyelidiki bagaimana permainan pasir dan storytelling dapat membantu perkembangan anak-anak, khususnya bagi mereka yang mengalami kesulitan belajar, membaca, serta masalah perhatian dan emosional.
Selama empat tahun, 19 anak berpartisipasi dalam studi ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak tersebut mengalami perbaikan signifikan dalam keterampilan persepsi dan pemahaman verbal, serta menunjukkan peningkatan kondisi emosional dan perilaku mereka. Temuan ini menunjukkan bahwa permainan pasir dan pembuatan cerita juga alat yang efektif untuk mendukung perkembangan anak secara keseluruhan khususnya anak yang memiliki latar belakang kondisi perkembangan kurang.
Referensi:
Center on the Developing Child (2013). The Science of Neglect (InBrief). Retrieved from www.developingchild.harvard.edu.
Chen, L., Wulcz, F., & Huhr, S., (2021). Parental absence, early reading, and human capital formation for rural children in China. Journal of Community Psychology, 662-675.doi: 10.1002/jcop.22786
Pradana, P. H., Djamali, F., & Khoiriyah, A. N., (2024). Implementasi Mendongeng dalam Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Usia Dini.Jurnal Ilmiah Potensia, 9(1), 99-108. doi:https://doi.org/10.33369/jip.9.1.99-108
Turner, Barbara A and Unnsteinsdottir, Kristin (2011). Sandplay and Storytelling: The Impact of Imaginative Thinking on Children’s Learning and Development. California. Temenos Press.
Nurcahaya Sihombing
Penyuluh KB Ahli Pertama
Perwakilan BKKBN Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Baduta Sehat Cerdas Berkarakter” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).
Ternyata begitu besarnya manfaat kombinasi bermain pasir dan storytelling, terimakasih informasinya.. 🙏