“bayinya nangis terus tuh? Kayanya masih laper, coba dikasih makan buah pisang aja jangan cuma ASI Eksklusif”
“kok udah 4 bulan anaknya belum dikasih makan? Kasian loh coba mulai ajarin kasih biskuit”
“buburnya terlalu kental tuh, takut anaknya keselek, coba bikin bubur encer aja!!”
Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sering saya dapatkan saat menjadi ibu baru 2 tahun silam. Sebagai seorang ibu baru, saya hampir saja stress menghadapi drama pengasuhan anak pertama saya. Keidealisan saya sering terbentur dengan realita yang ada. Banyak ilmu pengasuhan yang masih kurang saya miliki, tapi “Saya selalu ingin berusaha yang terbaik untuk anak saya!” itulah yang selalu ada dalam hati dan fikiran saya setiap harinya.
Di era sekarang ini, orangtua dituntut untuk terus belajar dalam pengasuhan agar dapat maksimal menstimulasi perkembangan anak, membentuk kebiasan yang baik, dan menyediakan nutrisi seimbang yang berdampak pada tumbuh kembang anak.
Sumber: Paparan Laporan Penanganan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Kota Serang
Wali Kota Serang, H. Syafrudin, S.Sos., M.Si. dalam Laporan Penanganan Stunting dan Kemiskinan Ekstrem di Kota Serang pada tanggal 03 Februari 2023 menyampaikan Data Prevalensi Stunting di Kota Serang kini naik dari 23,4% menjadi 23,8% (sumber : SSGI 2022). Sudah menjadi tanggung jawab kita semua untuk sadar begitu pentingnya memberikan nutrisi makanan yang seimbang kepada anak untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Pemberian MP-ASI yang tepat bergantung pada informasi yang akurat dan dukungan terampil dari keluarga dan masyarakat.
Kurangnya pengetahuan tentang makanan yang tepat dan praktik pemberian makan seringkali merupakan penentu malnutrisi yang lebih besar pada anak. Sebagaimana dinyatakan dalam Konvensi Hak Anak, anak-anak berhak atas nutrisi yang memadai dan akses ke makanan yang aman dan bergizi, dan keduanya sangat penting untuk memenuhi hak mereka atas standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai.
Kegelisahan saya untuk memberi anak saya makan sudah saya rasakan dari jauh-jauh bulan sebelum anak menginjak usia 6 bulan. Saya terus belajar dari berbagai media, seperti buku, media sosial, dan juga diskusi dengan sesama ibu. Saya mulai mencari tau kapan waktu yang tepat memulai memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI), makanan apa yang sebaiknya saya berikan untuk anak, dan bagaimana caranya membentuk pola makan yang baik untuk anak saya. Karena kekhwatiran terbesar saya sebagai ibu ialah mengenai nutrisi untuk anak.
Merujuk pada rekomendasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF, ada 4 hal penting yang harus dilakukan orangtua kepada anaknya, yaitu :
- Memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir atau yang biasa dikenal dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD);
- Memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan;
- Memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan;
- Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Bayi sangat rentan selama masa transisi ketika pemberian makanan pendamping dimulai. Orangtua harus menjamin kebutuhan nutrisinya terpenuhi sehingga MP-ASI harus:
- Tepat Waktu – anak usia 0-6 bulan mendapatkan nutrisi dan energi dari pemberian ASI namun mulai usia 6 bulan ke atas, anak harus diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) karena pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Anak mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Periode 6-24 bulan atau yang dikenal dengan istilah baduta merupakan salah satu titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sang anak karena akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Rahayu, dkk 2018). Menurut Dr. dr. Meta Herdiana, S.pA(K) dalam video reels instagramnya menyampaikan bahwa banyak orangtua yang memberikan MP-ASI dini pada anaknya, yaitu MP-ASI yang diberikan sebelum seorang anak berusia 4 bulan. Padahal MP-ASI dini memiliki banyak dampak negatif seperti meningkatkan resiko infeksi dan penyakit pada anak, menurunkan produksi ASI, dan dapat mengganggu saluran pencernaan anak. MP-ASI dini bisa diberikan pada anak jika ada indikasi medis dan pastinya sudah dievaluasi dokter. Ketidakpatuhan dalam memberi MP-ASI dalam jumlah yang disarankan dapat berdampak pada pertumbuhan. Oleh karena itu, periode ini sering disebut “periode emas”, “periode kritis”, dan Bank Dunia menyebutnya dengan “window of opportunity” (Kemenkes, 2016)
- Adekuat – artinya makanan bayi harus menyediakan nutrisi, baik makronutrien seperti karbohidrat, protein, lemak dan mikronutrien seperti vitamin dan mineral yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang sedang tumbuh. Energi yang dibutuhkan dari MP-ASI pada usia 6-8 bulan yaitu 200 kcal/hari; usia 9-12 bulan yaitu 300 kcal/hari; 12-23 bulan yaitu 550 kcal/hari. Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), MP-ASI yang diberikan harus mengandung Gizi Lengkap (MP-ASI 4 Kuadran) yaitu mengandung sumber karbohidrat 35-60% dari total kebutuhan kalori, protein dengan mengutamakan protein hewani sebesar 10-15% dari total kebutuhan kalori, lemak yang bisa diambil minyak, santan atau margarin 30-45% dari total kebutuhan kalori, sayur atau buah sedikit saja karena sebagai pengenalan. Menyediakan MP-ASI yang bernutrisi tidak harus mahal, karena justru WHO merekomendasi MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food). Sumber-sumber pangan lokal juga menawarkan nutrisi yang luar biasa. Ikan lele atau ikan nila misalnya, kandungannya tidak kalah baik dengan ikan-ikan impor. Hasil pertanian di Indonesia seperti umbi-umbian yang beranekaragam, ubi ungu, ubi jalar, singkong dan lain sebagainya juga menawarkan nutrisi yang baik untuk perkembangan anak.
- Aman dan Higienis – artinya proses persiapan, pembuatan MP-ASI, dan penyimpanan menggunakan alat yang aman dan higienis. Penting untuk memerhatikan kebersihan dalam pemberian MP-ASI untuk mengindari risiko bayi mengalami infeksi seperti diare. Cuci tangan merupakan salah satu komponen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang memiliki manfaat besar. Sebelum makan, ibu dan anak harus terbiasa mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Masaklah bahan makanan dengan benar. Telur, daging, dan ikan harus dipastikan kematangannya sempurna. Perhatikan juga kebersihan peralatan masak yang akan digunakan. Peralatan masak seperti talenan, sebaiknya bisa dipisahkan untuk memotong bahan makanan mentah dan bahan makanan matang. Selain itu, penting untuk memperhatikan kebersihan tempat makan anak dan cara penyimpanan MP-ASI.
Berikut beberapa tips menyimpan MP-ASI dengan aman menurut rekomendasi UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDI :
- Bahan makanan MP-ASI harus disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu kurang dari 5 derajat celcius;
- Simpan daging dan ikan dalam wadah plastik, letakkan terpisah dengan makanan yang telah dimasak dan bahan-bahan siap makan;
- Seluruh makanan harus disimpan sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang tertulis pada kemasan, dan tidak boleh digunakan kembali setelah berada di luar lemari pendingin selama 2 jam atau lebih;
- Makanan beku (frozen foods) yang ada di lemari bisa dicairkan terlebih dahulu dengan menggunakan microwave atau diatas suhu 70 derajat celcius. Makanan yang telah dicairkan harus segera dimasak. Makanan beku yang telah dimasak sebaiknya tidak dibekukan kembali.
- Diberi makan secara responsif – artinya diberikan secara konsisten dengan sinyal nafsu makan dan rasa kenyang anak. WHO merekomendasikan strategi pemberian MP-ASI yaitu diberikan secara responsive feeding, Hal ini membutuhkan interaksi langsung antara anak dan ibu/pengasuh, diawal MP-ASI anak bisa disuapi oleh ibu/pengasuh namun seiring berjalannya waktu anak perlu didorong untuk makan sendiri, ibu/pengasuh tidak boleh memaksa anak untuk makan karena akan membuat anak trauma dan tidak mau menghabiskan makanan, dan perlu hindari distraksi saat makan seperti TV atau gawai saat jam makan berlangsung. Memberi makan anak harus penuh dengan kasih sayang dan penuh kesabaran. Tujuan makan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi semata tapi juga melatih keterampilan makan pada anak. Pemberian MP-ASI merupakan proses anak mengenal berbagai macam makanan baru, mengenal rasa seperti rasa asin, manis, asam. Anak juga belajar cara mengunyah, menggigit, bahkan melepeh. Selain itu, anak dapat belajar minum dengan sedotan atau gelas, belajar menjumput makanan dengan jari, menyendok pun menusuk dengan garpu. Hingga akhirnya ia mengetahui bahwa inilah yang dinamakan proses makan. Anak sebaiknya diajak makan bersama dengan keluarga karena anak akan selalu meniru perilaku keluarganya. Mendorong keluarga untuk makan bersama bisa mejadi bagian penting dalam proses belajar anak dalam menerima dan menyukai makanan baru. Waktu makan adalah waktu yang tepat untuk berkomunikasi antara anak dan orangtua sehingga terbangun hubungan keluarga yang kuat. Hingga akhirnya kita sadar bahwa perjuangan orangtua untuk membentuk kebiasaan pola makan anak yang baik memang sebuah proses. Semua ini perlu diperjuangkan agar kita semua memiliki generasi yang sehat dan berkualitas.
Referensi :
- Dr. dr. Meta Herdiana, S.pA(K) dalam video reels Instagram @metahanindita . Link : https://www.instagram.com/reel/CXDcPtBFAaE/?igshid=MDJmNzVkMjY= diakses pada 27 Februari 2023.
- Kemenkes. 2016. Info Datin: Situasi Balita Pendek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- Rahayu, Atikah, SKM, MPH, dkk. 2018. Buku Ajar Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta : Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI.
- UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2018. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
- World Health Organization. 2002. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. Geneva: Word Health Organization.
Profil Penulis,
Siti Fathonah, S.Si.
Penyusun Sarana Program KB, DP3AKB Kota Serang Provinsi Banten
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Praktik Pembiasaan Pemberian Makanan yang Baik dan Sehat pada Baduta” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2023).