Cegah dan Atasi Baby Blues secara Jitu Melalui 8 Fungsi Keluarga

Kehadiran buah hati merupakan momen yang membahagiakan dan penuh kegembiraa bagi pasangan. Ada banyak alasan mengapa kehamilan merupakan dambaan bagi keluarga. Bagi sebagian orang, ini adalah cara untuk melengkapi keluarga mereka dan menciptakan pengalaman baru bersama. Bagi yang lain, ini adalah kesempatan untuk meneruskan warisan mereka dan membesarkan anak. Namun, bagi banyak ibu baru, momen ini juga dapat diiringi dengan gelombang emosi yang tak terduga yang dipengaruhi oleh kadar hormonal yang berubah-ubah mulai dari kehamilan dan pasca persalinan. Hal inilah yang dinamai dengan baby blues.

Baby blues atau dikenal juga sebagai postpartum blues adalah kondisi emosional sementara yang ditandai dengan perasaan sedih, mudah marah, cemas, dan mudah menangis. Gejala ini biasanya muncul beberapa hari setelah melahirkan dan berlangsung selama satu hingga dua minggu. Menurut WHO (2014) angka kejadian baby blues di seluruh dunia cukup tinggi yakni 26-85%. Data tersebut menunjukkan 81 % angka kematian ibu (AKI) akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% kasus baby blues. Angka kejadian baby blues di Indonesia berkisar antara 50-70% pada ibu pasca melahirkan. baby blues dialami oleh ibu pasca melahirkan yang bersifat sementara dan terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran (Qanita dkk, 2021). 

Perubahan yang mendadak pada ibu pasca melahirkan penyebab utamanya adalah kekecewaan emosional, rasa sakit pada masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya, rasa takut tidak menarik lagi bagi suaminya, terutama emosi selama minggu pertama menjadi labil dan perubahan suasana hatinya dalam 3 – 4 hari pertama, masa ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor, maka penekanan utama adalah pendekatan keperawatan dengan memberikan bantuan, simpati dan dorongan semangat. Perubahaan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang, merasa khawatir akan kondisi kehamilannya kelak, dimulai dari takut keguguran, takut melahirkan, khawatir akan masa depan anaknya kelak,dan banyak hal lainnya . Dari setiap 1000 wanita hamil, sekitar 17% wanita akan mengunjungi unit kejiwaan. 5 % akan mengalami gangguan mood depresi yang ringan pada minggu pertama setelah melahirkan yaitu baby blues dan 2 % akan berkembang menjadi psikosis pada masa nifas. Antara 10 sampai 15% akan berkembang menjadi depresi setelah melahirkan. Baby blues terjadi pada sekitar 50% wanita dalam waktu 4-5 hari setelah melahirkan (Salmah, 2018). 

Faktor-faktor yang menyebabkan baby blues diantaranya faktor dukungan keluarga, pengetahuan, status kehamilan, jenis persalinan, faktor hormonal. Selain itu Faktor resiko terjadinya Baby blues ini adalah usia, pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, paritas, status kehamilan, jenis persalinan dan dukungan sosial suami. Dalam hal ini dukungan sosial suamidan keluarga merupakan faktor risiko yang paling dominan berkontribusi terhadap kejadian baby blues. Perlu adanya tindakan pencegahan seperti melibatkan suami dalam memberikan informasi tentang kesehatan ibu dan anak, serta antisipasi terhadap deteksi dini baby blues (Qanita, 2021). 

Baby blues perlu disikapi dengan benar, jika tidak bisa berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga yang lain juga bisa merasakan dampak dari baby blues tersebut. Jika baby blues dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca melahirkan, yaitu berlangsung lebih dan hari ke-7 pasca persalinan. Depresi setelah melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan bulan. Pada keadaan lanjut dapat mengancam keselamatan diri dan anaknya (Qiftiyah M, 2018).

Dukungan suami adalah faktor yang paling dominan yang menyebabkan terjadinya baby blues. Dukungan suami sangat diperlukan, karena ibu tidak akan merasa beban dengan apa yang terjadi pada dirinya, baik dukungan saat hamil, saat bersalin maupun masa nifas. Perhatian suami, komunikasi yang dijalin, sikap dan perilaku suami dalam membantu ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas akan mempengaruhi kondisi ibu (Desfanita et all, 2015). Menurut Sarason (2012) kurangnya dukungan sosial keluarga atau suami akan berdampak ke keadaan psikis ibu yang tengah mengalami baby blues. Ketidaktahuan ibu pasca melahirkan dan keluarga tentang baby blues juga akan berdampak pada kondisi ibu (Qiftiyah M, 2018). Berbicara dukungan sosial suami dan keluarga dapat diraih jika di dalam keluarga diterapkan 8 fungsi kelurga. Nah, 8 fungsi keluarga itu apa sih sebenarnya?

Keluarga dengan segala permasalahannya adalah suatu asset dan potensi yang perlu dibina dan dimantapkan peranannya. Keluarga perlu memiliki kualitas kesejahteraan dan ketahanan fisik maupun non fisik yang seimbang dalam menghadapi perubahan dan tuntutan masa depan. Melalui pemberdayaan keluarga diharapkan dapat dibina manusia yang tumbuh selaras, serasi dan seimbang secara lahiriah dan mental guna mewujudkan keluarga berkualitas.

Penerapan 8 fungsi keluarga dapat membantu mencegah baby blues. Fungsi keluarga yang pertama yaitu fungsi agama. Penerapan fungsi agama sebagai dasar dan benteng bagi keluarga ibu hamil dan ibu pasca persalinan. Melalui fungsi agama di mulai sejak perencaan kehamilan sudah diterpakan sehingga nanti akan mampu memberikan ketenangan dan kekuatan spiritual bagi ibu, membantu ibu untuk menerima perubahan yang terjadi setelah melahirkan, memberikan makna dan tujuan hidup bagi ibu. Selain itu keluarga yang mempunyai basis agama dan keyakinan kuat maka keluarga dan anggotanya akan kuat dan mampu mengontrol emosinya secara positif.

Berikutnya melalui fungsi sosial budaya dalam keluarga dapat dan mampu menimimalkan kejadian dan penyebab terjadinya baby blues. Salah satu contoh di budaya minang kabau, informasi terjadi kehamilan pada anak dan menantunya adalah karunia terbesar di rasakan oleh keluarga inti dan keluarga besar dalam hal ini keluarga pihak suami dan istri. Kehamilan adalah saat kegembiraan dan harapan bagi banyak keluarga. Ini adalah waktu untuk mempersiapkan kedatangan anggota baru dan untuk memimpikan masa depan. Bagi sebagian orang, kehamilan bisa menjadi perjalanan yang sulit, tetapi juga merupakan waktu yang indah dari pertumbuhan dan ikatan. Perhatian dan dukungan dari keluarga inti dan keluarga besar secara spontan tercurah kepada ibu hamil sampai melahirkan dan melakukan pengasuhan anak setelah lahir. Melalui fungsi sosial budaya dukungan sosial dan emosional bagi ibu dapat diberikan, kebiasaan membantu ibu untuk beradaptasi dengan peran barunya sebagai ibu otomatis dilakukan keluarga, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi ibu dimulai terjadi kehamilan sampai bersalin dan dalam pengasuhan anak.

Fungsi selanjutnya adalah cinta kasih. Melalui sentuhan cinta dan kasih sayang kepada ibu sejak hamil, melahirkan akan mampu mencegah baby blues secara pendekatan emosional. Kasih sayang,  perhatian, rasa cinta dan dihargai di dalam keluarga akan mampu meningkatkan kekuatan dan rasa percaya diri ibu  mulai dari hamil, sampai melahirkan. Nah, Keberadaan keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan kekayaan sosial budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Budaya adalah nilai, norma, keyakinan dan perilaku yang diharuskan dari satu generasi kepada generasi penerusnya.

Fungsi perlindungan dalam keluarga juga mempunyai peranan penting dalam pencegahan baby blues. Jika fungsi ini dijalankan secara maksimal pada keluarga yang memiliki ibu hamil dan bersalin akan mampu melindungi ibu dari stres dan kelelahan, membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosionalnya, memberikan rasa aman dan nyaman bagi ibu. Apabilah hal ini sudah dirasakan oleh ibu dalam keluarga maka faktor resiko dan penyebab baby blues dapat ditepis.

Selanjutnya dalam fungsi reproduksi upaya yang dapat dilakukan keluarga adalah memberikan peluang si ibu mulai dari terjadi kehamilan, melahirkan dan melakukan pengasuhan untuk mendapatkan pendidikan dan informasi tentang kesehatan reproduksi, membantu ibu untuk merencanakan kehamilan yang sehat, memberikan dukungan kepada ibu selama kehamilan dan persalinan. Hal ini dapat mencegah terjadinya baby blues pada ibu nantinya.

Fungsi berikutnya melalui fungsi sosialisasi dan pendidikan dalam keluarga meliputi dengan membantu ibu untuk mengembangkan keterampilan parentingnya, memperlihatkan contoh peranan ibu dalam pengasuhan anak, serta memberikan kesempatan si ibu mulai dari hamil untuk salaing memberi dan menerima informasi-informasi pengalaman yang sama saat hamil dan melahirkan.

Selanjutnya fungsi ekonomi dalam keluarga yang memiliki ibu hamil dan pasca melahirkan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, membantu ibu untuk mencapai kemandirian finansial, meningkatkan kualitas hidup keluarga. Intinya segala kebutuhan primer dari ibu hamil dan calon anaknya nanti terpenuhi sesuai kebutuhan akan membuat kondisi psikologis dari ibu hamil dan pasca persalinan menjadi baik.

Fungsi terakhir adalah fungsi pembinaan lingkungan. Hal yang dapat dilakukan dalam upaya mencegah baby blues adalah menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi ibu dan anak, membantu ibu untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dimulai semenjak ibu terdeteksi hamil, melahirkan dan melakukan pengasuhan. Melalui pelaksanaan 8 fungsi dalam keluarga secara komprehensif akan mampu menjadikan anggota keluarga termasuk ibu hamil dan anggota lainnya saling memberikan support pada setiap kondisi yang dialamai. Sehingga yang namanya baby blues dapat dicegah dan diatasi secara jitu melalui penerapan 8 fungsi keluarga, Ibu dan anak sehat. 

Selanjutnya selain penerapan 8 fungsi keluarga, ada beberapa trik yang baik di praktikkan bagi ibu semenjak hamil, saat melahirkan dan pasca melahirkan yaitu istirahat yang cukup 7-8 jam setiap malam, makan makanan yang sehat, minum air putih yang cukup 8 gelas air putih setiap hari, berolahraga secara teratur olahraga ringan seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, bergabung dengan kelompok ibu hamil dan menyusui, berbicara dengan suami dan keluarga tentang perasaan dan kondisi, jika merasa sedih, cemas, atau mudah marah, segera konsultasikan dengan dokter atau bidan.

Perlu diingat bahwa baby blues adalah respons normal dan sementara terhadap perubahan fisik dan emosional signifikan yang terjadi setelah melahirkan. Kebanyakan wanita tidak memerlukan pengobatan khusus, dan gejalanya biasanya mereda dengan sendirinya dalam waktu singkat. Namun, jika gejala berlangsung lebih dari dua minggu, semakin parah, atau mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk mencari bantuan profesional. Hal ini bisa menjadi tanda depresi postpartum, kondisi yang lebih serius dan memerlukan intervensi medis.

Referensi : 

  1. Desfanita et al, 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Postpartum Blues. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. J Progr Stud Ilmu Keperawatan.
  2. Qanita et all, 2021. Analisis Faktor Risiko Terjadinya Postpartum Blues Di Ruang Wijaya Kusuma. Journal Of Applied Health Research and Development, Volume 3 No 1.
  3. Qiftiyah M,2018. Gambaran Faktor-Faktor (Dukungan Keluarga, Pengetahuan, Status Kehamilan Dan Jenis Persalinan) Yang Melatarbelakangi Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu Nifas Hari Ke-7 (Di Polindes Doa Ibu Gesikharjo dan Polindes Teratai Kradenan Palang). J Kebidanan Univ Islam Lamongan.

WELDA YULIA, S.Tr.Keb. M.I.Kom

PKB BKB Perwakilan BKKBN Provinsi NTB

___

Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Yuk Kenali dan Cegah Baby Blues

” yang diselenggarakan oleh  Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).

Bagaimana Reaksi anda Tentang Konten Ini?
+1
3
+1
0
+1
0
Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Newsletter Subscribe

Dapatkan Update Terbaru Kami Melalui Email

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x