Stunting telah ditetapkan sebagai isu prioritas nasional sejak tahun 2020. Penanganan stunting pun dilakukan oleh banyak instansi yang bekerja sama untuk menurunkan prevalensi stunting. Sebagai kondisi yang merupakan salah satu dampak dari kemiskinan, nilai stunting cenderung akan ikut naik ketika angka kemiskinan naik. Mengutip pernyataan Kepala BKKBN, DR (Hc). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG(K) bahwa pada tahun 2020 ketika angka kemiskinan naik, angka stunting juga mengalami kenaikan menjadi 30 persen. Angka tersebut meningkat dari 27,7% pada tahun 2019.
Stunting merupakan kondisi pada anak yang gagal tumbuh sesuai pertumbuhan pada usianya yang disebabkan oleh gizi dan kesehatan yang buruk. Stunting dapat disebabkan oleh malnutrisi Ibu ketika hamil serta dipengaruhi oleh kebersihan dan kesehatan lingkungan. Ibu hamil membutuhkan lingkungan dengan sanitasi yang baik, akses air bersih, dan terhindar dari paparan polusi udara termasuk asap rokok. Asupan nutrisi selama masa kehamilan juga mempunyai peranan penting dalam tumbuh kembang bayi selama masa kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan selama kehamilan menyebabkan seorang ibu mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK) yang ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) di bawah 23,5 cm serta dapat menyebabkan Anemia selama masa kehamilan. Kondisi KEK dan anemia akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dapat mengakibatkan kelahiran bayi prematur (Lahir sebelum usia kehamilan lengkap 37 minggu) dan kelahiran berat bayi lahir rendah (kurang dari 2500 gr). Berdasarkan waktu lahirnya, bayi prematur dibedakan menjadi premature ekstrem (kurang dari 28 minggu), sangat prematur (28 hingga kurang dari 32 minggu) dan prematur sedang hingga akhir (32 hingga 37 minggu). Kelahiran prematur dan kondisi berat bayi lahir rendah menjadikan bayi berisiko mengalami stunting.
Bagaimana Merawat Bayi Stunting?
Bayi-bayi yang telah terlahir dengan risiko stunting masih memiliki harapan untuk pulih dari kondisi tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peluang untuk kembali normal lebih besar jika pemulihan dilakukan sebelum berusia dua tahun. Mengutip hasil penelitian yang dilakukan Organisasi Young Live di Peru, sekitar 50% anak-anak yang mengalami stunting pada tahun 2002 tidak mengalami stunting pada tahun 2009. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah Peru difokuskan pada pemberian bantuan kepada keluarga miskin agar mampu memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga. Usaha ini mampu menurunkan prevalensi angka stunting sebesar 4,25% per tahun pada negara Peru.
Hal tersebut membuktikan bahwa anak yang terlahir stunting dapat tumbuh normal apabila diberikan intervensi gizi dan kesehatan khususnya hingga berusia dua tahun atau dalam masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Pertumbuhan pesat otak dan fisik anak terjadi pada masa 1000 HPK sehingga pada masa ini catch up growth atau kejar tumbuh harus dilakukan secara maksimal.
Ketika bayi ayah dan bunda memiliki kondisi berisiko stunting, diantaranya lahir prematur, lahir dengan berat bayi lahir rendah kurang dari 2500 gram, atau lahir dengan penyakit penyerta, maka yang harus ayah bunda lakukan adalah mengikuti saran tenaga kesehatan hingga bayi ayah bunda dinyatakan boleh dirawat dirumah bersama keluarga.
Saat melakukan perawatan dirumah, ayah dan bunda dapat melakukan langkah-langkah berikut agar bayi yang berisiko stunting dapat mengejar ketertinggalan pertumbuhan dan perkembangannya dalam rentang 1000 HPK.
Berikut tujuh langkah yang dapat ayah bunda lakukan untuk Catch up growth (Kejar Tumbuh) dalam masa 1000 HPK
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD adalah proses bayi mencari puting susu ibunya segera setelah dilahirkan. Biasanya dalam waktu 30 hingga 60 menit. IMD memiliki banyak manfaat bagi ibu maupun bayi. Secara psikologis, IMD dapat memperkuat ikatan ibu dan bayi. IMD juga membantu keberhasilan pemberian ASI selanjutnya. Pada hari pertama hingga ketujuh setelah melahirkan, ASI mengandung protein tinggi 8,5%, karbohidrat 3,5 %, lemak 2,5%, garam dan mineral sebanyak 0,4, air 85,1%, serta kolostrum tinggi immonoglobulin A(IgA). Immunoglobulin adalah protein yang bermanfaat melindungi saluran pernapasan serta usus bayi dan bisa mencegah kuman, bakteri, virus, jamur, dan parasit memasuki tubuh dan aliran darahnya. Sehingga kolostrum ini sangat penting bagi bayi yang belum sempurna daya tahan tubuhnya.
2. Pemberian ASI Eksklusif hingga usia bayi 6 bulan.
Memberikan ASI Eksklusif berarti hanya memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan apapun pada bayi. Hal ini karena ASI telah mengandung zat gizi yang sesuai kebutuhan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung disusukan kepada bayi, dan kandungan ASI pun berubah-ubah secara alami mengikuti kebutuhan bayi pada setiap usianya.
3.Memberikan stimulasi (rangsangan)
Pemberian stimulasi pada bayi dapat dilakukan sejak bayi baru lahir melalui sentuhan. Selanjutnya stimulasi dapat disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika ayah dan bunda memberikan stimulasi, hal tersebut merangsang anak untuk merespon menggunakan indera dan tubuh mereka. Stimulasi yang diterima oleh otak sebagai persepsi. Persepsi-persepsi ini akan dihubungkan di dalam otak dan membentuk koneksi yang bernama sinaps. Sinaps-sinaps inilah yang membantu anak untuk mempelajari hal-hal yang ada dilingkungan sekitar anak.
4.Lengkapi Imunisasi Pada Anak
Imunisasi adalah salah satu intervensi yang dilakukan untuk melindungi anak dari risiko terkena penyakit-penyakit yang berbahaya dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Imunisasi diberikan sesuai dengan usia dan sesuai dosis yang dianjurkan. Hal tersebut karena pada usia-usia tertentu anak rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu pula. Imunisasi diberikan sesuai jadwal yang ditetapkan oleh pemerintah dan didapatkan secara gratis di puskesmas atau rumah sakit.
Lima imunisasi dasar yang harus dilengkapi oleh bayi di Indonesia dimulai sejak berusia 0 – 11 bulan. Pemberian imunisasi tersebut sesuai dengan usia bayi dan diberikan secara gratis.
5.Penuhi Nutrisi sesuai kebutuhan gizi pada setiap usianya.
Setelah berusia 6 bulan, bayi membutuhkan asupan nutrisi tambahan selain ASI. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus dilakukan sesuai dengan kondisi dan perkembangan/pertumbuhan bayi. Pemberian setiap jenis MP-ASI harus dipastikan tidak menimbulkan alergi pada anak. Selain itu juga harus disesuaikan dengan pertumbuhan gigi dan perkembangan kemampuan motorik anak. Kecukupan nutrisi akan membantu anak untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Pemberian MP-ASI memang kerap kali menjadi tantangan tersendiri bagi ayah bunda. Masih banyak ayah bunda yang khawatir apakah nutrisi makanan yang diberikan cukup atau bagaimana cara mengolah MP-ASI sesuai usia anak. Jangan khawatir ayah bunda, karena BKKBN telah menerbitkan panduan dan resep menu bergizi Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting) Nusantara yang dapat diunduh secara gratis pada tautan:
Pemberian ASI Eksklusif untuk menurunkan risiko stunting telah mampu menurunkan angka prevalensi sebanyak 2,5 persen per tahun di negara Bolivia. Pemberian ASI eksklusif tersebut diiringi dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) yang sudah terfortifikasi serta mendirikan pertanian keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan sayuran serta protein bagi ibu dan anak.
6.Rutin Memeriksakan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ke Posyandu
Ayah dan bunda tentukan harus terus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal tersebut tidak bisa hanya diperhatikan secara kasat mata. Perlu dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala yang kemudian dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
7.Mengikuti atau Mengunjungi Kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB)
Apabila ayah dan bunda masih memiliki banyak pertanyaan seputar pengasuhan anak, maka BKB adalah jawabannya. Kegiatan BKB didampingi oleh pengelola dan kader BKB yang telah terlatih. Ayah bunda akan belajar bagaimana melakukan pengasuhan yang baik dan benar pada anak khususnya dalam 1000 HPK nya. Wawasan yang ayah bunda dapat akan membantu untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. Selain itu, ayah bunda juga dapat bertukar pengalaman dan saling menceritakan pembelajaran baik dalam melakukan pengasuhan anak. Alangkah baiknya orang tua yang memiliki bayi dan balita dapat berperan aktif dalam memaksimalkan tumbuh kembang anak dengan bergabung sebagai kelompok BKB yang ada di desa masing-masing. Dan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan si buah hati ayah dan bunda bisa meminta tolong kepada kader BKB untuk mencatatkan pertumbuhannya di dalam Kartu kembang Anak (KKA) dan Ayah bunda dapat belajar mengisi KKA dari Kader BKB yang ada di Desa.
Jika ayah dan Bunda masih bingung ayah dan bunda dapat bertanya dan berkonsultasi ke Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang ada di lingkungan Desa tempat tinggal ayah dan bunda. Ketika ayah dan bunda memiliki bayi dengan risiko stunting, maka ayah dan bunda membutuhkan lebih banyak dukungan dari orang-orang sekitar dalam memaksimalkan 1000 HPK. Bayi yang lahir dengan risiko stunting belum tentu akan tumbuh menjadi anak stunting selama kita memaksimalkan kejar tumbuh kembang nya dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan. Masa depan anak tidak ditentukan pada saat dia lahir, tapi dari cara kita merawat, mengasuh dan membesarkannya.
Referensi:
https://www.antaranews.com/berita/2765669/ri-perlu-contoh-negara-lain-agar-stunting-turun-34-persen-per-tahun diakses pada 19 Maret 2024
https://www.theguardian.com/global-development-professionals-network/2014/oct/16/nutrition-stunting-development-peru-india diakses pada 19 Maret 2024
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth diakses pada 19 Maret 2024
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2656/keunggulan-air-susu-ibu-asi-ekslusif diakses pada 19 Maret 2024
https://www.unicef.org/indonesia/health/vaccines-and-diseases-they-prevent#:~:text=Over%20the%20course%20of%20history,new%20diseases%20are%20emerging%20too. diakses pada 19 Maret 2024
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220411/5839627/imunisasi-kejar-lengkapi-imunisasi-dasar-anak-yang-tertunda/ diakses pada 19 Maret 2024
Nofi Ariyanto, S.Pd.
Penyuluh Keluarga Berencana Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat
___
Tulisan ini merupakan artikel terpilih dalam Ajakan Menulis Artikel Orang Tua Hebat dengan tema “Terdiagnosa Stunting, Bagaimana Perawatannya?” yang diselenggarakan oleh Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN (2024).